Advertorial

Dinilai Sebagai Perempuan Inspiratif, Presiden Turki Apresiasi Kinerja Risma

Kompas.com - 16/12/2019, 10:48 WIB

Mimpi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk memasukkan Kota Surabaya ke dalam “peta dunia” nampaknya mulai menjadi kenyataan. Buktinya, Risma kerap diundang menjadi pembicara di berbagai negara di belahan dunia. Terakhir kali, dia diundang menjadi pembicara di Turki dan mendapat pujian dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai perempuan inspiratif.

Keberhasilannya dalam memimpin dan membangun kota Surabaya memang menginspirasi. Beberapa negara pun mengaku ingin belajar kepada Risma tentang cara membangun dan mengelola sebuah kota dari berbagai aspek.

Tidak hanya itu, Risma tak pernah lupa mempromosikan kota Surabaya setiap kali berkunjung ke luar negeri. Berbagai hasil produksi UMKM Kota Pahlawan pun selalu memenuhi kopernya.

“Makanya kadang koper saya banyak. Kalau ada pertemuan, langsung saya buka, saya bagi-bagikan. Jadi selanjutnya mereka pesan sendiri, karena di kemasan produknya sudah ada alamat dan kontaknya,” kata Risma yang juga mengemban amanah sebagai Presiden United Cities for Local Government (UCLG) Asia-Pasifik ini.

Promosi itulah yang juga dilakukannya saat menjadi pembicara dalam forum yang bertajuk ‘International Forum of Women in Local Governments’ di Ankara, Turki pada 11-12 Desember 2019 lalu. Acara ini diikuti sekitar 3.000 peserta, termasuk 27 pemimpin perempuan di dunia, politisi, akademisi serta masyarakat dari berbagai kota di Turki.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjadi pembicara dalam International Forum of Women in Local Governments di Turki. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menjadi pembicara dalam International Forum of Women in Local Governments di Turki.

Dalam forum yang juga dihadiri Presiden Erdogan itu, Risma memaparkan keberhasilannya di bidang pemberdayaan perempuan, terutama saat penutupan bekas lokalisasi Dolly dan Pahlawan Ekonomi (PE).

“Pada tahun pertama saya menjabat Wali Kota Surabaya 2010 lalu, itu adalah saat yang sulit karena harus menghadapi tantangan besar. Mulai dari banjir, perbaikan lingkungan, infrastruktur, kemiskinan, sampai trafficking,” ujarnya.

Menurutnya, untuk memecahkan masalah trafficking harus dimulai dari akar persoalan. Solusinya adalah harus menutup semua tempat prostitusi di 6 lokasi di Surabaya. Sebab hampir tiap bulan ia harus bekerja dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus perdagangan manusia yang melibatkan perempuan dan anak-anak.

“Di situ saya mengambil keputusan serius dan berisiko menutup semua prostitusi satu per satu. Saya menyadari betapa besarnya dampak buruk terhadap kehidupan orang di sekitarnya, terutama pada anak-anak,” ungkap Risma.

Hasilnya, penutupan eks lokalisasi mulai dilakukan sejak tahun 2012 secara bertahap. Selain memikirkan proses penutupan, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga harus memberikan solusi bagi warga terdampak penutupan tersebut. Mulai dari pekerja seks, mucikari, penyanyi karaoke hingga tukang parkir.

“Saya terus berjalan dengan menyiapkan mereka semua untuk dibekali pelatihan keterampilan dan memulai bisnis baru. Mengalihkan pekerjaan mereka dengan usaha yang baru,” tuturnya.

Kini, wilayah eks lokalisasi itu telah berubah. Area yang dahulunya ladang prostitusi, kini disulap menjadi tempat kreatif. Usahanya pun beragam, mulai batik, sepatu, aksesoris, makanan, dan sebagainya.

Di samping pemberdayaan untuk warga terdampak penutupan eks lokalisasi, Risma juga memiliki program lain untuk menekan angka kemiskinan di Kota Pahlawan, yaitu memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dengan program Pahlawan Ekonomi (PE). Menurutnya, pada tahun 2010 angka kemiskinan mencapai lebih dari 20 persen.

Dalam program tersebut, para ibu rumah tangga diajarkan menjadi pengusaha dan menjadi pahlawan bagi keluarga mereka masing-masing. Tahapan pelatihan yang diberikan pun beragam, mulai dari pelatihan pembuatan produk, cara pengemasan, sampai pemasaran secara digital.

“Dimulai dengan hanya 89 grup di tahun 2010, sekarang kami memiliki lebih dari 11 ribu kelompok usaha kecil dan menengah yang dikelola oleh perempuan,” imbuhnya.

Dorong kerja sama dengan Gaziantep

Sementara itu, Presiden Erdogan dalam sambutannya menyebut Risma sebagai perempuan inspiratif.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Wali Kota Gaziantep Fatma Sahin (kanan) setelah penandatanganan Letter of Interest (LOI). Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Wali Kota Gaziantep Fatma Sahin (kanan) setelah penandatanganan Letter of Interest (LOI).

"Perempuan-perempuan inspiratif seperti Risma dari Surabaya, Indonesia, menambah keyakinan kita bahwa perempuan harus dilibatkan dan diajak bicara dalam proses pembangunan,” katanya.

Forum internasional ini digelar sebagai upaya Presiden Erdogan untuk mengarusutamakan peran perempuan di berbagai sektor, termasuk dalam politik. Saat ini, dari 600 anggota parlemen Turki, hanya 103 orang perempuan. Dari 1.389 wali kota, hanya sekitar 3 persen wali kota perempuan. Pada masa kepemimpinan Presiden Erdogan ini, terjadi peningkatan signifikan jumlah perempuan yang aktif di ranah publik, meskipun disadari jumlahnya masih jauh dari harapan.

Selain menjadi pembicara, Risma juga menandatangani letter of interest (LOI) atau perjanjian minat dengan pemerintah kota Gaziantep, Turki. Komitmen kerjasama itu ditandatangani langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Wali Kota Gaziantep Fatma Sahin, serta disaksikan langsung oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Kerja sama tersebut meliputi 3 bidang, yaitu bidang promosi budaya dan pariwisata, pengembangan ekonomi kreatif, serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia. Ketiga bidang itu dipilih lantaran Surabaya dan Kota Gaziantop memiliki banyak kesamaan, salah satunya pengembangan ekonomi lokal melalui usaha mikro kecil dan menengah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com