Advertorial

Digitalisasi, Langkah Ditjen SDA Hadapi Tantangan Sumber Daya Air

Kompas.com - 20/09/2018, 10:27 WIB

Kebutuhan akan air akan semakin besar seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya kebutuhan pangan, pertanian, dan industri. Saat ini, Indonesia masih membutuhkan banyak tampungan air untuk memenuhi kebutuhan air irigasi yang diharapkan bisa memberikan kontribusi bagi produksi pangan, kebutuhan air minum, juga tambahan untuk kebutuhan air baku. Selain itu, perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir seperti cuaca ekstrim maupun bencana alam juga berdampak negatif pada infrastruktur sumber daya air yang ada.

Berbagai tantangan inilah yang harus dicermati oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera diatasi dengan baik. Melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) yang bertanggungjawab menangani pembangunan infrastruktur sumber daya air di Indonesia, Kementerian PUPR harus bisa mengelola anggaran yang terbatas  dalam membangun berbagai infrastruktur sumber daya air di Indonesia. Berbagai isu inilah yang kemudian dibahas dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) HATHI ke 35 di Medan, Sumatera Utara pada 7-9 September 2018 yang lalu.

Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) adalah salah satu organisasi profesi di Indonesia yang ikut memberikan sumbangan pemikiran atas berbagai permasalahan sumber daya air di Indonesia. Setiap tahunnya, organisasi ini menyelenggarakan pertemuan ilmiah yang bertujuan unutk merumuskan masukan dan pemikiran dari para anggota HATHI, akademisi, praktisi, lembaga sosial masyarakat, dan pengamat lingkungan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam rangka menjawab berbagai tantangan sumber daya air di Indonesia.

“Ada beberapa hal yang harus segera dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen SDA dalam menanggapi berbagai tantangan tersebut, diantaranya prioritasi, konservasi, revitalisasi, digitalisasi terhadap pembangunan infrastruktur sumber daya air,” tutur Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang hadir membuka pertemuan ilmiah tersebut.

Lebih lanjut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Hari Suprayogi menjelaskan bahwa terkait prioritasi, Ditjen SDA akan lebih mengedepankan perencanaan yang tepat sasaran, misalnya pembangunan 65 bendungan selama periode 2015-2019 yang akan memberikan tambahan volume air sebesar 2,3 miliar meter kubik sehingga total kapasitas tampungan waduk menjadi 14,5 miliar meter kubik. "Dengan merencanakan pembangunan yang lebih tepat sasaran, maka manfaat pembangunan infrastruktur sumber daya air akan langsung dan lebih dinikmati pihak yang membutuhkan. Pemanfaatan air yang selama ini kita catat, lebih dari 85 persen digunakan untuk kebutuhan pertanian, sekitar 4 persen untuk kebutuhan industri dan sekitar 11 persen untuk konsumsi domestik," ucap Hari.

Dalam penjelasannya, Hari menambahkan bahwa pemenuhan kebutuhan air industri yang semakin besar tentu berbeda dengan kebutuhan air baku domestik dan air untuk pertanian. Prioritas pemenuhan air untuk industri bisa dilakukan misalnya dengan pengembangan teknologi daur ulang air dan limbah. Demikian pula untuk memenuhi air kebutuhan konsumsi domestik, harus dikenali dulu perilaku konsumen air rumah tangganya.

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan bidang sumber daya air adalah konservasi, yaitu meningkatkan budaya hemat air. Penerapan kebijakan dan pemanfaatan teknologi sumber daya air diarahkan untuk mendorong penggunaan air lebih sedikit dan pencegahan polusi. Misalnya, kebijakan dibidang irigasi untuk pertanian, yaitu penggunaan irigasi tetes yang dapat meningkatkan efisiensi irigasi dari 50 persen hingga 95 persen.

Upaya berikutnya adalah revitalisasi yaitu menghidupkan kembali atau memperbaiki sungai atau badan air lainnya yang awalnya tercemar menjadi bersih. Misalnya, revitalisasi sungai untuk menjaga kualitas air yang ada, harus dilakukan dari hulu ke hilir, dan mengatur pembuangan limbah dari pasar, rumah tangga, dan lain-lain.

Di akhir penjelasanya Hari menekankan bahwa saat ini Ditjen SDA juga fokus menyikapi perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, yaitu dengan melakukan digitalisasi pada beberapa program seperti menggunakan data sensor yang andal untuk membuat informasi dan keputusan lebih optimal. Pemanfaatan teknologi digital bisa membantu Ditjen SDA untuk menganalisis, mengoreksi secara real time, memprediksi dan meminimalkan risiko. (Sandro KompuSDA)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com