Advertorial

Kolaborasi BRI, Perbanas, dan Bank Buku IV Perangi Kejahatan Siber di Industri Perbankan

Kompas.com - 13/10/2020, 11:59 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyambut baik pembentukan Komite Kerja Cyber Security oleh Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) di Jakarta beberapa waktu lalu. Keberadaan komite kerja ini diharapkan menjadi motor dalam upaya memerangi cyber crime atau kejahatan siber yang kerap menyerang industri perbankan di Indonesia.

Acara pembentukan komite kerja tersebut dihadiri Direktur Digital, Teknologi Informasi, dan Operasi BRI sekaligus Ketua Bidang Operation, Technology, dan Regulatory Reporting PERBANAS Indra Utoyo, Direktur Deteksi Ancaman BSSN Sulistyo Wadirtipidsiber Bareskrim Polri Kombes Pol. Suyudi Ario Seto, Direktur Teknologi Informasi ITB Arry Akhmad Arman, CISO BRI Muharto, dan EVP Center of Digital BCA Weni Sabu.

Indra Utoyo mengatakan, kerjasama antar-bank untuk melawan kejahatan siber sangat diperlukan, apalagi di tengah segala keterbatasan yang muncul akibat pandemi Covid-19.

“Akibat pandemi, pertumbuhan transaksi dan penggunaan kanal digital perbankan melonjak signifikan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (13/10/2020).

Hal tersebut, lanjut Indra, diikuti dengan munculnya resiko-resiko keamanan baru seperti terjadinya kejahatan siber.

“Kami lihat perkembangan digital ini berdampak pada dua hal. Pertama, kami excited bisa melakukan berbagai inovasi yang menarik. Akan tetapi, di sisi lain juga ada scary-nya. Memang risiko-risiko baru muncul bersamaan dengan pertumbuhan yang eksponensial,” terangnya.

Indra menambahkan, situasi pandemi dan revolusi industri 4.0 membuat industri keuangan, khususnya perbankan, harus melakukan transformasi layanan ke dalam bentuk digital.

Karena pandemi dan revolusi industri 4.0, maka transformasi layanan ke dalam bentuk digital menjadi keharusan bagi industri keuangan khususnya perbankan. Hal ini membuat pusat transaksi dan layanan perbankan tidak lagi terjadi di kantor-kantor bank, tetapi bergeser ke gawai masing-masing nasabah.

“Ketika masuk ke era open banking, kita masuk kepada eranya hyper collaboration. Di satu sisi, ini adalah opportunity. Akan tetapi, di sisi lain membawa exposure kepada risiko yang jauh lebih besar. Tentu kita harus betul-betul mengantisipasinya dengan baik, melakukan governance yang jauh lebih baik, risk management yang tentu berbeda, dan juga compliance,” katanya.

Untuk memperkuat pengamanan layanan digital, BRI senantiasa melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para nasabah agar lebih sadar akan pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi mereka. Langkah ini diharapkan bisa meminimalisasi terjadinya tindak kejahatan berupa pencurian data nasabah oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

BRI juga terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap keamanan layanan digital perseroan. Tanpa kepercayaan yang kuat, layanan yang dimiliki BRI tidak akan menjangkau seluruh nasabah secara maksimal.

“Penting bagi kami untuk menghadirkan digital trust ini kepada nasabah karena trust is the heart of customer experience. Di era ini, kami harus menata lagi business continue to management, melakukan scenario testing untuk menghadapi berbagai skenario-skenario dari serangan, melakukan aksi cepat ketika terjadi serangan, komunikasi dengan bahasa simpel, dan menata keamanan teknologi secara berlapis-lapis,” imbuh Indra.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com