Advertorial

Kartini dari Malang: Cerita Roos Nurningsih yang Menginspirasi Milenial Lewat Jamu

Kompas.com - 22/04/2020, 13:48 WIB

KOMPAS.com - Tetap berkarya di masa pensiun menjadi pilihan bagi sebagian kaum perempuan di Indonesia. Usaha tersebut bisa menjadikan seseorang tetap produktif dan membantu sesama.

Demikian pula dengan Roos Nurningsih. Perempuan berusia 70 tahun ini mengisi masa pensiunnya dengan menjual produk jamu buatannya sendiri di Kota Malang

Sebelum terjun di usaha jamu, Roos merupakan pensiunan perusahaan asuransi. Ia ingin menghabiskan masa istirahat dan waktu luangnya di rumah dengan aktivitas baru.

Semangat dan dedikasinya tidak hanya ditunjukkan dengan membuat jamu bagi yang membutuhkan. Namun, ia juga terus menginspirasi banyak orang dengan berbagi pengetahuan dan pelatihan tentang jamu kepada masyarakat terutama generasi milenial.

Setahun selepas pensiun, Roos berpikir untuk punya kesibukan baru. Suatu ketika, adiknya menawarkan untuk membuat jamu.

Ia pun menerima tawaran itu dan mencoba membuat jamu. Awalnya, hasil ramuannya hanya ia tawarkan ke teman dan kenalan adiknya.

“Saya masih belum berani karena saya tidak ahli dalam marketing. Hingga akhirnya adik saya membantu mempromosikan jamu saya ke para pensiunan ketika mereka mengadakan kegiatan,” tuturnya.

Dengan keberanian ini, Roos kemudian menemukan titik awal dari usaha jamunya. Berkat bantuan teman-teman dan adiknya, pelan-pelan jamu buatannya mulai diminati masyarakat.

Di tengah permintaan yang mulai meningkat, Ross kemudian mengembangkan usahanya dengan menjual berbagai macam produk jamu. Ia pun memberi nama produknya dengan “Ibu Roos”.

Dari sisi pendanaan, Roos mengakui masih memiliki dana tabungan dan pemberian anaknya. Namun perlahan pasti, jamu Ibu Roos mulai diminati masyarakat luas.

Varian produk jamu ?Ibu Roos?.DOK. BRI Varian produk jamu ?Ibu Roos?.

Akhirnya, ia memutuskan mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan dana tersebut, ia bisa menambah varian produk jamunya.

Saat ini, tercatat ada tujuh varian jamu yang dihasilkan, yaitu, jahe, kunir, kunir putih, temu lawak, jahe merah dan kencur, serta jamu vitalitas. Selain itu, Roos juga bekerja sama dengan produsen obat kapsul untuk menghasilkan jamu kapsul.

Roos mulai menitipkan jamunya ke toko-toko terdekat di sekitar Malang. Namun demikian, penjualan jamunya masih sebatas offline atau dipasarkan melalui toko dan ke reseller-reseller untuk dipasarkan lagi di beberapa kota di Indonesia, seperti Banjarmasin, Pontianak, Sulawesi Utara, Merauke, Bali dan Mataram.

Hingga suatu waktu, Roos ikut bergabung dalam acara pelatihan bagi pelaku UMKM di Kota Malang. Ia masuk dalam 30 UMKM terpilih.

Dari kegiatan itu, Roos dikenalkan dengan Indonesia Mall, salah satu bentuk kerja sama BRI dengan e-commerce untuk mendorong UMKM go online.

Setelah masuk Indonesia Mall, pendapatan Ibu Roos dari produksi jamunya mengalami peningkatan. Jamu Ibu Roos bisa terkenal hingga ke beberapa kota di Indonesia.

Hasil jamu produksinya sekarang tidak hanya di jual secara offline saja, tetapi juga dijual secara online dan menjangkau konsumen di dalam maupun di luar negeri, seperti Malaysia, AS, Australia, London dan Jepang.

Diakui Roos, penjualan daring menjadi salah satu pendongkrak peningkatan pendapatannya.

“Saya tidak berharap banyak atau memiliki target yang besar. Saya hanya bersyukur di usia saya saat ini, saya punya aktivitas dan tetap memiliki pendapatan. Namun yang paling penting lagi, jamu saya bisa bermanfaat bagi orang banyak,” tuturnya.

Mewariskan jamu kepada kaum milenial

Menjual jamu hasil racikan sendiri saat ini telah menjadi aktivitas sehari-hari Roos. Jamu yang dirintisnya dari nol kini mulai dikenal masyarakat dan bermanfaat bagi banyak orang.

Namun aktivitas Roos Nurningsih tidak berhenti dengan memproduksi jamu saja. Ia juga ikut aktif memberikan pelatihan atau penyuluhan tentang jamu di Kota Malang.

Di waktu luang, Roos menyempatkan waktunya untuk memberikan pelatihan membuat jamu kepada kaum ibu karang taruna, kelompok pensiunan yang aktif mengikuti kegiatan senam dan organisasi-organisasi lainnya.

Roos juga memberikan pelatihan pembuatan jamu bagi mahasiswa atau pelajar di sekitar Kota Malang.

Selain mengajari cara membuat jamu, ia juga memberikan penyuluhan tentang manfaat dan khasiat jamu di era pengobatan modern saat ini. Baginya, jamu tetap menjadi alternatif pengobatan yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

“Saya ingin memperkenalkan ke anak muda, kaum milenial, bahwa jamu itu tidak sekuno yang dipikirkan. Persepsi tentang jamu itu bukan ‘orang gunung’. Saya ingin generasi saat ini tidak lupa dengan jamu,” tuturnya.

Iktikad dan semangat Roos dalam memperkenalkan jamu tidak punah ditelan waktu. Di masa tuanya, membuat jamu tidak hanya untuk mengisi waktu dan mencari pendapatan, tetapi juga sebagai sarana untuk berbagi kepada sesama, terutama kepada generasi muda.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com