Advertorial

10 Tahun di Bawah Kepemimpinan Risma, Infrastruktur Surabaya Berkembang Pesat

Kompas.com - 27/11/2020, 18:40 WIB

KOMPAS.com - Surabaya banyak mengalami perubahan dan menjelma menjadi kota yang diperhitungkan dunia  di bawah kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini atau yang akrab disapa Risma. 

Berbagai akses jalan dibangun untuk memperlancar lalu lintas. Saluran-saluran yang ada di bawahnya dipasangi dan dihubungkan box culvert demi mengantisipasi genangan air di musim penghujan. Ruang terbuka hijau (RTH) pun terus ditambah setiap tahunnya. 

Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Erna Purnawati mengatakan, Risma langsung tancap gas membangun berbagai infrastruktur di Surabaya sejak awal kepemimpinannya pada 2010. 

“Salah satu yang diprioritaskan kala itu adalah pembangunan Frontage Road (FR) Ahmad Yani sisi barat, dimulai dari depan City of Tomorrow (Cito) hingga akhirnya tuntas di FR Wonokromo,” kata Erna dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/11/2020). 

Awalnya, lanjut Erna, pembangunan FR sisi barat itu dimulai dengan pembebasan lahan pada 2010. Lalu, dilanjutkan dengan pembangunan fisiknya pada 2012. 

“Jadi, pada 2012-2016 kami melakukan pembangunan fisik dari Cito hingga Royal Plaza sepanjang 4,7 kilometer. Kemudian, (dilanjutkan) dari depan Royal Plaza hingga FR Wonokromo sepanjang sekitar 1,2 kilometer yang tuntas pada 2019,” ujar Erna. 

Selain itu, pembangunan FR Jalan Ahmad Yani sisi timur juga dituntaskan. Bahkan, Risma menuntaskan pembangunan Jalan Merr. Jalan ini merupakan salah satu rangkaian jalan arteri primer dan menjadi pintu gerbang Surabaya di sisi timur. 

“Jalan Merr atau Jalan Ir. Soekarno yang panjangnya 10,75 kilometer ini telah dibangun sejak 1996. (Jalan ini) tuntas di masa Bu Risma,” terang Erna. 

Tak hanya jalan tersebut, Risma juga membangun jalan-jalan penting lain, seperti Jalan Luar Lingkar Barat (JLLB), Jalan Luar Lingkar Timur (JLLT), Jalan Wiyung, Jalan Simpang Dukuh, Jalan Kedung Baruk, jalan akses tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo, dan jalan akses ke Lapangan Tembak. 

Secara keseluruhan, jalan yang dibangun sepanjang kepemimpinan Risma mencapai 259 kilometer. 

“Sejak 2010, kami sudah melakukan pembebasan lahan sebanyak 2.665 persil dengan luas 419.942 meter persegi. Total nominalnya sebesar Rp 1,9 triliun lebih,” imbuh Erna. 

Selain itu, Risma juga membangun rangkaian jalan khusus pedestrian. Hingga 2020, total jalan yang telah dibangun mencapai 101.193,30 meter. Di bawah jalan pedestrian itu, ada saluran besar yang dipasangi box culvert sepanjang 232.884,6 meter. 

“Kami pasang box culvert untuk mengantisipasi banjir. Bahkan, kami juga terus memperbanyak bozem atau waduk. Saat ini, ada 75 bozem dengan luas 1.446.925 meter persegi dan volume 6.008.139 meter kubik,” kata Erna. 

Demi mengendalikan genangan air di Surabaya, Risma membangun 59 rumah pompa dan menyiapkan 111 unit genset sebagai antisipasi listrik padam. Bahkan, kapasitas pompa yang kurang maksimal banyak diganti. 

“Hampir semua pompa ditambah kapasitasnya. Saat ini, sudah banyak pompa air yang memiliki kapasitas 5 meter kubik sehingga sangat cepat menyedot air. Ada pula pompa yang bisa kami atur kapasitasnya. Jadi, tergantung banyaknya air yang ingin kita alirkan,” ujar Erna. 

Di samping itu, Risma juga memperbanyak pembangunan jembatan. Pada 2010, jumlah jembatan di Kota Surabaya hanya 6 jembatan. Setelah Risma menjabat, selalu ada pembangunan jembatan setiap tahunnya. Saat ini, sudah ada 134 jembatan di Surabaya. 

“Tahun ini kami fokus pada pembangunan Jembatan Joyoboyo. Kami targetkan tahun ini selesai. Nantinya, jembatan ini akan menjadi salah satu ikon baru di Kota Surabaya,” imbuh Erna. 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin menyampakan, Risma juga banyak membangun taman sejak awal kepemimpinannya. 

“Karena sejak awal Bu Risma ingin Surabaya menjadi kota seribu taman,” kata Anna. 

Setidaknya, lanjut Anna, saat ini sudah ada 573 taman kota yang tersebar di berbagai titik di Surabaya, termasuk Taman Harmoni yang dulunya bekas tempat pembuangan akhir (TPA). 

“Luas taman (di Surabaya) telah mencapai 1.651,24 hektar pada 2020. Sementara, luas RTH sudah mencapai 7.356,24 hektar atau 21,99 persen dari luas Kota Surabaya. Dengan demikian, RTH publik kami sudah di atas target minimal sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) PU nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,” kata Anna. 

Anna menambahkan, pengelolaan sampah juga terus disempurnakan. Saat ini sudah ada 533 bank sampah, 9 Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) 3R (Reduce, Reuse, Recyle), dan 28 rumah kompos. Bahkan, pengelolaan sampah sudah bisa menghasilkan listrik melalui PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) Benowo. 

“Kampung-kampung juga diajari cara mengolah sampah. Dengan begitu, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo tidak terlalu banyak meski pertumbuhan penduduk semakin meningkat,” imbuh Anna. 

Sementara itu, ahli permukiman dan perkotaan sekaligus Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Prof. Johan Silas mengatakan, Risma telah membangun Kota Surabaya untuk 10 tahun ke depan. Sebab, kemajuan dan pembangunannya sangat pesat. 

“Ke depan, Surabaya harus menjadi bagian dari sistem tata kota dunia. Saya yakin, Surabaya bisa mencapai itu dan terus menjadi kota terbaik di Indonesia dan dunia,” kata Johan. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com