Advertorial

Kabar Baik: “Indonesia Merdeka Sinyal 2020” akan Segera Terwujud

Kompas.com - 27/09/2019, 08:35 WIB

KOMPAS.com – Meski sudah 74 tahun merdeka, pemerataan akses komunikasi masih menjadi masalah yang harus dihadapi Bangsa Indonesia. Kabar baiknya, masalah ini akan segera teratasi dengan selesainya proyek Palapa Ring.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI, Rudiantara mengatakan jika target pemerintah untuk Indonesia Merdeka Sinyal akan tercapai pada 2020 nanti.

Capaian ini tak lepas dengan keberhasilan pembangunan jaringan tulang punggung serat optik nasional yang menghubungkan seluruh 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Percepatan gelaran infrastruktur seluler di wilayah nonkomersial semakin mendekatkan target merdeka sinyal pada ketercapaiannya.

Palapa Ring yang merupakan infrastruktur telekomunikasi hadir dalam rangka menunjang sangat besarnya potensi ekonomi digital pada era teknologi.

Tidak hanya di perkotaan saja, infrastruktur ini akan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) dan perbatasan Indonesia.

Dampak positif Indonesia Merdeka Sinyal

Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kemkominfo, Anang Latif dalam diskusi bertajuk Menuju Indonesia Merdeka Sinyal menjelaskan jika konektivitas akan memberi dampak positif bagi perdesaan.

Dampak itu antara lain adalah perkembangan perekonomian digital yang meliputi banyak hal seperti tele-education dan tele-health sehingga mampu mendorong perekonomian di desa-desa.

“Inilah komitmen kami (Pemerintah). Sehingga ke depan kita tidak lagi menggusung teknologi 2G, tetapi kita masuk teknologi 4G yang terkoneksi langsung dengan internet. Kami harapkan sampai di perdesaan dan di mana pun, masyarakat bisa menjual hasil usaha dan pertaniannya secara online,” ujar Anang.

Penyediaan infrastruktur telekomunikasi itulah yang menjadi program utama BAKTI. Program utama tersebut dilakukan melalui Program Penyediaan Backbone Palapa Ring, Penyediaan Last Mile/Base Transceiver Station (BTS), Penyediaan Satelit Multifungsi, dan Penyediaan Akses Internet.

Dirut Anang melanjutkan, hanya dalam waktu empat tahun sejak 2015, lebih dari 5.000 desa di Indonesia telah merasakan langsung kinerja BAKTI melalui program-program tersebut.

“Peningkatan kinerja terus kami lakukan untuk memastikan bahwa negara hadir dalam melayani kebutuhan akses telekomunikasi masyarakat atas hak informasi,” ujar Anang.

Merdeka Sinyal

Lahirnya frasa Merdeka Sinyal berawal dari gambaran peta sebaran seluler 2018 di Indonesia, mulai 2G, 3G, dan 4G. Gambaran peta itu menunjukkan masih ada sekitar 9.500 desa yang masih blankspot, 5.000 di antaranya adalah desa dengan permukiman.

Akan tetapi, desa-desa ini tidak menarik secara komersial untuk dibangun oleh pihak swasta, antara lain karena sangat besarnya nilai capex, jumlah penduduk yang kecil, dan sulitnya tantangan alam.

Pemerintah mengharapkan inklusi pembangunan sehingga wilayah-wilayah yang tidak feasible secara keuangan untuk dibangun oleh swasta, menuntut kehadiran dan afirmasi pemerintah untuk hadir serta menyelesaikan pembangunan di sana.

Gambaran peta menjelaskan jika desa-desa di Indonesia belum 100 persen mendapat sinyal. Itulah yang menjadi latar belakang lahirnya komitmen Indonesia Merdeka Sinyal 2020.

“Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyelesaikan infrastruktur dengan tidak lagi berhitung untung rugi. Dan kenapa harus dibangun dengan serat optik? Karena sampai sejauh ini (serat optik) menjadi jaringan yang terbaik untuk 4G,” ujar Anang.

Diharapkan Proyek Palapa Ring bisa menghasilkan sinyal yang ngebut. Hal itu bertujuan agar infrastruktur komunikasi dari ujung barat hingga timur Indonesia bisa merata dan terkoneksi dengan baik.

Satelit Indonesia untuk koneksi internet hingga pelosok negeri

Namun jika hanya mengandalkan serat optik, tidak semua daerah bisa terhubung karena wilayah Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan sangat sulit untuk dijangkau secara utuh oleh teknologi teresterial/serat optik.

BAKTI telah mengidentifikasikan dari 340.000 lokasi di sektor publik (di bidang pendidikan, kesehatan, pemerintah daerah, pertahanan dan keamanan), 150.000 lokasi masih belum terkoneksi oleh internet di seluruh Indonesia.

Wilayah-wilayah itu juga tidak akan diintegrasikan melalui serat optik dalam waktu dekat, lagi-lagi karena lokasinya yang relatif sulit.

Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius karena konektivitas telekomunikasi menjadi determinan penting pada produktivitas dan proses bisnis yang efisien.

Oleh karena itu, muncul rencana penyediaan kapasitas satelit multifungsi agar wilayah di Indonesia yang tidak terjangkau kabel tetap dapat menikmati dan memanfaatkan internet.

Saat ini, pemerintah menargetkan memiliki satelit sendiri pada 2022. Satelit itu bermanfaat untuk mewujudkan pemerataan akses internet di seluruh Indonesia, khususnya di daerah yang sulit dibangun BTS.

Untuk mengisi kapasitas sebelum tahun 2022, pemerintah akan menyewa satelit swasta terlebih dahulu dengan karakteristik yang hampir sama.

Selain itu, satelit Indonesia yang akan dibangun difokuskan untuk wilayah 3T dan perbatasan. Proyek satelit dan Palapa Ring tersebut diharapkan bisa mendatangkan banyak manfaat untuk seluruh masyarakat Indonesia sampai pelosok negeri.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com