Advertorial

Begini Cerita Ayla Dimitri Bisa Jatuh Cinta dengan Batik Indonesia

Kompas.com - 08/10/2020, 12:15 WIB

KOMPAS.com – Siapa yang tak kenal dengan kain batik? Kain yang dilukis dengan cairan lilin malam kini menjadi busana yang digemari masyarakat untuk digunakan dalam berbagai situasi.

Terlebih sejak United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009, kain batik kian populer.

Kecintaan terhadap kain batik juga dirasakan oleh fashion enthusiast Ayla Dimitri. Sejak masih kanak-kanak, ia telah berkenalan dengan kain batik.

“Sebagai orang Indonesia aku sangat cinta batik. Aku sudah terbiasa ‘bernapas’ dengan kain batik. Sejak kecil dibiasakan mengenakan kain batik,” kata Ayla dalam acara Live Instagram Kompas Festival Traveler Indonesia, Selasa (6/10/2020).

Bukan sekadar sebagai kain, bagi Ayla, batik merupakan warisan leluhur yang memiliki nilai histori perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Dalam sebuah kain batik, tutur Ayla, terdapat beragam simbol sarat makna yang patut dipahami untuk mengenal sejarah Indonesia yang sesungguhnya.

“Bahkan di masa lalu, batik menjadi sarana pemersatu nusantara. Ini cerita tentang Indonesia, bukan sekadar kain melainkan penanda zaman. Batik adalah warisan kita,” jelas Ayla.

Berawal dari kakek dan nenek

Bagi Ayla, kecintaannya terhadap batik tidak bisa dilepaskan dari peran kakek dan neneknya.

Sejak kecil, Ayla memiliki hubungan erat dengan kakek dan nenek yang berasal dari Solo. Sehari-hari, ia dibiasakan menggunakan kain batik yang disebut sebagai jarik.

“Sudah menjadi keseharian sejak aku masih kecil. Sehari-hari suka bebatan pakai kain. Sampai sekarang, kebiasaan tersebut masih ada,” ujar Ayla.

Saat itu, lanjut Ayla, sang nenek mengajari bagaimana cara membebat atau melilitkan kain batik sebagai busana sehari-hari di rumah.

Nenek Ayla mengoleksi berbagai batik dengan beragam motif dari daerah pengrajin batik, seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, dan Cirebon.

Koleksi batik disimpan di etalase yang terbuat dari kayu dan disusun seperti anak tangga di salah satu dinding kediaman Nenek Ayla di Bandung. Koleksi ini bakal diturunkan ke anak cucu.

Selain cara melilit kain batik, sang nenek juga mengajarkan Ayla menyimpan batik agar tetap awet.

“Nenek punya kain batik yang usianya sudah puluhan tahun. Kain yang sudah berusia lama tidak boleh cuma ditaruh di dalam plastik dan ditumpuk di lemari,” jelasnya.

Dikatakan Ayla, penyimpanan dan pencucian kain batik memiliki cara tertentu. Tempat penyimpanan batik juga harus memiliki sirkulasi udara yang baik.

Kalau hanya ditumpuk tanpa disentuh, lanjut Ayla, kain batik juga bisa rusak.

“Beberapa waktu sekali, batik-batik itu dikeluarkan dari lemari, dilipat ulang agar terkena udara, lalu dirapikan kembali,” urainya.

Begitu juga saat mencuci batik, menurut Ayla, kain batik tidak perlu dicuci menggunakan detergen.

“Biasanya hanya diangin-anginin ajajarang dicuci. Kalau dicuci, cukup celupkan beberapa kali ke air bersih enggak usah dikucek lalu diangin-anginin hingga kering,” tuturnya.

Memadukan batik

Ayla menilai, saat ini masyarakat Indonesia menunjukkan apresiasi yang tinggi terhadap batik, bahkan menjadikannya tren fashion.

Ia berpendapat, kain batik semakin mudah untuk disandingkan dengan berbagai style kekinian sebagai busana sehari-hari.

Ayla menambahkan, tidak ada resep khusus memadukan batik dengan berbagai tren kekinian. Setiap orang bisa memadupadankan batik sesuai style masing-masing dengan penuh percaya diri.

“Aku paling senang kain batik yang masih dalam bentuk kain utuh karena bisa dijadikan berbagai macam. Mau dijadiin dress, celana, atau rok tinggal modal ikat-ikat aja,” jelasnya.

Apalagi, lanjut Ayla, kain batik sudah bisa diadaptasikan dengan tren-tren fashion kekinian seperti hoodie.

Terkait motif, diakui Ayla, pernah mengombinasikan bahan jas dengan batik bermotif wayang.

“Batik yang bergambar wayang digunting untuk dijadikan motif pada bagian punggung jas,” tandasnya.

Selain sebagai atasan, kata Ayla, celana motif batik juga tak kalah menarik untuk dikombinasikan dalam berpakaian.

Berbagai macam atasan seperti kemeja putih polos, outer, maupun crop top cocok disandingkan dengan celana batik.

“Celana batik bisa match dengan kemeja putih yang oversized lalu pakai high heels. Atau, kain batik biasa tinggal diikat-ikat lalu atasannya pakai crop top,” imbuhnya.

Sejak dilindungi UNESCO, lanjut Ayla, desainer luar negeri mulai melirik batik untuk ditampilkan di fashion show skala internasional. Hal ini menunjukkan bahwa batik Indonesia punya potensi untuk menjadi tren fashion baru.

Dukungan bagi pengrajin batik

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, Ayla melihat para pengrajin batik sedang dihadapkan dengan tantangan ekonomi.

Menurut Ayla, pengrajin batik saat ini sedang diuji sehingga membutuhkan dukungan berbagai pihak, utamanya masyarakat.

“Kita yang memiliki kapasitas, kalau boleh yuk beli batik di pengrajin batik, bantu mempromosikan, dan menggunakan batik dengan rasa bangga dalam kegiatan sehari-hari,” ujarnya.

Sebagai apresiasi terhadap pengrajin batik, Ayla mengimbau, untuk tidak menawar harga saat membeli batik.

“Itu sebagai apresiasi terhadap mereka sekaligus apresiasi terhadap kekayaan budaya kita sendiri,” pesan Ayla.

Menurutnya, harga yang ditawarkan pengrajin sesungguhnya tak sebanding dengan nilai budaya dan teknik di balik pembuatan batik yang rumit.

Selain mempertimbangkan motif, hal yang penting diperhatikan saat membeli batik adalah bahan kain dan bahan pewarna menggunakan pewarna alami.

“Aku pribadi memilih batik karena tertarik dengan simbol atau motif tertentu yang digoreskan dalam batik tersebut. Intinya adalah motif, warna, teknik pembuatan, dan bahan kain,” ujarnya.

Kamu bisa menunjukkan rasa cinta terhadap batik Indonesia seperti Ayla Dimitri. Caranya, ikuti kontes foto dan video #BatikItuAsyik yang diadakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Buat foto dan video dengan mengenakan batik, lalu unggah di Instagram untuk foto dan TikTok untuk video. Jangan lupa mention akun @pesonaid_travel di Instagram dan @indonesia.travel di TikTok serta gunakan hashtag #BatikItuAsyik.

Periode kontes untuk merayakan Hari Batik Nasional ini berlangsung 2-16 Oktober 2020. Pemenang terpilih akan mendapatkan tiga signature batik ekslusif dan 10 hadiah menarik lainnya.

Tunggu apa lagi, yuk tunjukkan rasa cinta terhadap batik Indonesia. Info lengkap kontes foto dan video tersebut bisa didapat dengan mengunjungi tautan berikut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com