Advertorial

Tambah Ruang Isolasi hingga Asrama Observasi, Bukti Kerja Keras Pemkot Surabaya Tekan Covid-19

Kompas.com - 14/05/2020, 23:23 WIB

KOMPAS.com – Kerja keras Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menekan penyebaran pandemi Covid-19 seperti tak ada habisnya.

Selain getol melaksanakan rapid test massal di sejumlah wilayah, Pemkot juga bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk menambah kapasitas tempat tidur di ruang isolasi. Penambahan kapasitas tempat tidur ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 agar tidak semakin meluas.

Langkah konkret yang dilakukan Pemkot Surabaya itu rupanya juga diimbangi dengan dukungan dari dua rumah sakit swasta di Kota Pahlawan. Dua rumah sakit rujukan itu adalah RS Husada Utama dan RS Siloam Hospitals Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Pemkot telah menjalin kerja sama dengan RS Husada Utama dalam menyiapkan tambahan untuk kapasitas tempat tidur di ruang isolasi perawatan pasien Covid-19. Penambahan dilakukan dengan merombak ruang pertemuan di rumah sakit itu menjadi tempat untuk perawatan pasien.

“Kami maksimalkan RS Husada Utama dulu dengan 200 bed, terus ada sisa 40 bed yang belum dimanfaatkan. Kami juga dibantu RS Siloam Hospitals 40 bed," kata Wali Kota Risma di Balai Kota Surabaya, Rabu (13/05/2020).

Wali Kota Risma juga memikirkan alternatif lain jika nantinya kapasitas tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit itu tidak mampu menampung. Oleh karena itu, Pemkot menjalin kerja sama dengan Asrama Haji Sukolilo dalam menyiapkan gedung untuk ruang observasi.

“Tapi, kami upayakan di rumah sakit dulu karena kami harus ekstra, terutama tenaga medis,” ujarnya.

Petugas meninjau Asrama Haji Sukolilo untuk disiapkan sebagai asrama observasi ODP dan PDP.Dok. Pemkot Surabaya Petugas meninjau Asrama Haji Sukolilo untuk disiapkan sebagai asrama observasi ODP dan PDP.

Menurutnya, Pemkot akan memaksimalkan ruang isolasi di rumah sakit sebelum menggunakan Asrama Haji karena berkaitan dengan kebutuhan tenaga medis. Sebab, bagaimanapun jika di Asrama Haji, Pemkot masih membutuhkan tenaga medis, baik perawat maupun dokter, yang harus berada di sana.

“Sementara di RSUD Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada untuk tenaga medis kewalahan. Memang ada dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) kemarin siap membantu untuk itu (perawatan),” terangnya.

Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, Asrama Haji menjadi salah satu asrama observasi yang dipilih Pemkot untuk alternatif perawatan. Nantinya, asrama itu bakal ditempati oleh orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).

“Totalnya berjumlah 198. Yang menempati nanti ODP. Jadi, aman digunakan untuk asrama observasi,” kata Feny, sapaan lekatnya.

Tak hanya siap dalam menyediakan gedung untuk asrama observasi, rupanya Pemkot juga memikirkan sisi lain terkait perawatan warga yang akan tinggal sementara di sana.

Pemkot pun menyiapkan petugas khusus untuk merawat dan menjaga warga yang melakukan observasi di Asrama Haji. Petugas khusus itu terdiri dari anggota Linmas, Satpol PP, perawat, hingga dokter.

“Selama observasi nanti, mereka diawasi oleh tim dokter. Ada penjagaan khusus,” ujar Feny.

Petugas mempersiapkan kamar tidur di Asrama Haji Sukolilo.Dok. Pemkot Surabaya Petugas mempersiapkan kamar tidur di Asrama Haji Sukolilo.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji Sukolilo Surabaya Sugianto pun menyambut baik gagasan yang diinisiasi Pemkot Surabaya itu. Bahkan, pihaknya mendukung penuh langkah konkret Pemkot dalam upaya menekan penyebaran Covid-19.

“Ini sebagai bentuk dukungan kami kepada pemerintah terhadap upaya penanganan Covid-19 dan ini semua gratis,” kata Sugianto.

Maka dari itu, pihaknya telah menyiapkan dua gedung di Asrama Haji untuk ruang observasi warga Kota Surabaya yang berstatus ODP.

“Kami sudah menyiapkan dua gedung yang bersebelahan, tapi ada jarak pembatas. Masing-masing berkapasitas 24 kamar dua lantai. Jadi, total dua gedung itu ada 48 kamar,” katanya.

Akan tetapi, jika nantinya kebutuhan kamar observasi di Asrama Haji dinilai kurang, pihaknya memastikan telah menyiapkan opsi gedung lain yang berjauhan, tetapi masih di area asrama.

“Kami sudah mengantisipasi, ada opsi (gedung) yang berjauhan, tapi masih di Asrama Haji. Kami juga dibantu Ibu Wali Kota terkait operasionalnya di dalam gedung ini, termasuk petugas kebersihan dan keamanan,” katanya.

Menurutnya, pengawasan terhadap ODP yang menjalani observasi nantinya cukup ketat. Mereka yang tinggal sementara di asrama observasi tidak boleh meninggalkan area gedung dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Jadi, mereka tidak boleh meninggalkan jauh dari area gedung karena akses ke gedung ini ada pagarnya. Selain itu, mereka juga akan mendapat suplai makan 3 kali sehari," terangnya.

Sugianto menekankan bahwa penggunaan Asrama Haji Sukolilo sebagai ruang observasi tidak mengganggu pelayanan ibadah haji. Sebab, penggunaan Asrama Haji untuk ruang isolasi sampai 10 Juni 2020. Bila sewaktu-waktu perjalanan haji dibuka kembali, asrama bisa digunakan sebagaimana mestinya.

“Ada batas waktu maksimal penggunaan Asrama Haji untuk karantina ini sampai 10 Juni. Tapi, saya yakin mudah-mudahan tidak sampai tanggal itu,” ujarnya.

Sugianto menegaskan, orang yang menjalani observasi di Asrama Haji bukanlah pasien positif Covid-19 atau sakit. Mereka adalah keluarga yang terdampak.

Misalnya, dalam satu keluarga ada yang positif Covid-19. Nah, keluarga lainnya yang dinyatakan ODP itu akan menjalani observasi di selama 14 hari di Asrama Haji. Sugianto pun memastikan kepada masyarakat maupun pegawai di Asrama haji agar tidak perlu khawatir.

“Jadi, yang dikirim di sini (Asrama Haji) bukan orang positif Covid-19 atau sakit, tapi orang yang diisolasi di sini adalah orang yang terdampak,” pungkasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com