Setelah hampir tiga bulan pemerintah membatasi masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah, pada bulan Juni menjadi masa transisi menuju era kenormalan baru atau New Normal.
Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada bulan ini menjadi awal kehidupan baru bagi masyarakat di Indonesia. Begitu pula dengan dunia pendidikan.
Salah satunya London School Public Relations (LSPR) Communication & Business Institute yang juga tengah mempersiapkan sejumlah protokol belajar-mengajar untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan mahasiswa, pengajar, serta para karyawannya.
LSPR sendiri memiliki 5.000 mahasiswa, 325 staf, dan 260 orang pengajar. Hal ini tentu tidak mudah bagi LSPR untuk mengaturnya.
“Tidak mudah untuk membuat semua orang tiba-tiba berubah. Oleh karena itu, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan hal ini sejak awal Maret 2020. Pada saat WFH (work from home), kami juga harus berpikir kreatif untuk merancang strategi dalam menghadapi pandemi ini,” ujar Founder & CEO LSPR Communication & Business Institute Prita Kemal Gani.
Prita juga menjelaskan LSPR memiliki lima strategi yang akan dilakukan LSPR pada PSBB hingga New Normal.
Dengan demikian, mahasiswa dapat tertarik mengikuti kelas secara online. “Artinya, konten pembelajaran harus dibuat sekreatif mungkin agar menciptakan Wow Effect dan engagement,” jelas Prita.
Maka dari itu, LSPR telah melatih para dosen agar dapat mengemas materi secara fun berformat games, seperti kuis ‘I Want to Be Milioner’, Treasure Hunt, dan Wheel of Fortune.
Jika dalam kondisi normal, per kelas mencapai 36 mahasiswa, maka pada masa ini, LSPR hanya mengizinkan 18 mahasiswa atau separuhnya yang dapat mengikuti kelas offline. Mahasiswa akan digilir untuk masuk ke kelas tersebut.
Selebihnya, mahasiswa dapat mengikuti kelas dari rumah. Meski mengikuti kelas online, mahasiswa dapat melihat secara langsung bagaimana suasana kelas.
“Jadi, kami menggunakan alat atau teknologi dimana mahasiswa di rumah dapat melihat dan mendengar langsung semua kegiatan di dalam ruangan kelas kampus. Dengan demikian, class experience bisa mereka dapatkan meski mengikuti dari rumah,” terang Prita.
Selain itu, durasi di dalam kelas pun tidak bisa selama seperti dalam kondisi normal. Artinya, jika dulu dalam sehari ada tiga shift, maka sekarang LSPR membuatnya dalam 6 shift. Setiap shift-nya memang memiliki waktu yang pendek.
Dituturkan Prita, sebelum memasuki kampus, mereka harus melalui chamber (berisi air sabun) terlebih dahulu. Bahkan, sebelum masuk chamber, mereka sudah mengatur jarak fisik dan harus menggunakan hand sanitizer yang sudah disediakan.
Selanjutnya, begitu keluar dari chamber, mereka harus cuci tangan kembali dengan sabun dan air yang sudah disediakan. Tahap berikutnya, mereka harus melakukan cek suhu tubuh dengan perangkat otomatis.
Mereka juga diharuskan menggunakan masker dan face shield. Jika tidak, mereka akan dikenakan denda.
Termasuk di dalam lift, LSPR juga menerapkan protokol jaga jarak. Jumlah orang yang bisa masuk lift harus setengahnya dengan posisi yang sudah diatur.
Begitu juga saat di kantin, jaga jarak ikut diatur dengan mengurangi jumlah kursi. LSPR juga sudah tidak menggunakan piring dan menggantinya dengan wadah sekali pakai.
Kelima strategi dan protokol kesehatan tersebut juga telah disosialisasikan kepada mahasiswa, dosen, dan staf kampus LSPR melalui website resmi kampus, serta media sosial seperti Youtube dan instagram.
“Bahkan, kami juga punya Tim Gugus Covid-19, yang kami sudah persiapkan betul untuk menangani mereka yang terdeteksi terinfeksi Covid-19,” tutup Prita.