Advertorial

Dorong Peningkatan Ekonomi Indonesia, Mendag Serukan Gerakan Belanja Produk Dalam Negeri

Kompas.com - 07/12/2019, 21:28 WIB

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar tentu memiliki potensi konsumsi yang cukup besar. Dengan demikian, tak hanya produsen dalam negeri saja, produsen dari luar negeri sangat tertarik dengan daya beli masyarakat Indonesia yang tinggi.

Padahal dengan sebagai masyarakat Indonesia sudah seharusnya membeli produk dalam negeri untuk membantu meningkatkan perekonomian bangsa.

“Dengan membeli produk dalam negeri, kita turut andil dalam menyelamatkan ekonomi bangsa. Karena sesungguhnya ada sumber pendapatan dari ratusan bahkan ribuan pelaku usaha dan pekerja Indonesia dari satu produk dalam negeri yang kita beli,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam sambutannya dalam acara Gerakan Belanja Produk Dalam Negeri 2019, pada Sabtu (07/12/2019) di Thamrin City, Jakarta Pusat.

Gerakan ini memiliki tujuan supaya masyarakat dapat memberikan pendapatan dan keuntungan bagi produsen-produsen lokal

Agus juga menuturkan dengan terserapnya produk-produk yang dihasilkan anak bangsa sehingga mampu mejamin keberlangsungan usaha, pendapatan produsen lokal, serta mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Dengan tagline “Beli Satu Tumbuh Seribu” diharapkan gerakan ini mampu menularkan semangat cinta Tanah Air dengan bangga menggunakan produk dalam negeri. Dengan membeli satu produk lokal, masyarakat dapat menularkan kepada yang lain untuk turut membeli produk-produk dalam negeri lainnya.

“Kita harus bangga dengan produk-produk dalam negeri. Ini merupakan peningkatan bagi nasionalisme kebangsaan kita,” ujar Agus.

Dalam hal kualitas, produk-produk Indonesia tak kalah dengan barang dari luar negeri. Bahkan, bisa dikatakan bahwa produk lokal lebih berkualitas.

- -

Peningkatan kualitas produk dalam negeri juga menjadi perhatian pemerintah. Maka dari itu, dalam acara ini juga bekerja sama dengan asosiasi retail untuk terus meningkatkan kualitas barang dari pelaku-pelaku usaha, terutama UMKM.

Salah satu produk dalam negeri yang diunggulkan adalah batik. Dipilihnya Thamrin City juga menjadi lokasi acara karena pusat perbelanjaan ini merupakan tempat paling besar untuk pemasaran produk dalam negeri, khususnya batik.

Terdapat kurang lebih 1.000 pedagang batik, tenun, busana muslim, dan produk lokal lainnya yang memasarkan produknya di sini.

Tak hanya dalam penjualan offline, Agus juga akan meningkatkan gerakan untuk membeli produk dalam negeri secara online. Menurtunya, dengan adanya e-commerce merupakan langkah yang baik untuk perdagangan produk dalam negeri.

“Kami akan tingkatkan juga bagaimana online bisa meningkatkan keuntungan bagi pelaku usaha,” ucap Agus.

Acara ini dihadiri juga oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Suhanto dan Direksi Thamrin City Ongky Sukasa.

Pada kesempatan tersebut, Agus beserta direksi dan jajaran dari Kementerian Perdagangan juga meninjau langsung ke beberapa pengrajin batik yang ada di Thamrin City untuk melihat bagaimana kualitas produk yang mereka pasarkan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau