Advertorial

Hadir di Universitas Lambung Mangkurat, Sido Muncul Angkat Potensi Obat Herbal

Kompas.com - 25/03/2018, 23:03 WIB

Indonesia memiliki potensi obat herbal yang cukup besar. Sebanyak 90 persen dari 40.000 spesies tanaman yang dikenal berkhasiat obat di dunia tumbuh di Indonesia. Namun sayang, pengembangan potensinya belum dilakukan secara maksimal.

Oleh karena itu, Sido Muncul sebagai salah satu produsen obat-obatan herbal tergerak untuk mengangkat potensi obat herbal dari seluruh nusantara. Caranya melalui Seminar Herbal yang secara konsisten diselenggarakan.

Bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat, Sido Muncul kembali menggelar Seminar Herbal bertajuk "Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat" di Banjarmasin, Sabtu (24/3/2018).  Seminar yang diselenggarakan di Gedung Teater Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin tersebut menghadirkan sejumlah pembicara.

Mereka adalah Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen, dan Kosmetik BPOM RI Maya Gustina Andarini dan Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes RI Ina Rosalina.

Selain itu hadir pula Imunolog Peneliti Herbal Universitas Diponegoro Edi Dharmana dan peneliti dari Fakultas Farmasi Universitas Sanatha Dharma Ipang Djunarko, yang terlibat dalam riset dan pengembangan produk Tolak Angin, serta perwakilan Unit Riset Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Erida Wydiamala.

Peserta seminar adalah mahasiswa fakultas kedokteran, MIPA, dan farmasi, serta akademisi di bidang kedokteran, praktisi kesehatan, dan sejumlah dokter.

-- -

Tujuan seminar ini adalah untuk memperkenalkan potensi obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan kepada akademisi dan praktisi di bidang kedokteran. Selain itu mendorong kerja sama antara pelaku industri jamu dengan dunia kedokteran dan farmasi untuk menciptakan produk obat herbal berstandar.

"Dunia kedokteran orientasinya pada pengobatan. Begitu juga kami pelaku industri jamu. Kami berharap ada kerja sama untuk mengembangkan sesuatu yang sustainable bagi kesehatan masyarakat," ujar Irwan Hidayat, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.

Saat ini dari 9.600 spesies tanaman dengan khasiat obat di Indonesia, baru 200 spesies saja yang sudah dikembangkan untuk pengobatan. Melalui seminar ini Irwan berharap akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah. Tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia.

"Kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan mengenai penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan," lanjutnya.

-- -

Senada dengan Irwan, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Zairy Noor, juga mengatakan bahwa saat ini Indonesia punya begitu banyak tanaman obat yang dapat dikembangkan. Unit-unit riset di universitas termasuk Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat juga secara terus-menerus melakukan penelitian.

Sayangnya hasil penelitian di pusat riset kebanyakan berupa jurnal dan publikasi saja, belum sampai pada produk. Padahal jika dikembangkan jadi sebuah produk, obat herbal bisa memberi manfaat ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu menurutnya perlu kerja sama antara akademisi dengan industri seperti Sido Muncul terutama dalam hal teknologi dan pemasaran.

"Sayang sekali jika, tanaman herbal di Indonesia malah dikembangkan oleh negara lain. Misalnya seperti pasak bumi yang dipatenkan Malaysia dan mengkudu oleh Amerika Serikat," ujarnya.

Menciptakan produk herbal berstandar

Namun demikian pengembangan bahan-bahan herbal menjadi obat atau produk kesehatan juga memerlukan pengujian toksisitas atau efek samping dan uji khasiat secara ilmiah. Tidak boleh hanya berhenti pada penemuan khasiat. Tujuannya agar aman digunakan oleh masyarakat.

Misalnya saja seperti yang dilakukan Sido Muncul dalam mengembangkan produk Tolak Angin. Produk berbahan herbal yang telah memperoleh sertifikat Obat Herbal Terstandar dari BPOM.

"Tolak Angin telah melalui uji toksisitas dan khasiat. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada efek samping terhadap organ jika diminum dalam jangka panjang sesuai anjuran. Hasilnya produk ini aman," ujar Irwan Hidayat.

Selain itu menurut Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen, dan Kosmetik BPOM RI Maya Gustina Andarini, obat-obat herbal juga perlu dikembangkan secara inovatif agar bisa memiliki nilai lebih.

Obat herbal atau jamu yang terstandar dan yang termasuk dalam fitofarmaka atau sudah teruji klinis pada manusia juga akan punya potensi lebih besar untuk masuk ke jalur medis resmi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com