kabar mpr

Meskipun Punya Peranan Berbeda, Agama dan Pancasila Sama Pentingnya

Kompas.com - 10/04/2018, 14:26 WIB

Lemahnya pemahaman akan agama dan munculnya fanatisme menjadi salah satu tantangan internal bagi bangsa Indonesia. Sebab, kedua hal tersebut dapat menjadi alat untuk memecah belah persatuan negara. Oleh karena itu, anggota MPR RI dari Fraksi PAN Ali Taher, mengatakan bahwa sosialisasi Empat Pilar MPR RI menjadi hal yang wajib dilakukan.

“Indikasi lemahnya pemahaman akan agama bisa kita lihat dari persoalan puisi kemarin. Soal budaya dan agama itu dua hal yang berbeda. Jadi kita tidak bisa menyandingkannya. Budaya itu perspektif lokal,” kata Ali ketika memberi materi Empat Pilar MPR RI pada para mahasiswa di kampus UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Senin (9/4/2018).

Ali melanjutkan bahwa persoalan agama dan budaya itu seperti etika dan akhlak. Meskipun etika berakar dari filsafat, tetapi sifatnya lokal. Sementara itu, akhlak berlaku secara universal. Dengan demikian, menjadi tidak relevan jika keduanya disandingkan dalam konteks yang sama.

Begitupun di antara agama dengan Pancasila. Ali mencontohkan kasus yang terjadi pada TAP MPR Nomor 2 tahun 2008 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pancasila yang pada waktu itu akan disamakan dengan agama harus ditolak. Menurut Ali ini karena di dalam perspektif filsafat ilmu Pancasila berada di urutan ketiga setelah agama.

Dengan kata lain agama dengan Pancasila juga tidak bisa dibandingkan dalam konteks yang sama. Namun keduanya sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa. Pancasila sangat dibutuhkan dalam kerangka kebangsaan. Terlebih lagi pengaruh faktor eksternal seperti globalisasi dan kapitalisme dalam kebijakan publik menjadi tantangan lain bagi bangsa Indonesia.

Pada bagian itulah fungsi Pancasila seperti dasar dan ideologi negara, pandangan hidup, dan pemersatu bangsa menjadi penting peranannya.

“Sosialisasi mengenai Empat Pilar Kebangsaan MPR RI dimana Pancasila termasuk di dalamnya penting untuk disampaikan agar kecintaan, kebanggaan, kemudian menghargai proses nasionalisme itu tertanam di generasi muda. Dari mana pun kita berasal, cinta pada negara, pada tanah air, pada humanisme itu menjadi hal yang esensial,” kata Ali.

Seiring dengan perkembangan zaman, menurut Ali, sosialisasi Empat Pilar MPR RI terus dievaluasi dan dikaji lebih dalam. Oleh karena itu, MPR RI menyambut dengan baik masukan dari masyarakat, khususnya civitas akademika mengenai cara penyampaian Empat Pilar MPR RI agar dapat relevan dengan karakter generasi muda.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com