Advertorial

Sekoci Baru di Tengah Pandemi Itu Bernama Kartu Prakerja…

Kompas.com - 16/08/2020, 08:26 WIB

KOMPAS.com – Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Bisa dibilang inilah perjalanan Kartu Prakerja pada masa pandemi Covid-19.

Sejak awal, Kartu Prakerja didesain untuk mewujudkan visi pembangunan sumber daya manusia unggul yang menjadi prioritas pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo. Ide itu ada untuk menyiasati dan mengoptimalisasi bonus demografi.

Lewat program tersebut, fokus utamanya adalah menaikkan level para angkatan kerja Indonesia, utamanya bagi para lulusan baru sekolah menengah atas (SMA) sederajat maupun perguruan tinggi (fresh graduate).  

Sesuai rencana, pelaksanaan program itu dimulai pada 2020. Sayangnya, kondisi ini harus bertepatan dengan keadaan Tanah Air yang sedang mengalami pandemi Covid-19.

Sejak wabah Covid-19 berstatus pandemi, sektor ekonomi menjadi salah satu yang terkena pukulan telak. Roda ekonomi Tanah Air seakan terhenti beriringan dengan fakta banyak pekerja yang harus kehilangan pekerjaan.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih.

Akhirnya, peserta program Kartu Prakerja yang tadinya difokuskan untuk lulusan baru, kemudian disesuaikan dengan kondisi terkini. Mereka yang dirumahkan dan terdampak pandemi juga masuk kriteria peserta penerima manfaat.

Di sinilah, Kartu Prakerja kemudian seperti menjadi “sekoci baru” untuk bertahan di tengah gelombang dan badai besar ekonomi bagi mereka.

Kata mereka

Roby Sandi adalah salah satu penerima manfaat yang sudah merasakannya. Sebelum pandemi, Robi berprofesi sebagai juru masak di sebuah hotel di Bogor.

Ia kemudian dirumahkan karena tempatnya bekerja mengalami penurunan pendapatan yang amat tajam.

Roby sempat terpuruk akan statusnya. Apalagi, sejak itu ia tak memiliki pendapatan pasti. Roby yang memutuskan untuk bangkit, akhirnya ikut daftar menjadi peserta program Prakerja.

Setelah mengikuti serangkaian persyaratan, ia pun lulus. Kesempatan itu membuatnya kembali bersemangat.

“Saya memilih ikut pelatihan membuat Japanese Cheesecake dari Baking World,” kisahnya.

Tak mau pelatihan itu sia-sia, ayah dua anak ini kemudian mempraktikkan dan menjual kue bikinannya secara online. Tak berselang lama, ia mendapat respons positif dari para pelanggan.

“Usaha ini jadi ladang baru bagi keluarga kami. Ini semua karena pelatihan Prakerja yang saya ikuti. Para pelatihnya (juga) sangat sabar menjawab pertanyaan saya,” paparnya.

Selain Roby, ada pula Yosebila Noni Erni. Perempuan asal Tangerang ini sebelumnya bekerja sebagai staf pengajar pada salah satu bimbingan belajar di Tangerang, tapi berhenti akibat Covid-19.

Setelah mendaftar, Yosebila akhirnya terpilih sebagai penerima Kartu Prakerja. Kemudian, ia mengikuti pelatihan bahasa Inggris untuk pencari kerja di platform Pijar Mahir.

“Dengan mengikuti pelatihan ini, saya berharap dapat menghadapi wawancara dalam bahasa Inggris dengan lebih fasih,” katanya.

Untuk diketahui, Kartu Prakerja merupakan inovasi pelayanan public yang dihadirkan pemerintah dengan menggandeng mitra swasta dan BUMN untuk memberikan layanan pelatihan kerja yang beragam dan relevan dengan harga bersaing.

Sebagai salah satu instrumen jaring pengaman sosial, setiap peserta Kartu Prakerja berhak atas bantuan sebesar Rp 3.550.000.

Jika dirinci, jumlah itu mencakup bantuan pelatihan atau beasiswa Rp 1 juta, insentif penuntasan pelatihan Rp 600.000 per bulan selama empat bulan, dan insentif survei kebekerjaan sebesar Rp 150.000

Harapannya, beragam pelatihan yang disediakan dapat meningkatkan skill dan kompetensi sumber daya manusia Indonesia.

Manfaat nyata

Roby dan Yosebila hanya dua dari 680.918 peserta Kartu Prakerja yang sudah dilakukan dalam tiga gelombang pelaksanaan.

Pada tahun pertama pelaksanaan, pemerintah menargetkan dapat memberikan manfaat pada 5,6 juta penerima Kartu Prakerja.

Tentu saja, Kartu Prakerja bukanlah bantuan sosial yang diberikan secara cuma-cuma. Sesuai konsep awal yang dicanangkan Presiden Jokowi, program ini mencakup unsur skillingreskilling, maupun upskilling bagi peserta.

Oleh karena itu, para peserta pelatihan Kartu Prakerja, baik pencari kerja, korban PHK, atau pekerja yang ingin meningkatkan kompetensinya boleh memilih pelatihan sesuai minatnya.

Saat ini tersedia berbagai pelatihan mulai dari barista kopi, animasi, desain grafis, bahasa Inggris, komputer, teknisi, hingga programmingscrumagile, atau coding.

Terdapat tujuh kategori pelatihan paling favorit yang dipilih peserta. Antara lain, penjualan dan pemasaran, bahasa asing (Inggris, Korea, Mandarin, Jepang, Arab), teknologi informasi, perkantoran, makanan dan minuman, serta gaya hidup dan keuangan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com