KOMPAS.com – Hanya dalam hitungan waktu enam bulan, Jepang akan menyambut atlet-atlet ternama dari seluruh dunia, seiring dengan hadirnya perayaan olahraga Olimpiade Tokyo 2020.
Musim kompetisi telah tiba. Olimpiade Tokyo 2020 menjadi momen ikonik di mana para atlet terbaik dari seluruh dunia akan mendedikasikan darah, keringat, dan air mata mereka demi meraih kemenangan.
Di tengah euforia pesta olahraga tersebut, di kala semua orang terhanyut dalam setiap kompetisi di dalamnya, SK-II mengambil langkah besar, berkolaborasi dengan atlet-atlet terbaik olimpiade untuk mengkritik salah satu bentuk kompetisi tidak sehat.
Sebenarnya tidak ada yang ingin mengikuti kompetisi tersebut, tetapi setiap orang terpaksa ambil bagian di dalamnya. Kompetisi tersebut bernama kecantikan.
Sistem di dalam masyarakat modern telah mengubah dunia kecantikan menjadi ajang kompetisi. Tidak hanya menentukan bagaimana perempuan harus berpenampilan, tetapi juga bagaimana perilaku yang dianggap “cantik”.
Setiap perempuan berlomba-lomba memenuhinya, dan secara otomatis perempuan yang tidak memenuhi standar tersebut akan tersingkir.
Narasi mengenai kecantikan seperti itulah yang menciptakan budaya tidak sehat di kalangan perempuan. Setiap perempuan secara tidak sengaja akhirnya mengadopsinya dan merasa jatuh di dalam jerat budaya tersebut.
Memahami bahwa kecantikan tidak dapat didefinisikan menggunakan satu standar saja, SK-II bersama dengan atlet-atlet ternama dunia menyerukan untuk memusnahkan kompetisi yang tidak sehat tersebut melalui kampanye #NOCOMPETITION.
Atlet olimpiade yang digandeng adalah pesenam berprestasi Simone Biles, pemegang rekor dunia di cabang olahraga renang Liu Xiang, atlet tenis meja yang dua kali meraih medali olimpiade Ishikawa Kasumi, duo pebulutangkis peraih medali emas olimpiade Ayaka Takahashi dan Misaki Matsutomo, peselancar Mahina Maeda, peselancar, salah satu tim voli Jepang Hinotori Nippon.
atlet-atlet Olimpiade bergabung melawan kompetisi tidak sehat di dunia kecantikan
Atlet-atlet ini secara berani mendeklarasikan bahwa mereka tidak lagi bersaing soal kecantikan melalui cerita pribadi yang mereka bagikan lewat media sosial.
Beauty. When did it become a competition? #NOCOMPETITION @SKII_US #skiipartner pic.twitter.com/zBbAQaI0vU
— Simone Biles (@Simone_Biles) February 12, 2020
Simone Biles menceritakan pengalaman menerima ujaran kebencian soal fisiknya dengan unggahan di Twitter bertagar #NOCOMPETITION. Pesenam yang meraih 30 medali olimpiade dan kejuaraan dunia saat berusia 22 tahun ini pernah berurusan dengan situasi di mana banyak orang meremehkan diri dan prestasinya dengan ujaran kebencian mengenai fisik gagahnya.
Merasa jengah dengan situasi tersebut, ia pun menyerukan untuk melawan ujaran kebencian dan tetap merasa bangga akan prestasi yang diraih, maupun bentuk tubuhnya.
Berbeda dengan Simone Biles, peselancar Mahina Maeda membagikan kisah mengenai perbandingan fisik yang terus diterimanya.
Sebagai pribadi yang kompetitif dan tumbuh besar dengan semangat persaingan untuk jadi yang terbaik, tercepat, dan terkuat, Mahina Maeda mengkritik kompetisi kecantikan. Kompetisi yang ia rasa tidak pernah ikuti dan menangkan tetapi terus membayanginya.
???????@SKII_Japan??????????????#inpartnershipwithsk2@Simone_Biles @JVA_Volleyball @ayataka419 @LiuxiangXx pic.twitter.com/owRlmLFa2W
— Mahina Maeda (@Mahinamaeda) February 12, 2020
Menurutnya selama ini seakan ada aturan tidak terlihat soal kecantikan yang membuatnya terus dihakimi atas perilaku dan tampilannya. Ia terus dibandingkan dengan perempuan lain.
Maeda mendeklarasikan lewat unggahan bertagar #NOCOMPETITION bahwa ia tidak akan mengikuti kompetisi ini karena mengikutinya tidak akan membantu dirinya mencapai tujuan menjadi atlet terbaik dunia.
Hinotori Nippon, bagian dari tim voli nasional Jepang meyampaikan dalam media sosialnya bahwa mereka tidak akan lagi dibatasi oleh komentar mengenai fisiknya.
Selama ini ketangguhan mereka kerap kali diragukan, ukuran fisik mereka kerap dibandingkan dengan tim voli dari negara-negara lain di dunia yang lebih tinggi dan besar. Namun kini, saling menguatkan satu sama lain, Hinotori Nippon memutuskan bahwa yang terbaik bagi mereka adalah dengan tidak mempedulikan hal tersebut.
?#???NIPPON ×SK-II?#?????? ????????#NOCOMPETITION ?? #??????????? ??? @SKII_Japan ??????????????
????????????#Tokyo2020 ?????????????????????????#inpartnershipwithsk2 pic.twitter.com/bAeK52pQRU
— ???????????????? (@JVA_Volleyball) February 12, 2020
Lain lagi dengan Ayaka Takahashi dan Misaki Matsutomo yang sudah sepuluh tahun menjadi duo bulutangkis andalan Jepang. Kompetisi bulutangkis mempertemukan mereka sebagai tim yang solid. Namun, ada kalanya mereka dibuat berkompetisi satu sama lain dalam hal penampilan dan kecantikan oleh banyak orang.
Ayaka dan Misaki melalui deklarasi #NOCOMPETITION, Ayaka dan Misaki memilih menghalau semua pendapat negatif tersebut dan bersama-sama menunjukkan kekuatan di lapangan.
#NOCOMPETITION ?? #??????
— ???? (@ayataka419) February 12, 2020
???????@SKII_Japan??????????????#inpartnershipwithsk2@Simone_Biles @JVA_Volleyball @Mahinamaeda @LiuxiangXx pic.twitter.com/Dpp3PDxHyV
Keraguan terhadap diri akibat standar kecantikan yang berlaku di tengah masyarakat modern juga sempat dialami Kasumi Ishikawa. Tekanan yang diterimanya terkait dengan penampilan diri membuatnya kehilangan kepercayaan diri saat berlaga di olimpiade ketiganya.
Keraguan terhadap diri sendiri menghalanginya untuk mengerahkan potensi sepenuhnya. Namun, ia pada akhirnya menyatakan bahwa keraguan terhadap diri sendiri hanya akan datang kalau kita membiarkannya. Sejak itu ia memutuskan untuk tidak lagi mengikuti standar cantik yang diciptakan masyarakat demi mencapai prestasi yang terbaik.
Melalui kampanye ini, SK-II bersama atlet olimpiade ternama bertujuan menginspirasi perempuan di seluruh dunia untuk melawan kompetisi kecantikan yang tidak sehat. Ini karena setiap perempuan berhak mendefinisikan sendiri kecantikan bagi diri mereka.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kampanye ini, silakan kunjungi laman #NOCOMPETITION.