Kilas

Peringati Pertempuran 5 Hari, Hendi Ingin Warga Hargai Kemerdekaan

Kompas.com - 15/10/2018, 15:00 WIB

KOMPAS.com - Puluhan pemuda berlarian membawa bambu runcing menghadang tentara Jepang yang bersenjatakan senapan dan senjata tajam. Pertempuran pun pecah antara pemuda Kota Semarang dengan penjajah Jepang.

Dentuman meriam serta rentetan senjata menggema. Pekikan semangat perjuangan tak henti-hentinya diteriakkan para pemuda Kota Semarang untuk mempertahankan Bendera Merah Putih terus tegak berkibar.

Suasana tersebut adalah merupakan salah satu adegan drama teatrikal yang digelar di kawasan Tugu Muda Kota Semarang, Minggu (14/10/2018).

Drama teatrikal itu sendiri dipentaskan untuk mengenang peristiwa bersejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang, yang terjadi dalam rentang 14 - 19 Oktober 1945.

Kala itu tentara Jepang enggan menyerahkan senjatanya pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga memicu perlawanan dari pemuda Kota Semarang.

Dalam sejarah tersebut, salah satu peristiwa yang paling dikenal dan menjadi inti dari drama teatrikal itu setiap tahunnya adalah gugurnya dr. Kariadi.

Peristiwa tersebut bermula dari diracunnya reservoir atau sumber air di daerah Siranda, Kota Semarang oleh penjajah Jepang.

"Tandon air diracun!" teriak salah satu pemeran dalam drama teatrikal tersebut.

Mendengar kabar itu dr. Kariadi selaku Kepala Laboratorium Purusara mengecek ke Siranda. Namun ketika perjalanan pulang ia ditangkap Jepang hingga gugur.

Kemarahan pemuda dan pejuang pun semakin membuncah hingga perlawanan terhadap Jepang dilakukan. Adegan pertempuran pun diperagakan hingga banyak nyawa melayang dari kedua belah pihak.

Faktanya pertempuran 5 hari di Semarang tidak hanya berada di satu titik kawasan Tugu Muda Kota Semarang saja, tapi menyebar di seluruh wilayah kota.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dalam peringatan Pertempuran 5 Hari di Semarang, di Tugu Muda, Kota Semarang, Minggu (14/10/2018).DOK Humas Pemerintah Kota Semarang Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dalam peringatan Pertempuran 5 Hari di Semarang, di Tugu Muda, Kota Semarang, Minggu (14/10/2018).
Namun, yang menjadi alasan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi selalu mengarahkan kegiatan tersebut dilakukan di kawasan Tugu Muda adalah karena monumen ini memang didedikasikan untuk mengenang pertempuran 5 hari di Semarang.

Di sisi lain, kawasan Tugu Muda Kota Semarang juga merupakan pusat konsentrasi Pertempuran 5 Hari di Semarang.

Pada kawasan tersebut, kala itu banyak mayat bergelimpangan baik dari para pemuda pejuang maupun tentara Jepang. Bahkan sungai kecil di samping Lawang Sewu pun jadi tempat meletakkan mayat.

Selain drama teatrikal, kegiatan malam itu juga diisi dengan upacara peringatan Pertempuran 5 Hari di Semarang yang dipimpin oleh Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen Wuryanto. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kapolda Jawa Tengah, Irjen. Pol. Condro Kirono serta seluruh Forkopimda Kota Semarang.

Pada kesempatan itu, Hendrar Prihadi selaku Wali Kota Semarang yang juga hadir secara langsung menegaskan dengan adanya drama teatrikal tersebut dirinya berharap warga Semarang semakin memaknai pengorbanan para pejuang

"Kita harus selalu ingat bagaimana beratnya perjuangan para pejuang kita terdahulu dalam mempertahankan kemerdekaan, agar kita dapat lebih menghargai hasil dari kemerdekaan yang kita rasakan saat ini," kata Hendi, sapaan akrab Wali Kota, dalam keterangan resmi yang Kompas.com terima, Minggu (14/10/2018).

Di samping kegiatan peringatan, acara yang digelar pada malam hari tersebut juga sukses menarik perhatian masyarakat baik dari dalam maupun luar Kota Semarang.

Ini karena acara tersebut dikemas dengan tata lampu dan teknik pencahayaan yang dinamis sehingga sangat menarik seluruh pengunjung yang datang.

Arif, salah satu masyarakat yang menyaksikan drama teatrikal tersebut bahkan mengaku sengaja datang langsung dari Pati.

"Baru pertama kali ikut, tahun kemarin ada teman yang ikut katanya bagus, jadi hari ini khusus ke Semarang untuk menonton," aku Arif.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com