Advertorial

Asupan Vitamin D3 Dukung Tubuh Tetap Sehat Selama New Normal

Kompas.com - 09/07/2020, 20:03 WIB

Semester pertama 2020 seakan menjadi bulan-bulan sibuk bagi hampir seluruh masyarakat Indonesia.

Bagaimana tidak, virus bernama corona yang ditengarai berasal dari Wuhan, Tiongkok tiba-tiba menyebar sebegitu masif di Tanah Air.

Sejak saat itu, kebijakan pembatasan sosial besar-besaran langsung diterapkan. Alhasil, sebagian besar aktivitas masyarakat semacam bekerja, belajar, dan beribadah hanya bisa dilakukan dari rumah. Tujuannya, agar memutus mata rantai penularan virus yang menyerang sistem pernafasan tersebut.

Selama lebih dari tiga bulan diterapkan, ternyata implementasi pembatasan sosial itu berdampak terhadap perekonomian Tanah Air. Oleh sebabnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru. New normal, istilahnya.

New normal dipilih sebagai upaya menjaga stabilitas dan membangkitkan kembali ekonomi Indonesia. Ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya di Istana Merdeka, Kamis (7/5/2020) lalu.

Berdamai dengan keadaan sepertinya menjadi satu-satunya cara bijak yang mau tak mau mesti dilakukan untuk beberapa waktu ke depan, sampai vaksin virus Covid-19 ditemukan.

Kini, akses berkegiatan di luar rumah perlahan dibuka kembali. Meski demikian, pemberlakuan new normal bukan berarti pandemi Covid-19 telah selesai.

Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia Wiku Adisasmita, new normal adalah penyesuaian kebiasaan dengan penerapan protokol kesehatan saat kembali menjalankan aktivitas di luar rumah. Penyesuaian ini dilakukan untuk meminimalisasi penularan Covid-19.

Adapun protokol kesehatan tersebut antara lain tidak berada dalam kerumunan, tetap jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, memakai masker, serta menerapkan hidup bersih dan sehat.

Khusus untuk hidup sehat, masyarakat dapat berolahraga ringan secara rutin minimal 30 menit per hari dan menjaga asupan gizi agar daya tahan tubuh tetap terjaga. Salah satu nutrisi yang harus dijaga kecukupannya adalah vitamin D.

(Dok. Kalbe) (Dok. Kalbe)

Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Fungsinya, membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, menjaga kekuatan tulang dan gigi, serta mengobati penyakit tertentu.

Defisiensi vitamin D dapat memicu masalah kesehatan, seperti gangguan pertumbuhan tulang dan gigi, demensia, kelemahan otot jantung, serta menurunkan sistem imun sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi pada sistem pernafasan. Oleh sebab itu, kebutuhan vitamin D harian harus terpenuhi.

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, kebutuhan harian vitamin D setiap orang berbeda-beda. Pada bayi berusia di bawah satu tahun, misalnya. Jumlah kebutuhannya 400 IU per hari.

Selanjutnya, pada bayi usia di atas satu tahun, remaja, dewasa, serta ibu hamil dan menyusui, kebutuhan harian vitamin D meningkat menjadi 600 IU.

Beda lagi dengan orang lanjut usia atau di atas 65 tahun, jumlah kebutuhan vitamin D untuk golongan ini adalah 800 IU setiap harinya. 

Perlu diketahui, kebutuhan harian tersebut berlaku untuk orang dengan kadar vitamin D normal alias tercukupi.

Sementara itu, bagi orang yang mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin D disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mencari tahu takaran konsumsi yang tepat.

Ada dua bentuk vitamin D, yakni vitamin D2 dan D3. Namun, menurut temuan, vitamin D3 lebih berfungsi secara optimal dibandingkan D2 karena dapat meningkatkan kadar vitamin D dalam darah.

Vitamin D3 sebenarnya sudah terbentuk secara alami di kulit dengan bantuan sinar matahari. Itulah mengapa berjemur di bawah sinar matahari pada pagi hari kerap dianjurkan selama masa pandemi.

Namun, padatnya aktivitas sering kali membuat orang tidak punya waktu untuk berjemur. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab tingginya angka defisiensi vitamin D di Indonesia.

Solusinya, kebutuhan vitamin D3 bisa terpenuhi lewat konsumsi beberapa sumber makanan, seperti salmon, tuna, tongkol, minyak ikan, telur, susu dan olahannya, hati sapi, sereal.

Selain lewat makanan, vitamin D3 juga biasa ditemukan pada suplemen, seperti Prove D3 dari Kalbe Farma.

Prove D3 mengandung vitamin D3 (cholecalciferol) yang disesuaikan dengan kebutuhan harian orang dewasa dan anak-anak. Suplemen ini tersedia dalam dua bentuk,yaitu drops (tetes) dan tablet salut.

Pada varian Prove D3 drops terdapat kandungan vitamin D3 400 IU di setiap tetesnya. Produk suplemen ini aman karena tidak mengandung alkohol, pemanis, pewarna, dan pengawet buatan. Tidak pula mengandung gluten.

Sementara itu, kandungan vitamin D3 pada Prove D3 yang dikemas dalam bentuk setrip mencapai 1000 IU dan dapat dikonsumsi satu tablet per hari atau sesuai anjuran dokter, berdasarkan kadar vitamin D masing-masing individu.

Setiap orang pada dasarnya sudah memiliki sistem imunitas. Akan tetapi, tiap orang punya kemampuan sistem imun berbeda-beda.

Maka dari itu, asupan vitamin D yang dapat memaksimalkan kekebalan tubuh tidak boleh diabaikan. Hadirnya Prove D3 menjadi cara mudah memenuhi kebutuhan vitamin D keluarga di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com