Kabar pembangunan

Belitung Mangrove Park: Contoh Suksesnya Kolaborasi Multipihak

Kompas.com - 09/09/2020, 09:41 WIB

KOMPAS.com – Keberhasilan rehabilitasi di kawasan Belitung Mangrove Park mendapat apresiasi dari Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Himawan Hariyoga saat melakukan kunjungan kerja di Belitung, Provinsi Babel, Sabtu (5/9/2020).

Terletak di area pesisir Geosite Juru Seberang, Belitung Mangrove Park menawarkan konsep wisata berbasis ekosistem. Obyek wisata ini amat menarik karena dihadirkan dengan memanfaatkan tailing atau limbah sisa kegiatan pertambangan.

Selain sebagai upaya rehabilitasi ekosistem, kawasan ini juga menjadi wadah pemberdayaan masyarakat sekaligus menciptakan jenis pekerjaan ramah lingkungan (green jobs).

Berkat obyek wisata tersebut, pendapatan masyarakat yang tergabung dalam koperasi meningkat, dari awalnya Rp 3 juta menjadi Rp 20 juta.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, pendapatan tiket masuk wisata tersebut pun sudah mencapai Rp 50-60 juta per bulan dengan total wisatawan mencapai 78.000.

Himawan mengatakan, kawasan Belitung Mangrove Park menjadi cerminan yang baik dari praktik Pembangunan Rendah Karbon (PRK) di tingkat tapak.

“Kegiatan pariwisata dibangun dengan mempertimbangkan secara baik aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang hingga mampu menciptakan multiplier effect dalam pengembangannya,” ujar Himawan.

Sedikit informasi, PRK memastikan implementasi pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan sekaligus rendah emisi. PRK juga mengedepankan pelestarian lingkungan serta mitigasi perubahan iklim.

PRK mengusung lima sektor kunci sebagai fokus pembangunan, yakni sektor berbasis lahan, energi, industri, limbah, serta pesisir dan kelautan.

Oleh sebab itu, pemerintah fokus terhadap pembangunan energi berkelanjutan, pemulihan lahan berkelanjutan, pengelolaan limbah, penerapan ekonomi sirkular, pengembangan industri hijau, serta inventarisasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan kelautan.

Hasil Nyata Sinergi Multipihak

Himawan menambahkan, pengembangan kawasan wisata di Belitung ini membutuhkan kolaborasi banyak pihak, mulai dari komunitas masyarakat, perangkat desa, pemerintah daerah, dan pihak swasta.

Kolaborasi multipihak terbukti dapat menarik sumber pendanaan bagi Belitung Mangrove Park yang semula memiliki investasi sebesar Rp 2 miliar menjadi Rp 22,25 miliar.

Kolaborasi tersebut juga memiliki andil besar dalam mengupayakan dukungan pembiayaan penanggulangan perubahan iklim dan peningkatan melalui pengembangan berbagai skema pendanaan inovatif.

“Taman wisata mangrove ini menjadi bentuk nyata konservasi lingkungan hidup yang memiliki dampak sosial dan ekonomi. Semua berkat keterlibatan multipihak. Pemerintah hanya men-trigger saja sehingga masyarakat dan pihak-pihak lain dapat melihat secara nyata yang ingin dikembangkan. Ini menarik partisipasi berbagai pihak terkait pendanaan dan dukungan dalam bentuk lainnya,” ujar Himawan.

Kementerian PPN/Bappenas terus berupaya mengembangkan inovasi dan kolaborasi dalam perumusan kebijakan untuk menjawab permasalahan dan tantangan perubahan iklim, di antaranya dengan menyesuaikan perkembangan isu global dan nasional.

Menurut Himawan, butuh kolaborasi berbagai pihak agar pembagian tugas, kewenangan, legalisasi, serta pembangunan infrastruktur pariwisata di Belitung dapat segera diselesaikan. Hal ini supaya Belitung dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara.

“Kita harus bisa mendudukkan obyek wisata tersebut di posisi mana, siapa yang hendak disasar. Untuk geosite dan geopark, ke depannya menyasar kepada wisatawan quality tourism. Jadi, sangat diperlukan strategi-strategi tepat agar obyek-obyek wisata tersebut tidak saling mematikan,” kata Himawan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com