Kilas

Panen Jagung Lamongan, Badan Ketahanan Pangan Tegaskan Kecukupan Produksi Nasional

Kompas.com - 13/10/2018, 19:00 WIB

KOMPAS.com – Ditengah hangatnya isu dorongan impor jagung, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi dan Bupati Lamongan Fadeli justru melakukan panen raya jagung di Desa Kakat Penjalin, Ngimbang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kamis (11/10).

"Produksi jagung kita sangat banyak, bahkan dalam pemantauan panen di Kabupaten Tuban dan Kabupaten Jombang pada dua hari sebelumnya, panen jagung masih dan sedang berlangsung, masing-masing sekitar 8.000 hektar (ha) dan 5.000 (ha). Masih cukup memenuhi kebutuhan nasional," ujar Agung.

Melihat kondisi tersebut, menurut Agung, para pelaku usaha pakan ternak mestinya tidak perlu khawatir kekurangan pasokan jagung. Dia menjelaskan, harga jagung ditingkat petani saat ini berada di atas harga acuan pemerintah, yaitu Rp 3.150 per kilogram (kg) jagung pipilan kering sebagaimana diatur dalam Permendag 96/2018.

"Panen raya hari ini sangat menggembirakan, karena harga jagung relatif tinggi, yaitu mencapai Rp 3.700 - 3.800 per kg jagung pipilan basah atau mencapai Rp 4.600 - Rp 4.700 per kg jagung pipilan kering," jelas Agung dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (12/10/2018).

Dari pantauan pelaksanaan panen jagung di Desa Kakat Penjalin yang mencapai 120 ha pada bulan Oktober 2018, provitas bisa mencapai 10,6 ton per ha, jauh di atas rata-rata provitas kabupaten.

Bupati Lamongan mengungkapkan, meski musim kemarau perkiraan panen jagung di Kabupaten Lamongan pada bulan Oktober 2018 sekitar 7.000 ha.

"Harga jagung saat ini sangat menguntungkan petani, kami berharap petani bersemangat dalam menanam jagung," ujar Fadeli.

Tak perlu impor

Sebagai salah satu sentra produksi jagung di Jawa Timur, kebijakan Bupati Lamongan Fadeli dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas jagung terbukti efektif. Hal tersebut terlihat dari capaian yang meningkat tajam dalam 3 tahun terakhir, baik dari segi produksi maupun produktivitas.

Misalnya, tahun 2016 produksi jagung sekitar 370.000 ton dengan provitas 6 ton per ha. Tahun 2017 produksi naik menjadi 571.000 ton dan provitas rata-rata 8,3 ton per ha. Sementara tahun 2018, prediksi produksi sudah mencapai 928.000 ton, dan rata-rata provitas 9 ton per ha.

"Dengan produksi jagung yang terus meningkat setiap tahunnya, saya tidak setuju adanya impor jagung. Mengingat saat ini petani sedang menikmati hasil panen dengan harga yang cukup tinggi karena kualitas jagung yang dihasilkan baik," ujar Fadeli.

Lebih lanjut, dia juga menyampaikan permohonan bantuan dan dukungan pemerintah. Baik dalam bentuk benih, pupuk, alsintan dan sarana lainnya untuk mewujudkan pertanian modern di wilayah Kabupaten Lamongan.

Menurutnya, bantuan tersebut sangat penting untuk mewujudkan provitas jagung tahun 2019 yang ditargetkan mencapai 10 ton per ha.

"Selain itu juga agar terjadi peningkatan modernisasi tanam yang saat ini sekitar 60 persen bisa menjadi 80 persen pada tahun 2019," tambah nya.

Senada dengan Bupati Lamongan, Kepala BKP Agung dalam sambutannya mengungkapkan keprihatinan dan ketidaksetujuan atas isu kelangkaan ketersediaan jagung sehingga mendorong untuk impor.

Menurutnya, ide untuk melakukan impor jagung sangat memukul usaha petani yang sedang melakukan panen. Untuk itu para pelaku usaha mestinya tidak perlu khawatir kekurangan pasokan jagung, apalagi hingga melakukan impor.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau