Advertorial

Takut Operasi dan Kemoterapi, Kini Pasien Kanker Bisa Pilih Pengobatan Ini

Kompas.com - 09/12/2018, 18:39 WIB

Di Indonesia, banyak pasien kanker yang takut dengan efek samping dari operasi, kemoterapi dan radiasi memilih untuk menjalani pengobatan herbal. Tidak diragukan lagi, obat herbal mempunyai efek yang signifikan untuk berbagai penyakit tak tersembuhkan, termasuk untuk kanker.

Namun, Ahli Onkologi St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menjelaskan bahwa, jika hanya hanya dilihat dari efek pengobatan pasien lain, kemudian memutuskan untuk menerapkannya pada diri sendiri, hal ini sangat mungkin dapat memperburuk penyakit.

Kondisi setiap pasien berbeda-beda, sehingga pengobatan yang dibutuhkan juga pasti tidak sama. Apalagi kanker adalah penyakit yang rumit, banyak orang tidak mempunyai waktu untuk mempertimbangkan, sekali salah mengambil keputusan, hal ini dapat memperburuk penyakit. Hal tersebut menyebabkan perkembangan penyakit dari tahap awal memasuki tahap akhir karena menunda untuk mendapatkan pengobatan terbaik.

Contohnya adalah kisah pasien St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, berikut ini:

1. Velly, pasien kanker payudara stadium IIIB

-- -

Bulan Mei 2011, Velly asal Indonesia didiagnosa kanker payudara. Memiliki riwayat kanker keluarga, ditambah lagi ibunya meninggal setelah menjalani operasi dan sel kankernya menyebar, ia memilih untuk menjalani pengobatan konservatif.

Sampai bulan Mei 2013, bukan hanya kondisi penyakitnya yang memburuk, justru benjolan kecil di payudara kirinya membesar hingga 10x10 cm. Kelihatannya seperti bola berwarna ungu kehitaman, bahkan terdapat cairan yang keluar dari payudara, dalam waktu bersamaan muncul benjolan getah bening di ketiak kiri (2x3 cm). 

Demi meringankan rasa sakit, ia bahkan membeli 10 ekor lintah, agar lintah tersebut menghisap darah dalam tumor. Semua usaha sudah dilakukan, tetapi cara ini tidak meringankan penyakit Mrs. Velly. 

Tanggal 6 Mei 2013, pada saat ia datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, kondisi penyakitnya sudah menjadi karsinoma duktal invasif stadium IIIB, yang berarti kanker payudara sudah memasuki stadium lanjut.

Di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou, Velly menjalani metode pengobatan mastektomi payudara kiri dan Intervensi. Operasi berjalan dengan lancar, tumor dan jaringannya hilang. Setelah operasi, Velly menjalani Intervensi. Sampai saat ini, ia sudah bertahan hidup selama tujuh tahun dan tidak ada gejala kekambuhan, bahkan kondisi fisiknya pun sangat sehat.

Baca kisah selengkapnya

2. Hendry, pasien kanker rektum stadium IV

-- -
 

Pada bulan Juli 2016, kondisi fisik Hendry yang sehat mengalami gejala BAB berdarah, diare, gangguan ekskresi dan gejala lainnya. Di rumah sakit Surabaya, melalui pemeriksaan kolonoskopi, ia didiagnosa kanker rektum stadium IV, tumor berjarak 2 cm dari anus.

Menghadapi kenyataan ini, ia yang tidak memiliki riwayat kanker dalam keluarga dan tidak mengalami keluhan apapun menjadi sangat takut dan sedih. Setiap dokter yang ia datangi menyarankan untuk menjalani operasi.  Mempertimbangkan konsekuensi ketidaknyamanan BAB di kemudian hari, Hendry dan keluarga pun menolak hal itu.

Setelah pulang ke rumah, Hendry mendengar saran dari temannya, ia mulai mencari pengobatan herbal untuk kanker rektum. Bukannya membaik seperti yang ia harapkan, pada bulan Juli 2017, ia mulai merasakan sakit di bagian anus, sulit BAK (Buang air kecil), bahkan gejala BAB berdarah yang dialaminya semakin memburuk.

Beruntungnya, dibantu oleh keluarga, Hendry datang ke St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou menjalani metode pengobatan Intervensi dan Brachytherapy , tumor yang awalnya berukuran 8x10cm mengecil hingga 2cm, sampai saat ini kondisinya sudah normal kembali.

Sebelum keluar dari rumah sakit, Hendry mengatakan, “Dokter menyarankan saya untuk menjalani operasi, tetapi saya menolak, karena berarti saya harus hidup membawa kantong kotoran seumur hidup saya. Beruntungnya, di sini saya mendapatkan jawaban yang berbeda, operasi bukanlah satu-satunya pilihan pengobatan bagi pasien kanker rektum”.

Baca kisah selengkapnya

3. Linda, pasien kanker endometrium

-- -
 

Februari 2014, Linda yang sudah menopause mengalami pendarahan. “Sebelum terdiagnosa, dari teman-teman saya yang terkena kanker, saya tahu bahwa kemoterapi dan radiasi serta operasi sangat menakutkan, maka dari itu, saya menolak untuk menjalani operasi dan kemoradioterapi,”ujarnya.

Setelah didiagnosa kanker endometrium, untuk meringankan penyakit, ia hanya menjalani pengobatan herbal. Namun, obat herbal tidak menyembuhkan penyakitnya, gejala pendarahan pun semakin parah. “Saya pun segera diantar ke rumah sakit, sampai akhirnya saya didiagnosa kanker endometrium stadium III,” tambahnya.

Tahun 2014, ia menjalani operasi radikal endometrium, Intervensi, dan Imunoterapi di St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou. Tahun 2017, hasil CT-scan tidak menunjukkan adanya gejala kekambuhan, sampai hari ini sudah empat tahun berlalu, ia tetap sehat.

Baca kisah selengkapnya

Dokter Onkologi St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou – dr. Peng Xiao Chi mengatakan, meskipun obat herbal memiliki khasiat tertentu untuk kanker, tetapi stadium kanker dan kondisi fisik setiap pasien kanker tidak sama. “Di antara sekian banyak pilihan pengobatan kanker, kita tidak boleh salah memilih, juga tidak boleh menggunakan obat herbal yang digunakan orang lain. Menentukan rumah sakit dan pilihan pengobatan yang efektif adalah hal yang sangat penting,”ujar Xiao Chi.

Jika Anda atau kerabat ada yang menderita kanker dan sedang mencari pengobatan medis tanpa operasi dan kemoterapi? Konsultasikan keluhan Anda di sini atau call center +62812 978 978 59 (Call/WA).  St. Stamford Modern Cancer Hospital Guangzhou memiliki kantor perwakilan di Jakarta, Surabaya dan Medan. (Adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com