Kilas

KRPL Bikin Pelapor Khusus PBB Terpikat

Kompas.com - 20/04/2018, 16:47 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Program Kawasan Rumah Pangan Lestari Kementerian Pertanian (KRPL Kementan) membikin Pelapor Khusus Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Hilal Elver terpikat.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, baru-baru ini, Elver bertandang ke KRPL kelolaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Seruni Menoreh Indah di Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.

Pelapor PBB Hilal Elver dalam kunjungan ini mengemukakan bahwa dia sangat senang dan terpikat dengan semangat bekerja sama dalam kelompok (gotong royong) yang masih terjaga. Padahal, Elver menganggap saat ini tradisi tersebut sudah semakin memudar.

"Penting bagi pemerintah untuk menyebarkan hal ini kepada negara-negara lain (pemanfaatan pekarangan dan semangat gotong royong)" ujarnya.

Hilal pun mengakui Indonesia adalah negara yang cukup beruntung karena memiliki lahan yang subur, air yang baik, iklim yang mendukung, dan sumber daya manusia yang memadai.

Bangga

Ketua KWT Seruni Menoreh Indah, Puji Wanti merasa bangga mendapat kehormatan KRPL-nya dikunjungi utusan PBB.

"Kunjungan utusan PBB ini menambah semangat kami untuk bekerja lebih baik lagi, dan menularkannya ke kelompok lain," ujar Puji Wanti ketika diminta komentarnya.

Menurut Puji Wanti,  KWT yang telah berdiri sejak 2009 ini telah melakukan kegiatan pemanfaatan pekarangan.

"Yang kami tanam di pekarangan adalah sayur-sayuran seperti sawi, kangkung, bayam, cabai, tomat, selain itu juga ada  hewan ternak seperti ayam dan kambing" jelasnya.

Tidak hanya itu, Ia mengungkapkan bahwa  komoditas umbi-umbian juga dibudidayakan di kebun atau ladang.

Dalam waktu tidak kurang dari satu tahun, sejak menjadi penerima manfaat dari kegiatan KRPL 2017, anggota kelompoknya dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dari pekarangan rumah masing masing.  

"Dengan pemanfataan pekarangan ini kami dapat mengurangi pengeluaran belanja untuk pangan sekitar Rp 5000 sampai Rp 10.000 per hari" ujarnya.

Rp 200.000

Bahkan diakui Puji Wanti, kegiatan pemanfaatan lahan pekarang  dapat memberikan pemasukan melalui penjualan sayur-sayuran dan ternak (ayam) dengan kisaran harga  Rp 100.000 sampai Rp 200.000 per bulan.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo menjelaskan bahwa sebelumnya Desa Sidoharjo masuk dalam daerah rawan pangan dan angka stunting tinggi.

"Melalui kegiatan ini (KRPL) Desa Sidoharjo tercatat sebagai daerah tahan pangan dan terjadi penurunan angka stunting" ungkap nya.

Lebih lanjut Sutedjo mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus berkomitmen dalam upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.

Dengan  semboyan Bela dan Beli, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menumbuhkan semangat kemandirian dan kesadaran kepada masyarakat bahwa mereka adalah produsen bukan konsumen.

"Semangat ini selalu didengungkan dalam setiap pertemuan warga dengan yel-yel Iso Ngandur Ngopo Tuku' (Kalau bisa tanam untuk apa beli)" pungkasnya.
 

Melihat langsung pertanian di Yogyakarta, Pelapor Khusus PBB Hilal Ever merasa tidak ada alasan lagi tidak berhenti bertani karena keterbatasan lahan.Humas Kementerian Pertanian Melihat langsung pertanian di Yogyakarta, Pelapor Khusus PBB Hilal Ever merasa tidak ada alasan lagi tidak berhenti bertani karena keterbatasan lahan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com