kabar mpr

Ketua MPR RI: Demokrasi Pancasila Ajarkan Persatuan dalam Perbedaan

Kompas.com - 17/09/2018, 10:29 WIB

Pemilihan umum adalah cara untuk bersatu yang dilakukan oleh masyarakat penganut demokrasi. Namun, diperlukan sikap toleransi dan saling menghormati perbedaan pandangan agar tidak menjadi bumerang bagi masyarakat.

Sebab, pengakuan akan keragamanlah yang menjadi alasan awal mengapa sistem demokrasi itu dijunjung.

“Kita sepakat bahwa kita satu dalam keragaman. Saling menghormati, itulah demokrasi pancasila, pedoman berperilaku agar bersatu. Perilaku yang disinari Tuhan sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Artinya kita ini negara bertuhan, bukan anti Tuhan,” kata Zulkifli Hasan sewaktu memberikan sosialiasi empat pilar MPR RI di Universitas 17 Agustus 1945, Semarang, Jawa Tengah (15/09/18).

Di hadapan ribuan mahasiswa, Ketua MPR RI itu menegaskan, Indonesia didirikan oleh kaum intelektual. 1 Juni 1945, Bung Karno dan para tokoh intelektual telah berbicara tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, hak asasi manusia, musyawarah dan mufakat, serta demokrasi.

Baru dua puluh tahun setelahnya, bangsa-bangsa lain mulai berdiskusi mengenai konsep tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa betapa dominannya peran kaum intelektual di Indonesia dalam mendapatkan kemerdekaan dan menjahit persatuan bangsa.

- -

Oleh sebab itu, Zulkifli berharap mahasiswa di era ini bisa mencontoh hal serupa dan berperan dalam menjaga persatuan dalam keragaman.

“Para pemimpin negara berbeda pendapat dengan tajam. Bung Karno dan Bung Hatta itu berbeda pendapat tapi tetap bersahabat. Saling menghargai, menghormati, bukan mencaci. Itulah pelajaran yang harus kita ingat kembali. Tetapi bagaimana kenyataannya dengan sekarang?” kata Zulkifli.

Pentingnya persatuan antara para warga negara

Menurut Zulkifli, kunci awal agar unggul dalam persaingan global adalah persatuan di antara para warga negara. Dengan bersatu, maka rakyat dapat berdaulat. Kedaulatan pada gilirannya menghasilkan perilaku adil untuk mencapai kesejahteraan.

Dengan demikian, bukan hal mustahil bagi Bangsa Indonesia untuk mengungguli bangsa lain seperti Hong Kong, China, atau Singapura.

Zulkifli berharap agar mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 dapat menjadi pelopor penggerak perubahan.

Terlebih di tahun politik ini, mahasiswa dituntut untuk dapat bersikap kritis terhadap calon legislatif yang akan memimpin Indonesia dalam lima tahun ke depan, serta mengajak masyarakat untuk bertanggung jawab dalam menggunakan hak pilihnya.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com