Advertorial

Toko Kelontong Masa Kini Ikuti Perkembangan Zaman

Kompas.com - 28/11/2019, 19:57 WIB

Sejarah peradaban manusia selalu membuktikan bahwa perkembangan zaman selalu menjadi sesuatu yang tidak bisa terhindarkan. Siapa yang tidak siap beradaptasi, perlahan akan tergilas arus perubahan.

Toko kelontong adalah salah satu sektor usaha yang pernah mengalami fase tersebut.

Meningkatnya tren digitalisasi, minimnya promosi, serta tuntutan pasar akan pengalaman belanja yang lebih nyaman menjadi beberapa faktor ditinggalkannya toko kelontong oleh masyarakat.

Akan tetapi, hal itu lantas tidak membuat para pemilik toko kelontong berdiam diri. Mereka pun melakukan berbagai upaya untuk berbenah.

Demi mendukung upaya tersebut, Sampoerna Retail Community (SRC) memulai inisiatif untuk melestarikan dan mendorong kemajuan toko-toko kelontong yang ada di Indonesia. Hal ini dimanifestasikan dalam pendampingan bisnis yang berkelanjutan kepada toko-toko kelontong binaannya.

Salah satu pemilik toko kelontong yang merasakan manfaat dari pendampingan SRC adalah Purwanto (40). Sejak bergabung dengan SRC pada 2017 silam, toko kelontong yang berada di kawasan Parangtritis, Kabupaten Bantul ini berhasil mendapat kenaikan omzet hingga lima kali lipat.

“Dulu stok satu sak beras itu habis seminggu, sekarang sehari juga sudah habis. Mie instan juga dulu malah tidak berani stok banyak, sekarang bisa 20-50 karton seminggu,” kisahnya.

- -
Kemajuan usaha Purwanto tak lepas dari peran SRC yang mendorongnya untuk merevitalisasi tokonya agar lebih rapi, bersih, dan terang. Bahkan saat ini, Purwanto memulai program gerakan membersihkan tokonya pada pukul 11 siang setiap harinya.

“Toko kalau rapih,bersih, dan terang, pelanggan juga makin nyaman belanja. Biar beda-beda jamnya, program bersih-bersih itu juga digalakkan oleh teman-teman Paguyuban SRC Yogyakarta,” ujarnya.

Manfaat ini pun dirasakan oleh Yohana Sukmawati (55) atau yang akrab disapa Sukma, pemilik toko kelontong SRC ACDC yang ada di kawasan Tegalrejo, Yogyakarta.

Sejak bergabung dengan SRC pada 2011, dirinya mendapat bimbingan dan didorong untuk bergerak ke arah yang lebih modern. Salah satunya adalah dengan pembinaan tentang transaksi digital.

“Sudah dari 2014 (transaksi digital) itu. Awalnya saya tidak paham, maklum orang tua. Tapi SRC telaten dan sabar mau membimbing saya,” kisahnya.

- -
Modernisasi yang dilakukan Sukma mendapatkan respon positif dari para pelanggannya. Selain dapat berbelanja dengan lebih praktis, para pelanggannya pun memiliki banyak pilihan metode pembayaran.

“Kalau lupa bawa uang tidak perlu ke ATM lagi, tinggal gesek bisa di sini. Transfer uang bisa dibantu, sampai buka rekening juga bisa di toko kami,” ujarnya.

Selain berbagai fasilitas dan kemudahan, tak lupa Sukma selalu memberikan pelayanan yang hangat untuk para pelanggannya.

“Pasti lah kalau kita judes, lama-lama pelanggan kabur. Dari awal SRC selalu mengingatkan untuk selalu ramah dan bersahabat sama pelanggan,” ujarnya.

Promosi-promosi yang dilakukan oleh Sukma pun semakin mudah dengan hadirnya aplikasi AYO SRC. Para pelanggannya dapat melihat promo yang sedang berjalan di toko kelontong SRC sekitarnya dengan menggunakan fitur “terdekat”.

“Sekarang buat promosi tidak repot lagi, bisa langsung di AYO SRC. Pelanggan juga bisa langsung cek poinnya di aplikasi,” jelasnya.

Berbicara soal kenaikan omzet, dirinya mengaku mendapat kenaikan omzet hingga tiga kali lipat.

“Lebih dari cukup, bisa sekolahkan anak hingga ke S3,” ujarnya sambil tersenyum.

Sejak 2008, SRC terus berupaya untuk memajukan toko-toko kelontong yang ada di Indonesia. Hal ini karena SRC yakin bahwa toko kelontong memiliki peran penting dalam perekonomian rakyat.

Hingga akhir 2019 ini, SRC telah membina lebih dari 120.000 toko kelontong yang tersebar di seluruh Indonesia.

Simak informasi selengkapnya mengenai SRC di halaman ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com