Advertorial

Banyak Capaian Positif Sepanjang 2019, Pertamina Catat Laba Bersih Rp 35,8 Triliun

Kompas.com - 19/06/2020, 09:36 WIB

KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) membukukan kinerja keuangan positif sepanjang 2019. Tercatat, laba bersih dalam Laporan Tahunan 2019 mencapai 2,53 miliar dollar AS atau setara Rp 35,8 triliun.

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pihaknya bersyukur dengan capaian yang diraih Pertamina. Terlebih, perekonomian sepanjang 2019 mengalami tekanan sejalan dengan dinamika global.

“Kami bersyukur Pertamina dapat menorehkan berbagai pencapaian dan mempertahankan laba bersih sama dengan tahun sebelumnya,” ujar Fajriyah dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (18/6/2020).

Laporan Keuangan Pertamina 2019 sendiri disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang diadakan di Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Selain mengesahkan laporan keuangan tahunan, RUPS juga memutuskan setoran dividen tunai sebesar Rp 8,5 triliun. Besaran dividen ini meningkat 7 persen dibandingkan setoran tahun lalu yang sebesar Rp 7,95 triliun.

Fajriyah menjelaskan, catatan positif keuangan perseroan tersebut dipengaruhi kinerja sektor migas sepanjang 2019. Tahun kemarin, nilai Indonesian Crude Price (ICP) masih cukup tinggi di level 62 dollar AS per barel.

Kurs tukar rupiah yang cenderung stabil di kisaran Rp 14.146 per dollar AS juga turut andil dalam kinerja keuangan Pertamina. Dengan kondisi tersebut, total pendapatan usaha perseroan tahun kemarin mencapai 54,58 miliar dollar AS dengan aset 67,08 miliar dollar AS.

Pencapaian Pertamina sepanjang 2019

Selain kinerja sektor migas, Pertamina juga mencatat capaian penting yang turut mengerek keuangan perseroan.

Pencapaian tersebut antara lain peningkatan kinerja operasi dan efisiensi dari berbagai inisiatif serta melakukan langkah terobosan demi mewujudkan pencapaian visi perusahaan sebagai perusahaan energi nasional kelas dunia.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2019, Pertamina konsisten untuk terus mewujudkan ketahanan energi nasional. Ini dibuktikan dengan survei seismik secara masif yang dilakukan Pertamina untuk menemukan cadangan migas baru. Harapannya, cadangan tersebut menjadi giant discovery bagi Indonesia.

Selain itu, perusahaan energi pelat merah ini juga mampu mempertahankan produksi migas sepanjang 2019. Capaian ini berkat kegiatan operasional yang intensif, seperti pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi, 751 kegiatan workover, dan 13.683 well services.

Fajriyah menambahkan, Pertamina saat ini telah memiliki lapangan migas yang tersebar di 13 negara di Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa.

“Dari lapangan tersebut, kami berharap dapat mendukung aspirasi pemerintah mencapai 1 juta barrel oil per day (BOPD) dan 4 ribu million standard cubic feet per day (MMSCFD) pada 2024,” imbuhnya.

Bukan itu saja, Pertamina juga sukses menurunkan impor migas. Rinciannya, impor minyak mentah turun sebesar 35 persen dan produk 11 persen. Penurunan impor ini mampu menghemat devisa sebesar 7,3 miliar dollar AS atau setara Rp 109 triliun.

Sejak awal 2019, Pertamina bahkan telah menyetop impor solar dan avtur. Volume penjualan avtur di pasar luar negeri juga terus meningkat hingga 754 kiloliter (KL). Tercatat, Pertamina melayani penjualan avtur untuk maskapai domestik dan internasional di 40 bandara dari 20 negara.

Pertamina, ungkap Fajriyah, akan terus berkomitmen menekan impor migas. Hal itu diwujudkan dengan percepatan implementasi B30 yang dilakukan pada November 2019. Implementasi program biofuel ini lebih cepat dua bulan dari target awal pada Januari 2020.

Akses pelayanan energi untuk seluruh pelosok negeri juga terus diperluas. Hingga akhir 2019, Pertamina berhasil menyelesaikan 161 titik BBM 1 Harga yang tersebar di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di seluruh Indonesia.

Capaian titik BBM 1 Harga sepanjang 2019 melampaui target yang telah ditetapkan pemerintah. Program BBM 1 Harga sendiri akan mengurangi disparitas harga BBM di pelosok Indonesia. Lewat program ini, masyarakat di wilayah 3T dapat menikmati harga BBM yang sama dengan daerah lainnya.

Jangkauan layanan migas Pertamina juga diperluas dengan membangun 48 Pertashop dan 253 km tambahan jaringan pipa gas. Total jaringan pipa gas Pertamina saat ini mencapai 10.000 km dan merupakan jaringan terpanjang di Asia Tenggara.

Jaringan sepanjang itu untuk penyediaan gas industri dan hampir 400.000 jargas untuk rumah tangga. Khusus untuk rumah tangga, jargas Pertamina meningkat 22 persen dari 2018.

Tak ketinggalan, Pertamina juga membangun 21 lokasi terminal storage terminal bahan bakar minyak (TBBM) dan 8 lokasi storage avtur. Dua kapal general purpose pun dijalankan untuk memastikan suplai dan distribusi BBM di seluruh Indonesia.

Untuk pelaksanaan proyek, sepanjang 2019 Pertamina telah menyelesaikan proyek strategis pengembangan dan pembangunan kilang baru.

Salah satu proyek yang dituntaskan, yakni Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC). Keberadaan PLBC mampu meningkatkan kualitas produk BBM Pertamina, dari standar Euro 2 menjadi Euro 4. Volume produksinya pun naik, dari 1 juta barel menjadi 1,6 juta barel per bulan.

Dengan catatan apik tersebut, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500.

“Pertamina berada di peringkat 175 atau naik 78 tingkat dari sebelumnya di peringkat 253. Posisi ini akan menjadi kebanggaan bagi Pertamina dan Indonesia,” tandas Fajriyah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com