Advertorial

Mandiri Jogja Marathon, Sinergi Antara Berolahraga dan Berbudaya

Kompas.com - 08/05/2019, 09:36 WIB

Sebelumnya izinkan saya ingin sedikit bercerita tentang masa lalu saya, semoga bukan termasuk kategori curhat. Dulu saat saya kecil, mungkin saya termasuk barisan anak-anak yang lemah. Berbadan kecil dan seringkali menjadi sasaran kejahilan teman-teman. 

Dari pengalaman itu, saya menjadi bertekad untuk keluar dari tekanan tersebut. Saat itu, yang terpikirkan adalah dengan menguatkan tubuh. Mulailah saya rajin berolahraga fisik, seperti push up, sit up, pull up dan lari pagi. 

Pada awalnya, ketika lari pagi nafas mudah sekali tersengal dan jantung berasa mau copot. Tapi, paman saya yang merupakan guru olahraga pun memberikan masukan, bahwa latihan fisik itu harus bertahap, mulai dari yang ringan-ringan dulu, dan seiring berjalannya waktu ditambah bobot latihannya. 

Misal, jika lari harus pemanasan dulu, mulai dengan kecepatan ringan lalu berangsur-angsur ditambah kecepatannya. Jadi tidak langsung ngacir saja. Akhirnya dengan konsistensi dan kesabaran, saya mampu berlari dengan rute yang cukup jauh dan kecepatan stabil, terkadang diselingi sprint.

Saya suka sekali olahraga lari. Selain murah, saya juga dapat menikmati pemandangan sepanjang rute saya berlari. Terkadang hal-hal yang terlewat saat berkendara, dapat dijumpai ketika saya berlari. 

Suasana akan terasa lebih nyaman jika saya berlari bersama dengan teman-teman, atau bahkan saya bisa mendapatkan teman baru saat berlari di waktu minggu pagi. 

Banyak sekali manfaat dari olahraga lari, dan saya yakin kita semua menyadarinya akan hal itu. Tinggal bagaimana kita berusaha menggerakkan tubuh kita untuk berolahraga. Bukan hanya sekedar pengetahuan semata. Karena pengetahuan tanpa penerapan rasanya akan sia-sia.

Tahun 2019 ini, salah satu BUMN dibidang perbankan, yaitu Bank Mandiri, mengadakan event bertajuk Mandiri Jogja Marathon 2019. Tentu ini merupakan sebuah kesempatan emas bagi orang-orang yang punya hobi berolahraga lari dan juga semua orang yang tertarik untuk ikut acara ini karena mungkin banyak doorprize atau hadiah yang menarik. 

Kabarnya, event ini diikuti oleh 7.500 pelari dari sembilan negara yang akan terbagi dalam kategori Full Marathon, Half Marathon, 10K, dan 5K. Sungguh sebuah perhelatan yang besar. Para peserta dapat berkesempatan untuk berkenalan dengan pelari dari negara lain, dapat menjalin tali silaturahmi yang lebih luas.

Sebagai bangsa Indonesia, tentu kita harus bangga menjadi salah satu bagian dari bangsa yang dianggap memiliki budaya yang sangat luhur dimasa lalu. Dengan adanya kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit, yang telah mengarungi samudera sampai ke Madagaskar, dan juga telah menyebarkan budaya ke berbagai kawasan. Disamping itu juga meninggalkan peninggalan budaya seperti candi-candi yang tersebar di berbagai wilayah khususnya di pulau Jawa.

Pertanyaan besarnya adalah, apakah kita sudah mengenal akar budaya kita sendiri? Apakah karakteristik pribadi dan sikap kita sudah mencerminkan budaya yang telah dibangun para leluhur kita? Adanya event ini, Mandiri Jogja Marathon 2019, dengan rute melintasi kurang lebih 13 desa di Jogja dan 3 destinasi wisata utama, seperti Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan Monumen Taruna, setidaknya sedikit banyak membantu untuk lebih mengenal budaya bangsa kita, yaitu dengan mengenal keramahan penduduk asli, sejarah dan peninggalan arkeologi, serta keindahan alam di sepanjang rute Marathon.

Dan semoga, dengan adanya event ini, dapat mensinergikan olahraga (marathon) yang menyehatkan raga, dan  memperkuat identitas kita sebagai bangsa yang berbudaya. Jadi, event Mandiri Jogja Marathon 2019, memang lebih dari sekedar lomba.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com