Advertorial

Tingkatkan Ketahanan Energi Nasional, Pertamina Bersinergi dengan ITB dan Pupuk Kujang Dirikan Pabrik Katalis Nasional

Kompas.com - 30/07/2020, 14:57 WIB

KOMPAS.com – Pertamina bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Pupuk Kujang menandatangani kerja sama joint venture pembangunan pabrik katalis nasional pertama di Indonesia, Rabu (29/7/2020) di Aula Barat ITB, Bandung.

Penandatangan dilakukan oleh Direktur Utama (Dirut) Pertamina Nicke Widyawati, Plt. Direktur Utama PT Pupuk Kujang, Rita Widayati, dan Direktur Utama PT Rekacipta Inovasi ITB Alam Indrawan. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif yang hadir pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa proyek ini merupakan salah satu dari tiga proyek strategis nasional. 

Saat ini, menurut Arifin, Indonesia memiliki tiga proyek strategis nasional terkait energi baru terbarukan. Proyek pertama adalah Kilang Dumai yang sudah menghasilkan biodiesel D100 dari minyak kelapa sawit.

“Ada lagi di Kilang Cilacap yang akan menghasilkan biodiesel dan saat ini pabrik katalis yang ditargetkan selesai tahun 2021,” ujar Arifin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Pemanfaatan energi baru dan terbarukan, lanjutnya, merupakan target pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional. Oleh sebab itu, ia meminta dukungan dari semua pihak.

Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa di dunia telah terjadi global megatrend dari sisi energi. Menurutnya, pada 2030 pertumbuhan energi baru terbarukan diprediksi akan lebih tinggi dibanding energi fosil.

Maka dari itu, ungkapnya, menetapkan tonggak bersejarah untuk mulai menyiapkan Pabrik Katalis Merah Putih untuk mengoptimalkan pengembangan bioenergi di Indonesia.

“Pertamina telah menetapkan visi ke depan untuk melakukan transisi energi dengan mengoptimalkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Sawit adalah salah satu sumber daya alam yang sangat banyak di Indonesia sehingga bioenergi yang akan banyak kami kembangkan adalah berbahan dasar sawit,” ujar Nicke.

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengapresiasi kerja sama yang dilakukan Pertamina sebagai perusahaan BUMN dengan ITB.

Menurutnya, kerja sama ini akan menjadi fondasi yang membuat perekonomian nasional ke depan lebih stabil. Pasalnya, melalui pemanfaatan jenis energi ini tekanan ekonomi akibat impor bahan bakar pun dapat diminimalisasi. 

“Dengan pengembangan bioenergi, kita bisa mengurangi ketergantungan kepada impor BBM,” ujar Bambang.

Bukan hanya itu, pembangunan pabrik katalis ini diharapkan dapat mendorong tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di industri migas dan industri kimia. Selanjutnya, banyak jenis katalis juga akan ditemukan sehingga dengan pabrik ini Pertamina bisa memproduksi banyak katalis dari dalam negeri.

“Target market-nya sudah ada, kami komitmen membuka kilang untuk uji coba, dan juga Pertamina memiliki komitmen untuk melakukan investasi di Pabrik Katalis Merah Putih. Mudah-mudahan ini semua bisa meningkatkan industri nasional dan menyerap tenaga kerja yang banyak,” tambah Nicke. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau