Advertorial

Meracik Strategi Melawan Pandemi, Upaya Kolektif Jadi Kunci

Kompas.com - 18/04/2020, 10:56 WIB

Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal Maret 2020, kehidupan manusia pun berubah. Anjuran karantina mandiri maupun work from home (WFH) dilakukan sejumlah negara. 

Akan tetapi, masih banyak negara yang kesulitan menghadapi pandemi ini. Sejauh ini, pandemi Covid-19 setidaknya menghadirkan tiga krisis kedaruratan. 

Pertama, adalah krisis kesehatan masyarakat yang secara mengerikan akan menginfeksi dan membunuh semakin banyak orang dan membanjiri sistem rumah sakit dimana para perawat dan dokter menjadi  tentara kita di garis depan pertempuran ini. 

Kemudian, terjadinya krisis ekonomi dalam keparahan dan kecepatan yang belum pernah kita saksikan sebelumnya. Krisis ekonomi menjadi sangat penting untuk dikendalikan karena mudah untuk berimbas kepada krisis lainnya. 

Terakhir, krisis keuangan yang meresap ke dalam sistem keuangan. Pasar yang merespon gangguan akibat kedaruratan pertama dan kedua, membuat nilai aset menurun dengan cepat dan likuiditas terputus. 

Pandemi Covid-19 tak hanya mengganggu perekonomian, tetapi juga mengakibatkan kegelisahan sosial dan politik di tengah-tengah masyarakat. 

Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan tepat dari pemerintah negara-negara di seluruh dunia untuk dapat mengantisipasi kemungkinan terburuk. 

Upaya kolektif jadi kunci 

Diperlukan upaya kolektif yang solid antar negara untuk menekan pandemi dan dampak-dampak ekonomi, sosial, dan politik yang diakibatkannya

Lima domain utama yang harus dihadapi bersama diantaranya adalah kesehatan masyarakat, kepatuhan masyarakat, kapasitas sistem kesehatan, pengamanan industri, perlindungan pada aspek rentan dan pemulihan ekonomi. 

Belajar dari Tiongkok, negara perlu berinvestasi dalam pengelolaan Big Data serta kemampuan untuk beradaptasi berdasarkan fakta di lapangan. 

Selain itu, negara perlu bekerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki kemampuan mumpuni dalam sistem operasi dan logistik.

Sementara itu, para pemimpin diharapkan dapat meningkatkan intensitas dan kemampuan intervensi dari waktu ke waktu berdasarkan fakta yang muncul. 

Tingkat dan hasil perawatan yang efektif dapat membantu memberi informasi kepada para pemimpin ketika mereka harus mengambil kebijakan untuk meneruskan atau menghilangkan pembatasan pada kegiatan ekonomi. 

Belajar pada pengalaman Tiongkok 

Selain upaya kolektif, negara dunia pun dapat berkaca pada pengalaman Tiongkok dalam mengatasi penyebaran pandemi dan dampak-dampak yang diakibatkannya. 

Tiongkok menerapkan strategi “Paling Menyakitkan - Paling Efektif”. Strategi berbiaya sangat tinggi secara ekonomi dan sosial, namun sangat efektif saat dilaksanakan dengan tingkat kepatuhan tinggi dan ketat. 

Kemudian, Negeri Tirai Bambu ini juga menerapkan strategi “Dekat tanpa penyesalan”. Strategi ini dapat mengendalikan pengurangan penularan dengan biaya ekonomi atau sosial yang relatif sederhana dan dapat dioperasikan untuk durasi yang tidak terbatas.

Selain itu, Tiongkok pun menerapkan strategi “Efektif, tetapi menyakitkan”. Strategi ini bertujuan untuk mengetahui kapan intervensi harus dilakukan, kapan intervensi harus dihentikan dan cara terbaik dalam mengurangi biaya ekonomi dan sosial. 

Artikel ini disunting dari naskah yang ditulis oleh Connie Rahakundini Bakrie, Dewan Pertimbangan Indonesia Institute for Maritime Studies (IIMS)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau