kabar mpr

Ketua MPR RI: Mahasiswa Punya Tanggung Jawab Sejarah terhadap Keberlangsungan Indonesia

Kompas.com - 02/04/2018, 10:29 WIB

Menjadi generasi muda yang pintar saja tidaklah cukup pada era terhubung ini. Diperlukan juga mental berani dan inisiatif yang tinggi agar mampu bersaing secara global. Sebab kedua aspek tersebut dapat membentuk generasi muda yang tidak takut akan kegagalan ketika memulai perubahan dalam masyarakat. Namun demikian, Zulkifli Hasan selaku Ketua MPR RI mengingatkan bahwa nilai-nilai luhur harus tetap dipahami dan dipraktikkan agar kaum muda ingat siapa dirinya dan dari mana ia berasal.

“Menjadi unggul adalah suatu keharusan, tetapi sayangnya kita mulai jauh dari filosofi kepribadian kita. Jauh dari nilai-nilai luhur Indonesia. Bahkan mungkin kita sudah tidak tau untuk apa kita merdeka dan kita pun tidak tahu bagaimana seharusnya Indonesia setelah merdeka,” kata Zulkifli.

Hal tersebut ia katakan ketika menjadi pembicara utama pada acara seminar motivasi "Spirit of Indonesia" di kampus IPB, Darmaga, Bogor, 31 Maret 2018. Acara tersebut diselenggarakan oleh gerakan Kami Indonesia yang dibentuk oleh para aktivis dan didukung penuh Ketua MPR RI dengan tujuan menciptakan generasi muda yang berkarakter dan berintegritas. IPB menjadi salah satu dari 120 kampus tujuan roadshow Kami Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 2017.

Zulkifli menambahkan bahwa ia selalu mendukung setiap gerakan yang memiliki tujuan membangun bangsa dan merajut kembali merah putih. Menurutnya dengan adanya gerakan itu, maka generasi muda dapat mengetahui tujuan kemerdekaan Indonesia. Apalagi bonus demografi Indonesia menjadi faktor penting yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan di tanah air. Oleh karena itu diperlukan gerakan untuk membangun jejaring generasi muda dalam mengawal keberlangsungan Indonesia.

“Saya tidak pernah bosan untuk menegaskan bahwa nilai-nilai luhur itu faktor paling penting agar bangsa ini bisa bertahan. Dengan demikian, sila pertama itu bukan keuangan yang maha kuasa seperti sekarang ini, tetapi kembali ke nilai awalnya yakni Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Zulkifli.

Selain nilai, menurut Zul faktor kedua yakni ilmu memiliki peran penting terhadap masa depan bangsa Indonesia. Kemiskinan bukan berasal dari sedikitnya sumber daya alam yang dimiliki, tetapi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Contohnya sederhana, Singapura tanpa memiliki kebun, ternak, tanah, masih dapat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Zulkifli turut berpesan di depan para mahasiswa IPB bahwa para mahasiswa memiliki tanggung jawab sejarah terhadap keberlangsungan Indonesia. Oleh sebab itu, kesungguhan dalam belajar harus terus diterapkan agar bangsa Indonesia bisa maju dan berjaya, khususnya bidang pertanian yang maju berkat ilmu serta teknologi yang dimiliki.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com