Advertorial

CEO Forum Bahas Peran Perempuan dalam Tingkatkan Daya Saing Industri

Kompas.com - 19/11/2018, 14:20 WIB

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, tercatat cukup positif. Pada 2016 Indonesia menjadi negara ke-16 dengan perekonomian terbesar di dunia. Menurut prediksi Bank Dunia pada 2030 Indonesia bisa saja menempati peringkat ke-10 sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Untuk mewujudkannya Indonesia perlu membenahi beragam aspek mulai dari regulasi, sumber daya manusia, kualitas produk dan jasa, infrastruktur, serta teknologi. Tujuannya agar daya saing industri meningkat, adaptatif terhadap Revolusi Industri 4.0 di mana teknologi digital menjadi kekuatan ekonomi baru, dan meningkatkan iklim investasi.

Cita-cita besar tersebut dapat terwujud jika semua pihak yang menjadi bagian kehidupan berbangsa dan bernegara ambil bagian. Termasuk perempuan-perempuan Indonesia yang memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi.

Peran perempuan Indonesia dalam mendukung peningkatan daya saing industri nasional ini dibahas dalam salah satu rangkaian kegiatan Kompas100 CEO Forum 2018, yaitu diskusi Women Leaders Talk yang mengangkat tema “Perempuan Energi Perubahan”, Kamis (15/11/2018) di Goods Diner, SCBD, Jakarta Selatan.  

“PBB saat ini terus mendorong peran perempuan di ranah politik, ekonomi, sosial, hingga budaya.  PBB juga menyebut dengan pemberdayaan perempuan perekonomian global dapat meningkat sekitar 1-2 persen, dan ini angka yang sangat besar,” ujar Ninuk Mardiana Pambudy, Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas.

Diskusi yang diselenggarakan oleh Harian Kompas dan didukung oleh PT PLN (Persero) ini menghadirkan tiga perempuan Indonesia yang tengah mengambil peran dalam mendorong perubahan positif bagi Indonesia sebagai pembicara.

Mereka adalah Direktur PT PLN (Persero) Syofvi Roekman, CEO Sintesa Group Shinta Kamdani yang juga Ketua Indonesia Business Coalition for Woman Empowerment (IBCWE), Founder dan CEO Hijup.com Diajeng Lestari.

- -

Syofvi Roekman, pada diskusi tersebut menceritakan bagaimana perempuan dalam lingkup perusahaan yang dipimpinnya berperan dalam peningkatan ekonomi di Indonesia melalui elektrifikasi.

Listrik, menurut Syofvi, memiliki fungsi penting dalam mendorong kemajuan industri di Indonesia. Pada era Revolusi Industri 4.0 di mana penggunaan teknologi digital dan big data semakin masif, keandalan supply listrik menjadi penting untuk memperkuat daya saing industri. Selain itu, pemerataan listrik juga penting untuk pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia.

“Listrik di daerah-daerah yang sudah maju berperan dalam peningkatan industri. Khusus di pulau-pulau terpencil akses yang mudah dalam mendapatkan enegri listrik ini lebih kepada peningkatan akses ke pendidikan dan taraf hidup,” jelasnya.

Perwujudan rasio kelistrikan 100 persen memiliki banyak tantangan. Utamanya daerah yang semakin sulit untuk dilistriki sehingga memerlukan pendanaan yang cukup besar, hingga upaya mencari model distribusi listrik yang tepat untuk wilayah yang menjadi target.

Meski demikian, saat ini target rasio elektrifikasi di seluruh Indonesia sudah tercapai sebanyak 98 persen per Agustus 2018 lalu. PLN, dalam tiga tahun terakhir juga telah berhasil mengaliri listrik ke 7.000 desa. Termasuk 242 desa terpencil di Papua.

Prestasi ini tidak lepas dari peran pegawai perempuan di berbagai lini. “Saat ini dari 45.000 karyawan PLN 8.500-nya adalah perempuan. Perempuan memiliki andil baik di jabatan struktural hingga lini yang sebelumnya tidak pernah terbayang bisa dilakukan perempuan. Sebagai contoh dispatcher, yaitu mereka yang mengatur beban listrik.,”ujar Syofvi.

Selain pegawai, dalam mewujudkan rasio kelistrikan 100 persen PLN pun didukung oleh relawan-relawan perempuan yang terlibat dalam survei ke desa-desa terpencil yang akan menjadi target pendistribusian listrik.

“Sebenarnya ini sangat challenging untuk perempuan. Tantangannya adalah menyeimbangkan peran di dalam keluarga dengan di perusahaan. Namun perempuan harus percaya bahwa diri sendiri memiliki potensi yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan mewujudkan Indonesia yang lebih baik,” ujar Syofvi.

- -

Hal yang sama disampaikan oleh Shinta Kamdani, CEO Sintesa Group yang saat ini aktif sebagai Ketua Indonesia Business Coalition for Woman Empowerment (IBCWE). Shinta mengatakan bahwa perempuan memiliki kontribusi penting dalam peningkatan daya saing industri.

Namun demikian, saat ini peran perempuan di industri, termasuk di Indonesia, belum maksimal. Jumlah perempuan di level-level strategis perusahaan masih minim. “Isu utama yang dihadapi perempuan adalah work-life balance. Perempuan cenderung stay di level yang telah ia capai,” ujar Shinta.

Demi mendorong partisipasi perempuan dalam peningkatan daya saing industry nasional, Shinta mengatakan potensi perempuan di dunia kerja harus ditingkatkan. Kami melalui IBCWE berusaha untuk mendorong kepemimpinan (leadership) perempuan dengan mengajak perusahaan-perusahaan untuk mewujudkan woman empowering economics dan kesetaraan gender di perusahaan,” ujarnya.

Cara mewujudkannya adalah dengan melakukan advokasi dari segi praktek bisnis. Segi ini meliputi rekrutmen dan promosi jabatan, upah yang setara, regulasi, kesempatan untuk mendapatkan mentoring, pengaturan kerja yang fleksibel, hingga norma dan bias.

Shinta mengatakan bahwa Bank Dunia bahkan menyebut bahwa kesetaraan gender adalah bentuk smart economics. “Riset juga menunjukkan bahwa partisipasi perempuan di dunia bisnis sama dengan peningkatan kinerja serta bisnis yang cerdas yang berkelanjutan. McKensey mengatakan akan ada peningkatan harga saham 17 persen dan PDB Global sebanyak 12 triliun dollar AS di 2025 dengan adanya peran serta perempuan,” ujar Shinta.

- -

Pada sesi terakhir, Diajeng Lestari, CEO Hijup.com menyampaikan materi mengenai “Perempuan dan Teknologi”. Ia mengatakan bahwa perempuan dapat memberi sentuhan tersendiri dalam peningkatan ekonomi.

 “Perempuan banyak kelebihan dan potensi yang bisa dikembangkan. Sisi kreatif dan intuisi perempuan memberi warna tersendiri dalam dunia industri kita. Saat ini Hijup pun memiliki beragam program untuk mendorong pemberdayaan perempuan. Salah satunya dengan mendukung tenant-tenant kami untuk maju ke New York Fashion Week,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com