Advertorial

UOB Indonesia Prediksi Ekonomi Negara 2019 Tumbuh hingga 5,4 Persen

Kompas.com - 06/10/2018, 23:24 WIB

Jakarta-PT Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia) memprediksi ekonomi Indonesia di tahun 2019 akan tumbuh pada kisaran 5,2 hingga 5,4 persen karena didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat. 

Prediksi itu mengemuka dalam forum UOB Indonesia “Economic Outlook 2019: Riding the wave of progressive economic growth” (3/10/2018).

Forum tersebut bagian rangkaian acara 2018 IMF and World Bank Annual Meetings yang akan diselenggarakan pada tanggal 8-12 Oktober dan diikuti lebih dari 500 peserta.

“Kami memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh antara 5,2 hingga 5,4 persen pada tahun 2019. Pertumbuhan ini didukung oleh beberapa faktor, seperti konsumsi rumah tangga yang terjaga,” kata Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja.

Ia melanjutkan, harapan akan pemulihan ekspor yang berkelanjutan, terutama komoditas, dan belanja pemerintah yang stabil juga menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut.

“Selain itu, posisi cadangan devisa yang lebih tinggi dan defisit transaksi berjalan yang terkendali diharapkan akan terus menjadi faktor-faktor pendukung utama bagi pertumbuhan ekonomi,” tambah Enrico.

Perkembangan ekonomi digital bantu pertumbuhan ekonomi Indonesia

Ia juga berpendapat, perkembangan ekonomi digital juga menawarkan prospek tambahan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Selama jangka menengah dan panjang, rencana digital blueprint pemerintah dan upaya untuk mengembangkan ekonomi digital akan memberikan dorongan lebih jauh terhadap kualitas pertumbuhan ekonomi,” ujar Enrico.

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi digital yang baik dengan jumlah pengguna internet, penetrasi pengguna media sosial, dan pelanggan telepon seluler yang besar di mana kebanyakan penggunanya adalah segmen milenial.

Segmen ini diperkirakan mencapai angka 94 juta pada 2020. Banyaknya perusahaan berbasis teknologi finansial dalam rangka melayani kebutuhan pelanggan yang semakin digital juga akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi digital.

“Berbagai kebijakan yang diluncurkan dalam payung besar 16 paket reformasi ekonomi, termasuk pelonggaran peraturan dan proses bisnis, reformasi dan insentif perpajakan telah memberikan dukungan untuk memperkuat daya saing bisnis Indonesia,” lanjut Enrico.

Ia menjelaskan, jika perubahan struktural lebih lanjut berhasil diterapkan dan dikombinasikan dengan peraturan untuk mendorong inovasi, pihaknya memperkirakan kontribusi ekonomi digital secara keseluruhan dapat mencapai 3,3 persen dari PDB Indonesia pada 2022.

Tantangan gejolak ekonomi global

Meski dalam jangka pendek investor memangkas investasi mereka ke pasar negara berkembang, Indonesia tetap menjadi tujuan investasi asing langsung yang menarik berdasarkan potensi pertumbuhan ekonomi dan fundamental yang kuat.

Perekonomian dan reformasi struktural negara yang berdaya tahan tinggi juga menciptakan landasan yang kuat bagi kemajuan di masa depan.

“Kenaikan suku bunga Federal Reserve AS dan ketegangan perdagangan global antara AS dan mitra dagangnya, terutama Tiongkok, telah mengakibatkan banyak investor membatasi posisi portofolio investasi mereka. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak tekanan pada mata uang dari pasar negara berkembang, termasuk rupiah, ”kata Enrico.

Namun menurutnya, kuatnya fundamental, ekonomi, dan potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, serta komitmen tinggi pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan terus menarik investasi ke Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com