Kilas

Museum Tetap Harus Profit dan Bisa Menarik Anak Milenial

Kompas.com - 10/10/2018, 17:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Museum Keramik dan berbagai museum lainnya adalah destinasi wisata yang dapat dikunjungi para wisatawan. Namun, di tengah perkembangan teknologi digital saat ini jumlah kunjungan wisatawan ke museum-museum tersebut perlu ditingkatkan agar bisa bersaing dengan kebiasaan generasi milenial yang seringkali berkunjung ke pusat perbelanjaan.

"Pola pikir yang menyatakan museum sebagai lembaga nonprofit harus diubah menjadi not for profit. Museum saat ini harus memperoleh pemasukan supaya dapat membiayai kegiatan operasionalnya sehingga mampu terus menyesuaikan dengan perkembangan era digital saat ini," ujar Indroyono Soesilo yang menjadi pembicara pada Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum Untuk Generasi Milenial, Rabu (10/10/2018) di Jakarta.

Menurut Indroyono, museum di Indonesia saat ini harus memperhatikan generasi milenial yang menjadi salah satu pasar potensial di sektor pariwisata. Generasi ini memiliki minat tinggi untuk melakukan eksplorasi dan berwisata.

"Selain itu mereka juga pintar, memiliki jaringan, dan aktif menggunakan media sosial," ujar Indroyono.

Mobil antik yang dipamerkan di Zona Amerika, Museum Angkut di Batu, Malang, Jawa Timur.KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWI Mobil antik yang dipamerkan di Zona Amerika, Museum Angkut di Batu, Malang, Jawa Timur.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini mengungkapkan sebenarnya beberapa museum di Indonesia sudah memberikan contoh perubahan supaya dapat menarik minat generasi milenial.

Salah satunya adalah Museum Modern and Contemporary Art of Nusantara (Macan) yang galerinya sangat menarik generasi milenial dan bahkan digunakan untuk melakukan selfie hingga antre. Padahal, tiketnya tergolong mahal, yaitu Rp 100 ribu. Ada juga Museum Angkut di Malang yang tak kalah menarik untuk kalangan milenial.

"Maka, agar generasi milenial dapat menjadi demam museum, penggunaan media sosial menjadi sebuah keharusan di era digital saat ini," ucap Indroyono.

Berbagai museum lainnya juga bisa mencontoh Museum Macan atau Museum Angkut yang sukses menarik generasi milenial.

"Selain itu, untuk pengelolaannya dapat juga dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) sehingga museum dapat semakin berkembang mengikuti berkembangan zaman," ujarnya.

Koordinasi antarkementerian

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memiliki perhatian mendalam dalam terhadap pengelolaan museum di Indonesia. Asisten Deputi Warisan Budaya Kemenko PMK Pamuji Lestari mengatakan bahwa museum bukan hanya milik generasi zaman dahulu.

"Tapi juga milik generasi sekarang dan generasi masa depan. Generasi milenial yang cinta museum merupakan cerminan dari implementasi revolusi mental sehingga warisan kebudayaan asli Indonesia dapat semakin dilestarikan dan juga menguatkan jati diri dan karakter bangsa," jelas Lestari.

Untuk itu, menurut Lestari, Kemenko PMK akan terus mendorong implementasi gerakan cinta museum. Hal itu dilakukan sesuai dengan fungsi PMK.

"Kita mendorong adanya edaran untuk gerakan cinta museum. Edaran ini penting, karena gerakan cinta museum akan dapat bergerak lebih masif dan menciptakan multiplier effect baik untuk guru, siswa, dan juga museumnya sendiri," ucap Lestari.

Kemenko PMK ke depan akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementeria Pariwisata untuk semakin mendongkrak kunjungan generasi milenial ke museum.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat karena akses ke museum harus didorong oleh mereka. Di PMK sudah ada direktur perencanaan kawasan strategis yang dapat berkoordinasi dengan baik," jelasnya.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Fitra Arda, menjelaskan selain pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai kementerian maupun lembaga lainnya, perubahan pola pikir pengelola museum merupakan hal penting agar museum dapat terus mengikuti perkembangan era digital dan dapat menarik generasi milenial.

"Salah satunya kita melibatkan komunitas dan profesional untuk mengelola seluruh kegiatan museum sehingga program-program yang dibuat sesuai dengan zamannya yang saat ini kita arahkan ke geneasi milenial," kata Fitra.

Menciptakan tren berkunjung

Kunjungan ke museum harus dijadikan tren wisata di kalangan generasi milenial. Pertanyaannya, bagaimana caranya? Di sisi lain, saat ini kunjungan generasi milenial ke pusat perbelanjaan lebih tinggi daripada ke museum.

"Pengelola museum harus mampu beradaptasi dengan situasi terbaru, khususnya terkait dengan keterbukaan informasi dan pemanfaatan teknologi digital maupun media sosial sehingga dapat menarik generasi milenial berkunjung ke museum," ujar Prof. Wiendu Nuryanti, Akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Menurut Wiendu, milenial merupakan generasi yang powerful karena memiliki pengaruh dan kekuatan untuk menjadi trend setter.

"Keunggulan ini harus benar-benar diperhatikan dan dimanfaatkan oleh pengelola museum. Inilah salah satu kunci menarik kunjungan generasi milenial ke museum," ujarnya.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com