Advertorial

Intip Cara E-Commerce Top Lakukan Pemasaran Digital yang Cerdas

Kompas.com - 05/07/2018, 13:59 WIB

Dunia digital begitu dinamis. Perkembangannya terus mempengaruhi setiap pengguna internet. Salah satu contoh nyatanya tampak pada fenomena belanja online yang kian digilai orang-orang masa kini.

Perilaku atau kebiasaan konsumen dalam berbelanja secara online berubah dengan sangat cepat. Demi mengejar pertumbuhan bisnis, brand atau peritel tak boleh ketinggalan. Peritel mesti mengejar, bahkan sampai beberapa langkah lebih cepat, untuk mengantisipasi perubahan perilaku konsumen. Tujuannya tentu saja untuk menggaet lebih banyak konsumen dan membuat mereka lebih loyal.

Menciptakan strategi pemasaran digital yang relevan dengan perubahan pasar adalah kunci bagi brand atau peritel untuk tetap eksis. Investasi pada pemasaran digital pun perlu dilakukan dengan serius. Yang cukup sulit untuk dilakukan adalah melakukan investasi pemasaran digital dengan cerdas dan efektif.

Kabar baiknya, ketersediaan sebuah Growth Management Platform (GMP) asal Turki, yakni Insider, diyakini mampu membantu pemasar digital mencapai tujuan bisnisnya dengan optimal dalam biaya minimal.

Sebagai informasi, Insider merupakan platform yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan machine learning untuk mengolah data perilaku konsumen, membuat prediksi segmentasi pelanggan secara real-time, serta membuat kegiatan pemasaran yang lebih terpadu dan menyebar ke semua channel atau saluran digital. Dalam waktu dua minggu, Insider mampu memberi solusi yang efektif dan tepat guna.

Lalu, bagaimana memulai kegiatan pemasaran digital dengan cerdas? Country Manager Insider Joe Harahap dan Managing Director APAC Insider Patrick Steinbrenner berbagi insight atau wawasan mengenai hal ini.

Konsumen masa kini: Fasih gunakan multi-channel

Menciptakan strategi pemasaran digital yang jitu bisa dimulai dengan terus mengamati dan mengenali kebiasaan atau perilaku konsumen dalam berinteraksi dan transaksi di berbagai saluran digital. Menurut Patrick, zaman sekarang konsumen lebih fasih dan nyaman mengoperasikan lebih dari satu perangkat dan channel produk yang diinginkannya dalam aktivitas digitalnya sehari-hari.

Perilaku pengguna situs e-commerce bisa jadi contoh yang baik. Patrick menuturkan, umumnya               pengguna berinteraksi dengan situs sebanyak lebih dari tujuh kali, sebelum benar-benar memutuskan untuk terus melakukan transaksi di sana. Interaksi itu dilakukan di berbagai platform dan perangkat, seperti situs desktop, mobile, sampai aplikasi.

Pelaku bisnis yang jeli bisa menjadikan kebiasaan konsumen ini sebagai petunjuk untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna di setiap platform. Dengan menyajikan user experience (UX) alias pengalaman terbaik di setiap platform, produk bakal berhasil memikat pengguna.

 

Menyentuh target dengan cara akurat

Peritel yang punya banyak saluran digital dapat melancarkan strategi pemasarannya dalam jangkauan yang lebih luas. Terang saja, semakin banyak channel, semakin banyak pula ruang untuk menyajikan konten iklan atau informasi kepada konsumen.

Namun, kuantitas jangkauan tak akan ada artinya bila tidak ada engagement alias interaksi lebih jauh seperti yang didamba pemasar. Sederhananya, jumlah kunjungan ke website atau jumlah unduhan aplikasi yang tinggi jadi kurang bermakna bila tidak disertai dengan banyaknya transaksi dan kepercayaan pelanggan pada brand.

Pemasar bisa saja memanfaatkan berbagai channel digital yang dimiliki untuk menggaet konsumen dengan cara menyodorkan berbagai konten bermuatan iklan atau penawaran menarik. Namun faktanya, menurut Patrick, konsumen masa kini menyukai pengalaman digital yang lebih personal. Itu sebabnya, paparan iklan atau konten yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan selera boleh jadi dianggap sebagai spam yang tidak akan dilirik apalagi disentuh.

Jadi, strategi pemasaran yang telah dibuat harus bisa menyentuh target pasar yang tepat. Artinya, pemasar perlu menentukan segmentasi yang akurat, menentukan strategi pemasaran yang mampu memikat mereka, serta merancang konten yang sesuai preferensi pribadi di berbagai channel digital.

Strategi terpadu

Yang kerap jadi kendala, karakteristik dan perilaku konsumen di berbagai channel tentu berbeda-beda. Jika dilakukan riset, data pengguna yang ditemukan akan sangat beragam.

Data yang terlalu banyak boleh jadi malah membuat pemasar semakin sulit mengidentifikasi cara yang tepat buat memikat konsumen. Namun Insider sebagai GMP mampu membantu pemasar untuk menghindari kesulitan itu. Dengan teknologi AI dan machine learning-nya, Insider mengolah ragam hasil  hasil analisis menjadi data terpadu untuk menciptakan strategi pemasaran multi-channel yang lebih personal.

Ini berarti, pesan atau tujuan yang ingin disampaikan brand atau peritel akan benar-benar diterima oleh pengguna atau konsumen yang tepat. Strategi pemasaran yang telah digodok sedemikian rupa pun menjadi lebih efektif.

Di Indonesia, metode ini sudah dilakukan oleh situs belanja online Tokopedia. Country Manager Insider Joe Harahap mengatakan Insider telah membantu Tokopedia dalam memprediksi perilaku konsumennya, khususnya mengenai kecenderungan untuk membeli, kemungkinan untuk berinteraksi sesuai campaign yang dijalankan, sampai minat pada diskon.

Hasilnya pun mengesankan. Bersama Insider, Tokopedia menjalankan strategi pemasaran digital pada segmen pengguna yang tepat dengan begitu cepat. Diakui Tokopedia, GMP Insider membantu situs belanja online tersebut melakukan investasi cerdas yang memberi dampak signifikan.

Keberhasilan kolaborasi Insider dan Tokopedia, menurut Joe, didukung oleh teknologi mumpuni serta kejelian Insider dalam memahami kebutuhan mitranya secara spesifik. Joe mengaku, Insider selalu memberi solusi terbaik dan paling efektif, sehingga mitranya dapat terhindar dari risiko buruk dalam mengejar tujuan bisnisnya.

Menyusun strategi pemasaran digital multi-channel yang cerdas dan efektif memang menjadi tantangan besar. Namun biar kecanggihan teknologi Insider yang bekerja untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang diinginkan. Lihat bagaimana Insider bekerja dengan mencoba demo-nya di tautan ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com