KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung melakukan inovasi untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani garam di Desa Kusamba. Pemkab mendorong budidaya garam organik beryodium dari desa tersebut menjadi komoditas utama di daerahnya.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan berbeda dengan garam biasa, garam organik beryodium kusamba memiliki sejumlah keunggulan.
Garam diproduksi secara tradisional dan dikemas dengan teknologi modern serta memperhatikan higienitas. Selain cita rasanya lebih gurih, sesuai dengan namanya garam ini mengandung mineral yodium yang bermanfaat bagi kesehatan.
“Garam kusamba juga telah memiliki identitas, reputasi, kualitas, dan karakteristik yang telah sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Garam ini juga sudah mendapat izin edar dari BPPOM sehingga boleh beredar di pasar Indonesia,” jelas Suwarta di tengah peluncuran garam beryodium kusamba sebagai komoditas utama, Rabu (22/7/2020) seperti dalam keterangan tertulis.
Peluncuran garam organik beryodium kusamba turut dihadiri oleh Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta, Ketua TIM Penggerak PKK Kabupaten Klungkung Ayu Suwirta, serta Sekretaris Daerah Kabupaten Klungkung I Gede Putu Winastra.
Pengolahan, pengemasan, dan pemasaran garam organik beryodium kusamba dibantu oleh Koperasi Lembaga Ekonomi Produktif Pesisir Mina Segara Dana. I Gusti Nyoman Sadi Ari Putra, manajer koperasi tersebut, mengatakan bahwa garam ini akan dijual dengan merek Uyah Kusamba Gema Santi.
“(Garam) akan dijual ke pasaran dengan harga Rp 5.000 setiap 250 gram. Sedangkan untuk bahan baku garam, pihak koperasi membeli garam hasil produksi petani Kusamba dengan harga Rp 10.000 per kilo,” terangnya.
Sedangkan, untuk pengolahan dan pengemasan garam tersebut ia mengatakan dalam sebulan koperasinya dapat menghasilkan 14 ton garam atau 12.000 kemasan garam berukuran 250 gram.
Pada peluncuran garam organik beryodium kusamba yang berlangsung di Tribuana Desa Kusamba, Klungkung tersebut, I Nyoman Suwirta juga juga menyampaikan harapannya agar generasi muda di desa tersebut ikut berperan melestarikan, memproduksi, dan memasarkannya.
Selain itu ia juga mengimbau masyarakat untuk bangga menggunakan produk-produk yang diproduksi secara lokal. “Ini bukan hanya soal launching produk, tetapi juga kesejahteraan petani garam,” ujarnya.