Advertorial

Menhub Budi: Konektivitas Jadi Kunci Pembangunan Ibu Kota Baru

Kompas.com - 05/03/2020, 10:00 WIB

Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan kepindahan ibu kota negara, dari Jakarta menuju Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Proses persiapan ibu kota baru ini terus dimatangkan oleh pemerintah secara bertahap. Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah sistem transportasi.

Oleh karenanya, Kementerian Perhubungan bersama Harian Kompas menggelar diskusi bertajuk "Dialog Indonesia: Merajut Konektivitas Ibu Kota Negara" di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (26/02/2020).

Dialog ini bertujuan untuk memantau persiapan, sekaligus mendiskusikan dan menyatukan suara dalam mendukung kesiapan pemindahan ibu kota.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada sambutannya menyampaikan pentingnya konektivitas bagi ibu kota baru. Konektivitas ini akan diwujudkan dalam sistem transportasi yang dibangun secara terintegrasi dan berkelanjutan

“Konektivitas menjadi sangat penting bagi sebuah kota. Karena dengan konektivitas, aksesibilitas atau kestrategisan kota itu jadi baik. Hal ini juga jadi salah satu unsur keberhasilan pembangunan ibu kota baru,” pungkasnya.

Kemudian, menurut Budi, pada beberapa bagian kota akan dirancang kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD). Konsep ini memudahkan masyarakat untuk menjangkau moda angkutan umum dengan berjalan kaki.

“Titik-titik moda transportasi di ibu kota baru dapat dijangkau dengan walking distance. Pergerakan dari luar kota ke (ibu) kota itu juga akan menggunakan kendaraan listrik,” ujarnya.

Budi menambahkan, kendaraan pribadi dan umum di ibu kota negara pun akan berbasis listrik agar ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia di Paris Agreement untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030.

“Pergerakan manusia dari ruang kota ke titik-titik tersebut akan menggunakan kendaraan listrik. Kita akan inisiasi bus atau trem listrik. Kendaraan pribadi juga akan berbasis listrik,” ujarnya.

Pemerintah pun berupaya untuk mengoordinasikan Bandara Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (Balikpapan) dan Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (Samarinda) untuk mendukung konektivitas di ibu kota baru.

Selain itu, ujar Budi, pemerintah akan membangun satu bandara khusus tamu-tamu negara atau VVIP pada akhir tahun 2021.

“Jaraknya sekitar 15 kilometer dari pusat ibu kota negara baru,” tambahnya.

Ketiga bandara tersebut nantinya akan dikelola oleh satu operator gabungan, kolaborasi investor swasta lokal dan asing. Hal ini dilakukan agar pengembangan ketiga bandara ini tidak menyedok banyak Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Kami akan undang kolaborasi asing dan lokal, sehingga investasi untuk bandara tidak keluar dari APBN,” pungkasnya.

Kegiatan diskusi ini dibuka oleh penandatanganan nota kerja sama antara Badan Litbang Perhubungan dengan berbagai perwakilan akademisi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disaksikan langsung Menhub Budi.

Turut hadir pada kegiatan ini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, dan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau