Advertorial

Komunitas Lari, Teman Setia Para “Runner” Mantapkan Langkah Menuju Garis Finis

Kompas.com - 27/05/2019, 12:52 WIB

Berlari memang menjadi salah satu olahraga favorit banyak orang. Selain mudah dan murah, berlari pun memiliki segudang manfaat yang baik untuk kesehatan. Seiring dengan perkembangan sport tourism di Indonesia, berbagai gelaran olahraga bertaraf nasional hingga internasional pun semakin menjamur. Salah satu yang paling populer adalah reli maraton terbuka yang bisa diikuti oleh siapa saja.

Jarak 42 kilometer yang harus ditempuh dalam full marathon bukan perkara mudah. Meski sama-sama berlari, maraton bukan olahraga yang bisa dilakukan tanpa persiapan matang. Persiapannya pun bukan hanya tentang frekuensi dan intensitas latihan, namun juga persiapan mental, teknik berlari, dan asupan yang dibutuhkan oleh tubuh. Meski terdengar rumit, sebenarnya persiapan tersebut bisa dilakukan dengan menyenangkan. Salah satu caranya adalah dengan bergabung dengan komunitas lari.

Semangat hidup sehat dan aktif bergerak menjadi alasan yang mendasari terbentuknya komunitas ini. Dalam komunitas pula, para pelari menemukan semangat yang lebih besar dan semakin terpacu untuk mengikuti reli dan melewati garis finis. Novi dan Ian adalah contoh pelari yang telah merasakan sendiri manfaat dari komunitas lari. Sejak akhir tahun 2018 lalu, mereka bergabung dengan komunitas Skolari dan Benerun.

Baru-baru ini, keduanya berhasil menyelesaikan reli 10k di Mandiri Jogja Marathon 2019.Bersama komunitas lari tersebut, keduanya rutin berlatih tiga kali dalam seminggu. Tak hanya mendapatkan manfaat berupa teman baru, lewat komunitas ini pula mereka mendapatkan informasi soal kompetisi maraton dan meningkatkan kemampuan dalam berlari.

 “Pertama yang pasti nambah teman, kedua jadi mengerti bagaimana lari yang benar, lari yang bikin kita sehat, dan tidak cedera,” tutur Novi.

Komunitas lari biasanya dilatih oleh sosok profesional yang berpengalaman di bidangnya. Anggotanya pun dibimbing agar tak sekedar finis dalam maraton dan menorehkan catatan waktu yang baik, namun juga mempertahankan kondisi fisik yang prima dalam jangka panjang. Novi pun mengakui, berlari bersama dengan komunitas membuat reli lebih menyenangkan.

“Di komunitas kita dibimbing oleh pelatih sehingga kita bisa mengatur jadwal lari dengan benar. Pada saat race pun kita jadi ngga sendiri, ada teman yang memberikan spirit, minimal menjadi pacer buat kita. Kita jadi lebih nyaman,“ imbuhnya.

Senada dengan Novi, Ian pun merasakan dorongan dan manfaat yang lebih setelah bergabung dengan komunitas.

“Awalnya saya lari sendiri, waktu itu sempat cedera. Begitu diajak komunitas, saya diajari lari yang benar dan rutin lari bareng-bareng dengan teman baru,” ungkapnya.

Gelaran Mandiri Jogja Marathon 2019 yang diselenggarakan pada hari Minggu (28/4) lalu pun menjadi catatan tersendiri. Meski tidak kebagian slot half marathon yang diinginkan, rute sepanjang 10 kilometer itu cukup meninggalkan kesan baginya.

“Untuk trek yang 10k lumayan bervariasi dan ngga bikin bosan. Kita sambil lari bisa terus lihat pemandangan Candi Prambanan. Di tempat finis juga ada hiburannya dan area kuliner yang kalau kita ke Yogyakarta, kita pasti cari kuliner itu. Begitu selesai lari, ngga perlu mikir mau makan di mana, habisin waktu aja sampai sore di situ,” katanya.

Mandiri Jogja Marathon 2019 merupakan event lari tahunan yang mengangkat keindahan alam dan kebudayaan Yogyakarta. Tahun ini, tak kurang dari 7.500 pelari dari 9 negara ambil bagian dalam reli maraton ini. Mengambil titik start dan finis di area Candi Prambanan, para pelari full marathon melewati 13 desa dan disambut oleh keramahtamahan warga lokal. Gelaran ini merupakan salah satu agenda wajib bagi para runner, baik yang masih pemula maupun pelari profesional.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com