kabar mpr

Di Hari Santri, HNW Dorong Generasi Muda Islam Jadi Lokomotif Perubahan

Kompas.com - 22/10/2018, 21:06 WIB

Untuk memeriahkan Milad II Gerakan Indonesia Muroja'ah (GIM), organisasi kaum muda milineal penghafal Al Quran itu mengundang Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) untuk hadir dalam acara yang akan mereka gelar. Undangan itu langsung disampaikan oleh Ketua GIM, M. Fijar Ishlahul Ummah, saat menemui HNW di ruang kerjanya, Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung Parlemen, Jakarta, 22 Oktober 2018. "Milad II GIM akan digelar di Masjid Istiqlal pada18 November 2018", ujarnya. Disampaikan pada HNW, dalam milad itu mereka akan mengumpulkan para penghafal Al Quran dari seluruh Indonesia.

Mendapat undangan, HNW mengucapkan terima kasih. Aktifitas muroja’ah Al Quran dikatakan menjadi salah satu kegiatan yang tepat meski demikian ditegaskan kegiatan ini juga harus dibarengi dengan memahami dan mengamalkan Al Quran secara baik dan benar sehingga menghadirkan generasi Qur’ani yang berciri tinggi ilmunya, beretika, aktif bersosialisasi dengan masyarakat serta berkontribusi menghadirkan masyarakat madani.

Dirinya menyebut GIM merupakan wadah kegiatan alternatif yang konstruktif dan positif. "GIM menjadi alternatif kegiatan untuk meng-counter dampak negatif yang ada", ujarnya.

HNW berharap kepada kaum muda tak hanya pada GIM namun juga pada kaum Santri yang pada hari ini memperingati Har Santri Nasional. "Santri juga kita harapkan menjadi lokomotif", harapnya. Dirinya berharap pada santri sebab kaum ini dikatakan sosok yang fisik, idealisme, dan motivasinya sangat kuat. 

Diingatkan, kaum muda mempunyai peran penting. Kaum muda disebut bisa menjadi lokomotif perubahan untuk kemajuan dan keunggulan peradaban.

Untuk itu kegiatan yang dilakukan GIM, santri, dan generasi muda Islam lainnya, menurut HNW harus dilindungi dan didukung.

Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Gontor itu mengingatkan GIM, santri, dan generasi muda Islam lainnya agar berperan dalam perubahan yang terjadi di masyarakat dan proses berbangsa dan bernegara. "Generasi muda Islam secara keseluruhan harus peduli pada setiap situasi yang berpotensi negatif dan membahayakan negara", ujarnya. Potensi negatif itu disebut seperti perpecahan bangsa, hedonisme, pornoaksi, persekusi, kembalinya komunisme, Islamophobia, dan apapun yang membahayakan bonus demografi.

Hal ini menurut HNW seperi yang digelorakan oleh KH Hasyim Asy’ariy melalui Fatwa “Resolusi” Jihadnya, 22 Oktober 1945. "Fatwa ini berhasil menyelamatkan Indonesia dari keinginan Belanda untuk menjajah kembali Indonesia", paparnya. 

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com