Advertorial

Dari Kesehatan Pencernaan sampai Cegah Stunting, Ini Pentingnya ASI Eksklusif untuk Anak

Kompas.com - 18/08/2020, 16:47 WIB

KOMPAS.com – Data laporan Global Breastfeeding Scorecard yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Unicef tahun 2017 menunjukkan, secara umum tingkat menyusui di dunia masih cukup rendah.

Dari 194 negara yang tercantum dalam laporan tersebut, persentase bayi di bawah enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 43 persen. Di Indonesia, tingkat pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah 6 bulan pun hanya mencapai 51 persen.

Sementara itu, menurut data yang sama, hanya 23 negara yang tingkat pemberian ASI eksklusifnya di atas 60 persen.

Padahal, air susu ibu atau ASI merupakan asupan makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi berusia 0 hingga 6 bulan.

ASI memiliki berbagai kandungan dan nutrisi yang tidak dapat tergantikan oleh makanan dan minuman apapun. Karenanya, pemberian ASI merupakan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan anak.

Psikolog anak dan remaja di Therapeutic Play Trainee & Mental Health Advocate Anastasia Satriyo M. PSI mengatakan, ASI memiliki peran besar dalam proses tumbuh kembang anak.

“Anak yang mendapatkan ASI eksklusif dan pola asuh yang tepat akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit,” jelas Anastasia dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (18/8/2020).

Menurutnya, memberikan ASI eksklusif di 6 bulan awal kehidupan anak yang dilanjutkan sampai usia 2 tahun dapat memberikan fondasi kesehatan pencernaan fisik serta emosi antara anak dengan ibu dengan memberi rasa aman.

Selain itu, kata Anastasia, kesehatan fisik dan kemampuan fokus anak, termasuk pengelolaan emosi anak juga berawal dari pencernaan yang sehat.

“Untuk itu, pastikan para ibu sejak masa kehamilan mencari tahu informasi dan belajar tentang proses kelahiran yang minim trauma dan informasi mengenai pemberian ASI eksklusif. Jangan menunggu melahirkan baru belajar,” imbuh Anastasia.

Pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan pun dapat mencegah stunting pada anak sehingga pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak akan menjadi optimal.

Karena pentingnya manfaat ASI tersebut, pemerintah terus mendorong program pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan ASI lanjutan secara optimal hingga 2 tahun lewat kampanye Pekan ASI Sedunia 2020.

“Seribu hari pertama kehidupan adalah tiang fondasi generasi muda republik ini. Jadi, pastikan hak ASI terpenuhi untuk mewujudkan Indonesia bebas stunting,” ujar Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin dalam menyambut Pekan ASI Sedunia di Indonesia.

Pentingnya peran ayah saat masa menyusui

Ternyata, tak hanya peran ibu, tingkat keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif juga ditentukan oleh peran ayah.

Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Widodo Muktiyo(Dok. Kementerian Komunikasi dan Informatika) Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Widodo Muktiyo

“Para ayah harus memberikan dukungan mental. Suami harus bisa menjadi pendengar yang baik dan memahami kesulitan istri dalam menyusui,” ujar Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof. Dr. Widodo Muktiyo di Pekan Menyusui Sedunia 2020.

Pasalnya, menyusui bukan sekadar aktivitas fisik menyalurkan ASI dari ibu ke bayi. Lebih dari itu, menyusui juga melibatkan hormon-hormon yang berpengaruh terhadap perasaan dan emosi. Tak jarang, masa menyusui bisa menjadi masa yang “berat” bagi seorang ibu.

Selain rasa lelah setelah melahirkan dan mengurus bayi, ibu sering kali harus menghadapi perubahan mood dan hormon yang bisa memicu munculnya sindrom baby blues.

Pada kondisi itulah, peran seorang ayah diperlukan untuk menenangkan dan memberikan dukungan positif bagi ibu.

Itu dia peran penting pemberian ASI eksklusif bagi anak. Untuk informasi lengkap seputar tumbuh kembang anak dan pencegahan stunting dapat disimak dalam laman Genbest.id.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com