Advertorial

Mandiri Jogja Marathon, Event "Sport Tourism" yang Lebih Dari Sekedar Lomba

Kompas.com - 08/05/2019, 09:47 WIB

Mandiri Jogja Marathon 2019 memang istimewa. Event olahraga ini memadukan lomba lari marathon dengan potensi pariwisata daerah yang dijadikan rute lomba. Tak hanya potensi keindahan alam dan budaya, namun juga wisata kuliner setempat.

Event olahraga sembari menawarkan keindahan pariwisata sudah lama dan sudah banyak digelar di Indonesia. Sport tourism, sebutan untuk event olahraga semacam ini juga kian digemari dan banyak mendapat perhatian dari para olahragawan sekaligus wisatawan mancanegara.

Sebagian besar sport tourism yang digelar di Indonesia berupa lomba balap sepeda. Sebut saja Tour de Indonesia, Tour de Ijen, hingga Tour de Singkarak  yang rute balapannya melalui berbagai tempat wisata terkenal di Indonesia.

Khusus untuk olahraga lari marathon, sedikit sekali penyelenggara yang mengemasnya dalam bentuk sport tourism. Kebanyakan lomba lari marathon yang diselenggarakan mengambil rute di sekitar pusat kota. Di mana para peserta berlomba lari marathon di jalan-jalan utama yang mengelilingi pusat kota.

Mandiri Jogja Marathon mengangkat kekayaan budaya lokal

Dengan keunikan alur pelaksanaannya, tak salah apabila Mandiri Jogja Marathon mengambil tajuk "Lebih dari sekedar lomba." Karena memang event ini menawarkan banyak kelebihan yang tidak kita jumpai dalam event lomba lari marathon lainnya.

Mandiri Jogja Marathon 2019 yang sudah tuntas digelar pada Minggu, 28 April 2019 merupakan lomba Full Marathon, Half Marathon, 10km, dan 5km yang diadakan untuk kali ke-3 di Candi Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lomba lari Marathon ini mengandalkan keunikan pada tradisi dan alam Yogyakarta sebagai latar belakang lomba. Dengan mengambil garis start dan garis finish di sekitar Taman Wisata Candi Prambanan, peserta disuguhi kemolekan 13 desa dan 3 tempat wisata budaya utama sepanjang rute perlombaan.

"Mandiri Jogja Marathon kali ini berbeda karena mengangkat dan mempromosikan kekayaan budaya lokal sehingga dapat memacu pengembangan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya," kata Menteri BUMN Rini Sumarno usai melakukan pengibaran bendera start. Turut hadir membuka event ini adalah Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bupati Sleman Sri Purnomo, serta Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo.

Keunikan dan Keistimewaan Mandiri Jogja Marathon

Keistimewaan Mandiri Jogja Marathon sudah terlihat di garis start. Peserta lomba disuguhi pemandangan apik Candi Prambanan, salah satu ikon wisata budaya Jogja yang sudah mendunia. Candi yang terkenal dengan legenda Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang ini menjadi titik awal sekaligus akhir perlombaan.

Setelah itu, para peserta berlari menyusuri rute lomba yang menyuguhkan pemandangan khas pedesaan. Ada 13 desa di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten yang dilewati para peserta lomba menyajikan lanskap alam yang indah dan alami.

Bisa dibayangkan sendiri bagaimana rasanya berlari sepanjang jalan pedesaan sekaligus disambut dengan penuh keramahan oleh penduduk setempat. Lelah yang biasanya mendera tubuh mungkin tidak akan terasa. Pemandangan indah sekaligus sambutan ramah dari penduduk setempat malah membuat para pelari tambah semangat. Itulah yang membuat Mandiri Jogja Marathon terasa sangat istimewa.

antusiasnya warga sepanjang rute lomba menyambut para peserta Mandiri Jogja Marathon (sumber foto: mandirimarathon.com/gallery

Seperti yang terlihat dari foto-foto perlombaan di galeri laman Mandiri Jogja Marathon, masyarakat desa yang dilewati rute lari marathon ini antusias menyambut dan menyapa setiap pelari yang lewat di depan rumah mereka. Tak hanya sambutan biasa, di beberapa bagian rute masyarakat juga menyuguhkan pertunjukan kesenian lokal dan makanan tradisional bagi para peserta.

pertunjukan kesenian tradisional di beberapa titik rute lomba menjadi hiburan istimewa (sumber foto: mandirimarathon.com/gallery)

Selain melewati pedesaan dengan suasana khas Jogja, para peserta juga diajak melewati tiga destinasi wisata budaya, yakni kompleks Candi Prambanan yang menjadi lokasi garis start dan finish, Candi Plaosan serta Monumen Taruna.

Candi Prambanan adalah salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia ini dibangun pada abad ke-9 Masehi oleh Raja Medang, Rakai Pikatan. Aslinya, kompleks percandian ini terdiri dari 240 candi dengan 3 candi utama Trimurti yang dibangun sebagai bentuk persembahan pada 3 dewa Hindu; Siwa, Wisnu dan Brahma. Namun, saat ini hanya tersisa 18 candi, yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara.

Selain arsitektur bersejarah dari candinya, daya tarik lain dari Candi Prambanan adalah pergelaran Sendratari Ramayana. Pertunjukan ini digelar secara rutin di panggung terbuka Trimurti yang terletak di seberang candi di tepi Barat sungai Opak dengan latar belakang Candi Prambanan yang disoroti cahaya lampu.

Sekitar satu kilometer ke arah timur laut Candi Prambanan, terdapat kompleks Candi Plaosan yang terletak di Dukuh Plaosan, Kabupaten Klaten. Dibangun pada abad ke-9 oleh Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada jaman Kerajaan Medang, kompleks Candi Plaosan terdiri dari atas Candi Plaosan Lor (Utara) dan Candi Plaosan Kidul (Selatan). Meski termasuk candi Buddha, arsitektur Candi Plaosan bergaya campuran Hindu dan Buddha.

pemandangan indah Candi Plaosan seperti ini bisa dinikmati peserta Mandiri Jogja Marathon (sumber foto: wikimedia.org/Tiwuk Suwantini

Sementara Monumen Taruna adalah monumen setinggi 10 meter (39 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari tentara Belanda. Monumen ini terletak di dusun Plataran, desa Selomartani, kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman.

Festivel kuliner dan keunikan medali peserta Mandiri Jogja Marathon

Tak hanya dimanjakan oleh pemandangan alam pedesaan yang asri dan situs-situs peninggalan sejarah yang istimewa, peserta Mandiri Jogja Marathon juga dimanjakan dengan sajian berbagai kuliner khas Jogja saat mereka tiba di garis finish. Beberapa usaha kuliner yang sudah populer dan menjadi ikon wisata kuliner Jogja turut mendukung Mandiri Jogja Marathon. Sebut saja Gudeg Yu Djum, Ayam Goreng Bu Tini, Sate Pak Pong, Soto Kadipiro Plus, dan Bakmi Jowo Mbah Gito. Selain itu, beberapa UKM oleh-oleh khas Jogja juga ikut meramaikan event sport tourism yang unik ini, seperti Bakpia Kukus Tugu Jogja, Hamzah Bayik, Pusat Oleh-oleh Djoe, dan Dowa.

Di luar berbagai keistimewaan tadi, satu lagi hal yang membuat Mandiri Jogja Marathon unik dan berbeda dengan event sejenis adalah medali yang diberikan pada setiap peserta yang mampu menyelesaikan perlombaan (finisher medal). Di setiap edisinya, medali yang diberikan tidak sama bentuk ornamen hiasannya. Pada event tahun 2017, medali untuk peserta dihiasi relief Candi Prambanan, sedangkan pada event tahun 2018, hiasan medali mengambil relief gambar Gunung Merapi. Pada tahun 2019 ini, medali untuk peserta berhias relief wayang orang Rama dan Shinta. Dengan keunikannya ini, medali peserta juga bisa dijadikan koleksi yang istimewa.

medali unik untuk setiap peserta yang menyelesaikan perlombaan (gambar diolah dari mandirimarathon.com/race-info)

Berbagai keunikan dan keistimewaan yang diberikan Mandiri Jogja Marathon membuat event sport tourism ini selalu diminati para olahrawaran dan penghobi lari marathon dari berbagai negara. Pada tahun ini, Mandiri Jogja Marathon diikuti oleh 7500 peserta dari 11 negara.

Karena itu, jangan sampai event Mandiri Jogja Marathon tidak tercatat dalam kalender olahraga tahunan pribadi. Karena siapa tahu, tahun depan Mandiri Jogja Marathon akan digelar kembali, tentunya dengan keunikan dan keistimewaan yang berbeda dari lomba lari marathon lainnya.

Baca tentang
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com