Advertorial

Menengok Budidaya Anggrek di Eks Lokalisasi Sememi

Kompas.com - 21/11/2019, 14:22 WIB

Hamparan bunga anggrek yang bermekaran indah langsung menyapa saat memasuki area Taman Anggrek di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya. Sekumpulan kupu-kupu tak ketinggalan memberikan salam. Bunganya yang berwarna-warni dan ditata rapi, mampu menyihir mata. Udaranya yang sejuk sangat terasa di area yang disebut Green House itu.

Di taman tersebut, terdapat tujuh jenis anggrek yang dibudidayakan, yaitu Anggrek Bulan, Anggrek Dendrobium, Anggrek Kantong Semar, Anggrek Jawa, Anggrek Hitam, Anggrek Vanda, dan Anggrek Cattleya. “Di sini, ada sekitar lima ribuan anggrek, sekitar empat ribu yang sudah berbunga dan sisa seribu yang belum berbunga,” kata Saiful Ulum, Penjaga Green House sambil mengecek bunga anggrek itu.

Sementara ini, area yang berbentuk rumah itu masih steril, karena kelembapan udaranya, penyiramannya, hingga pemupukannya sangat diatur dengan tertib. Makanya, area itu tidak ditembok seperti rumah biasanya, namun hanya dipasangi ram jaring, tiang besi di setiap sudutnya, dan diselimuti paranet, sehingga cuaca matahari dan air hujan yang masuk ke area itu sangat terkontrol.

- -

Persis di depan Green House, terdapat taman yang dilengkapi spot foto berupa tempat duduk didesain menyerupai sarang burung. Beberapa kursi unik juga terpasang di taman tersebut. Sungguh sangat instagramble.

Di samping kanan Taman Anggrek atau Green House, terdapat rumah jamur yang ditutup rapat. Rumah tersebut nyambung dengan bangunan besar 2 lantai. Ternyata, bangunan megah itu bekas Wisma Barbara 17 yang telah dibeli oleh Pemerintah Kota Surabaya. Dulu, wisma ini terbesar di lokalisasi Sememi.

Setelah semua lokalisasi ditutup oleh Pemkot Surabaya, bangunan megah itu dibeli dan dialihfungsikan menjadi Laboratorium Kultur Jaringan atau laboratorium budidaya Anggrek. Di laboratorium inilah, pengembangan tanaman anggrek dilakukan.

Di dalam laboratorium itu, dipajang tanaman anggrek yang masih kecil dan memasuki proses aklimatisasi, yaitu suatu proses pemindahan planlet dari lingkungan yang sangat terkontrol ke lingkungan yang tak terkendali. Di sisi ruangan lainnya, terdapat pula berbagai anggrek yang telah berbunga indah.

Selain itu, ada pula beberapa ruangan di laboratorium itu, yaitu ruang bahan kimia, ruang pembuatan media, ruang inkubator atau tabur, dan yang terakhir ruang inkubasi. Di ruang inkubator itu, ada petugas yang menabur benih anggrek dan dimasukkan ke dalam botol. Botol-botol itulah yang kemudian dipindahkan ke ruang inkubasi.

Anis Satu Risda, Tenaga Laboratorium Kultur Jaringan mengatakan bahwa awalnya anggrek yang berbunga itu diambil buahnya lalu ditaburkan ke dalam media steril (botol) di ruang inkubator. Setelah itu, botol-botol yang ditaburi benih anggrek itu dipindahkan ke ruang inkubasi. “Dari satu buah anggrek itu, bisa muncul ribuan anggrek, jadi banyak sekali,” kata Anis.

Masa inkubasi harus ditunggu tiga bulan lamanya sampai muncul protocom like body (PLB), yang merupakan sekumpulan sel-sel. Kemudian, di-subkultur lagi tiga bulan hingga muncul planlet. Setelah itu, ditunggu lagi tiga bulan hingga sempurna akar dan daunnya. “Jadi, mulai ditabur hingga sempurna akar dan daunnya di dalam botol sekitar 9 bulanan. Setelah itu, baru siap diaklimatisasi dengan diletakkan di media moss atau pakis dan dikeluarkan dari ruang inkubator,” kata dia.

Selanjutnya, tanaman anggrek itu ditunggu lagi sekitar 5 bulanan dan baru bisa dikeluarkan dari laboratorium dan dipindahkan ke area Green House. Anis memastikan, jika dihitung mulai awal penaburan hingga anggrek itu berbunga indah membutuhkan waktu sekitar 4 tahunan.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pernah berkunjung ke Taman Anggrek dan laboratorium ini. Ke depan, dia ingin warga sekitar ikut serta membudidayakan anggrek dan bisa menjualnya apabila ada pengunjung yang ingin membelinya. “Kami akan berdayakan warga sekitar. Mereka harus mandiri secara ekonomi dengan kami gandeng untuk budidaya anggrek. Biar warga nantinya yang jualan anggrek-anggrek ini,” kata dia.

Risma -sapaan Tri Rismaharini- awalnya mengaku tak percaya jika di Surabaya bisa dibangun tempat budidaya anggrek. Namun, dengan treatment dan perlakukan khusus, budidaya anggrek ternyata bisa dilakukan di Surabaya. “Saya paling suka lihat Anggrek Bulan dengan bunganya yang ada bintik-bintiknya. Tidak polos warna-warni, indah sekali,” kata Risma saat ditanya apa jenis anggrek favoritnya. (adv)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com