Advertorial

Mendikbud Bicara Mengenai Arah Kebijakan Pendidikan Usai Pandemi

Kompas.com - 07/10/2020, 19:15 WIB

KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang datang dan menyebar dengan cepat menyebabkan terjadinya perubahan di seluruh aspek kehidupan.

Dunia pendidikan pun tak luput terkena dampaknya. Kondisi ini memaksa pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk cepat merespons krisis yang terjadi.

Namun, hal itu tidaklah mudah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan, merumuskan kebijakan dan solusi untuk dunia pendidikan di masa pandemi Covid-19 harus tepat agar dampaknya bisa langsung dirasakan.

“Di pendidikan cukup sulit karena dalam pendidikan dampaknya sebagian besar dirasakan di masa mendatang, beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, kami mencari solusi bukan hanya untuk memitigasi krisis pembelajaran, melainkan juga krisis ekonomi di sektor pendidikan,” ucap Nadiem.

Hal itu Mendikbud sampaikan dalam acara bincang-bincang Kompas.com dengan tema “Bangkit Indonesiaku, Bangkit Pendidikanku”, Jumat (2/10/2020).

Untuk itu, sejak awal pandemi hingga saat ini, Kemendikbud telah menerapkan berbagai kebijakan sebagai upaya untuk tetap memberikan pembelajaran yang berkualitas bagi para siswa sejak Maret 2020.

Kebijakan pendidikan di masa pandemi

Nadiem menjelaskan, saat wabah virus corona jenis baru mulai merebak di Indonesia, langkah awal yang dilakukan Kemendikbud adalah melakukan realokasi anggaran pendidikan tinggi sebesar Rp 405 miliar untuk memastikan semua fakultas kesehatan dan rumah sakit pendidikan di Indonesia menjadi Covid center.

“Kami keluarkan dana untuk membantu gugus tugas memastikan kita bisa mengejar musuh yang tidak terlihat ini,” papar Mendikbud.

Selanjutnya, Kemendikbud langsung melakukan relaksasi dana bantuan operasional sekolah (BOS). Untuk pertama kalinya, dana BOS langsung ditransfer ke sekolah-sekolah agar tidak terjadi penundaan. Dana operasional itu pun mendapat relaksasi penuh dari pemerintah.

BOS afirmasi dan BOS kinerja juga diperluas cakupannya, tidak hanya untuk sekolah negeri, tapi juga sekolah swasta.

Dengan begitu, bantuan yang diberikan bisa dimanfaatkan oleh sekolah untuk memenuhi apa pun kebutuhan pembelajaran jarak jauh (PJJ), seperti membeli kuota untuk siswa dan guru, memberi gadget, hingga alat kesehatan.

Untuk perguruan tinggi, Kemendikbud menyalurkan bantuan uang kuliah tunggal (UKT) senilai Rp 1 triliun untuk sekitar 400.000 mahasiswa, terutama mahasiswa dari perguruan tinggi swasta yang selama ini belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Selain relaksasi kebijakan dan bantuan, pemerintah juga berusaha mengakomodasi keluhan-keluhan dari masyarakat terkait keterbatasan akses dalam pelaksanaan PJJ. Sebagai solusi, Kemendikbud bekerja sama dengan TVRI untuk menayangkan konten-konten pembelajaran sehingga bisa diakses oleh semua kalangan.

Selanjutnya, kata Nadiem, Kemendikbud juga meluncurkan kurikulum darurat untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran yang berubah selama pandemi.

“Kami ringkas secara dramatis seluruh standar pencapaian. Jadi, kurikulum itu tak perlu (dilaksanakan) tuntas, tapi yang penting-penting saja, poin-poin yang esensial,” imbuhnya.

Kemudian, Kemendikbud juga meluncurkan modul-modul pembelajaran bagi orangtua atau pendamping siswa, terutama untuk jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD).

Dampak positif yang muncul

Setelah kurang lebih enam bulan diterapkan, Nadiem menilai beberapa kebijakan pendidikan tersebut mulai memberikan dampak baik.

Penyaluran dan relaksasi dana BOS, misalnya. Nadiem mengatakan, sekolah-sekolah cukup terbantu dengan penyaluran BOS secara langsung. Sebab, pihak sekolah bisa lebih cepat merasakan dampaknya dan bisa mengalokasikan dana sesuai kebutuhan masing-masing.

“Otonomi penganggaran itu, menurut saya, luar biasa pentingnya. Karena hanya kepala sekolah dan guru-guru yang benar-benar mengerti apa kebutuhan anak-anak tersebut,” ucap Nadiem.

Lebih lanjut, ia juga melihat PJJ dapat semakin meningkatkan keterlibatan orangtua dalam proses belajar anak. Orangtua yang tadinya acuh tak acuh menjadi lebih terlibat ke dalam proses pembelajaran anak, mengenal kurikulum pendidikan yang berlaku, hingga mempelajari berbagai konsep pendidikan.

Kebijakan yang akan diteruskan

Meskipun pandemi Covid-19 membawa banyak hambatan dan tantangan, muncul pula hal-hal esensial dan positif dari berbagai kebijakan tersebut yang dapat diterapkan untuk kebangkitan pendidikan Indonesia.

Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan esensi dari kebijakan positif di masa pandemi akan dibawa di masa mendatang.

Contohnya, dari segi kurikulum, kebijakan yang akan dipertahankan adalah standar kompetensi yang menjadi prasyarat untuk maju ke jenjang pendidikan berikutnya.

Program-program yang sudah dicanangkan sebelum pandemi, seperti guru penggerak, konsep sekolah penggerak, kemerdekaan kepala sekolah, juga akan dipertahankan dan diakselerasi.

Pasalnya, secara tidak langsung pandemi ternyata telah membuka pandangan banyak orang tentang kondisi nyata pendidikan Indonesia dan urgensi akan reformasi pendidikan.

“Di masa krisis ini, saya sudah tidak perlu lagi menjelaskan itu lagi. Orangtua, misalnya, melihat kenapa kurikulumnya begitu rumit begitu padat. Orangtua dan masyarakat mulai sadar ada berbagai hal dan konsep di dalam sistem pendidikan yang perlu dimerdekakan, perlu disempurnakan segera,” kata Nadiem.

Selanjutnya adalah pemanfaatan inovasi teknologi dalam setiap proses pendidikan, meskipun nantinya kegiatan sekolah akan kembali dilakukan secara tatap muka.

Berbagai macam platform yang meningkatkan pengalaman interaksi antara guru dan murid, seperti Google Classroom, Zoom, dan Whatsapp, akan tetap digunakan. Kemendikbud juga akan memperkuat platform pembelajaran jarak jauh Rumah Belajar serta akan meneruskan kerja sama dengan TVRI untuk menyiarkan konten-konten pembelajaran.

Dalam sesi penutup acara bincang-bincang Kompas.com itu, Nadiem memberikan sedikit pesan kepada para pelajar dalam menghadapi masa sulit akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya, masa krisis saat ini dapat memberikan pelajaran dan bekal penting yang dapat memperkuat individu di masa mendatang.

“Kalau kita bisa melalui proses ini, kita tidak akan takut dengan tantangan apapun ke depannya. Hal itu akan memberikan kita suatu kepercayaan diri untuk berani mengambil risiko karena sudah mengalami yang terburuk,” ucap Nadiem.

Dengan demikian, para pelajar bisa menjadi generasi yang lebih kuat dari sebelumnya dan mampu mengatasi tantangan yang mungkin menghadang di masa depan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com