Advertorial

Ini Alasan Kenapa Tokoh Putri Duyung di Film Live Action The Little Mermaid Berkulit Hitam

Kompas.com - 08/12/2020, 09:29 WIB

KOMPAS.com – Industri film Hollywood tengah keranjingan me-remake film-film lama. Hasil dari “peremajaan” film ini pun kerap jadi perbincangan warganet di media sosial. Opini pro dan kontra saling mengisi di jagat maya.

Terbaru, rencana Disney me-remake film The Little Mermaid ke bentuk live action pada 2019 menuai beragam reaksi. Penyebabnya, Disney mendapuk aktris Afro-Amerika Halle Bailey untuk berperan sebagai tokoh Ariel.

Penunjukan tersebut merupakan langkah berani Disney yang mengubah persona Ariel. Seperti diketahui, sosok Ariel kerap digambarkan sebagai sosok berkulit pucat dan berambut merah.

Beberapa warganet mengkritik keputusan Disney. Bahkan, langkah berani tersebut dianggap sebagai penghinaan terhadap kebudayaan Denmark karena cerita yang ditulis Hans Christian Andersen ini sejatinya berasal dari cerita rakyat Denmark. Penolakan ini juga memunculkan tagar #NotMyAriel dan #NotMyMermaid.

Sementara, pihak Disney kukuh dengan keputusannya. Menurut unggahan akun Freefrom, jaringan televisi yang dimiliki Disney, tokoh Ariel memang seorang Denmark, tapi orang Denmark bisa pula berkulit hitam.

“Warga kulit hitam di Denmark secara genetik juga memiliki rambut merah. Namun, yang perlu digarisbawahi, tokoh Ariel adalah fiksi,” bunyi pernyataan Freeform seperti dikutip dari The Washington Post, Selasa (9/7/2019).

Mahasiswa jurusan Sosial Politik di TU Braunschweig dan anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman Stephanie Tanus menjelaskan, fenomena penolakan Ariel berkulit hitam bisa terjadi lantaran sebagian besar masyarakat sudah terikat dengan sosok Ariel berambut merah dan berkulit pucat.

“Saya (juga) memiliki keterikatan dengan gambaran karakter tersebut. Layaknya manusia pada umumnya, perubahan bukanlah sesuatu yang bisa terjadi dengan mudah,” jelasnya dalam rilis tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (7/12/2020).

Bukan hal baru

Bagi Stephanie, perubahan persona tokoh di dalam film bukan hal baru. Karakter The Human Torch dalam film Fantastic Four versi remake dan Marie Jane di film Spiderman: Homecoming, contohnya.

Keputusan ini, lanjutnya, merupakan strategi Hollywood untuk meningkatkan representasi masyarakat kulit berwarna di dunia film.

Sebagai contoh, tokoh-tokoh animasi film Disney klasik selalu digambarkan dengan tokoh keturunan Eropa. Contohnya, tokoh Cinderella dan Aurora. Sementara, tokoh kulit hitam, seperti Tiana, jarang ditemui dalam film-film Disney klasik.

“Oleh karena itu, mengubah etnis Ariel merupakan sebuah cara untuk meningkatkan representasi kaum minoritas, terutama warga kulit hitam,” paparnya.

Strategi perubahan etnik pada tokoh, jelasnya lagi, memicu ragam argumentasi. Beberapa orang berargumen bahwa perubahan etnik, dari kulit putih menjadi kulit hitam, berarti melakukan penghapusan terhadap representasi kulit putih.

Beberapa lainnya skeptis dan mengatakan bahwa perubahan tersebut memiliki standar ganda. Pasalnya, perubahan kulit putih ke kulit hitam dinormalkan, sedangkan hal sebaliknya justru dikecam.

Penilaian standar ganda juga menuai kritik balasan. Stephanie menjelaskan, pihak yang kontra terhadap argumen standar ganda menilai hal tersebut bisa berterima bila representasi kulit putih dan hitam seimbang. Kenyataannya, hal tersebut tidak terjadi.

“Argumen lain mengusulkan sebuah solusi berbeda dengan menciptakan karakter orisinal berkulit hitam, seperti cara Marvel membuat kisah Black Panther,” ujarnya lagi.

Meski begitu, pembuatan karakter baru membutuhkan modal besar. Apalagi, hal tersebut dinilai lebih berisiko secara finansial dibandingkan mengubah etnik karakter lama yang sudah dikenal masyarakat.

Langkah penting

Upaya meningkatkan representasi kaum minoritas di media seperti film, menurut Stephanie, merupakan langkah penting. Pasalnya, hal tersebut dapat mengurangi laku rasisme yang ada pada masa sekarang.

Ia pun mencontohkan pengalamannya sewaktu kecil. Sebagai generasi yang lahir pada 1990-an, Stephanie menghabiskan hari Minggu dengan menonton serial Power Rangers.

“Saya ingat betul tiga karakter baru yang diperkenalkan; seorang lelaki kulit hitam, seorang lelaki kulit putih, dan seorang wanita kulit putih. Di episode itu, ketiga karakter dengan latar belakang yang berbeda bertemu, bertengkar satu sama lain, hingga akhirnya bekerja sama dan menjadi Power Rangers,” kenangnya.

Lalu, Stephanie sempat terkejut lantaran tokoh laki-laki tersebut menjadi Ranger Merah yang notabene merupakan pemimpin para Rangers. Saat itu, Stephanie merasa terjadi kesalahan dengan jalan cerita Power Rangers.

“Ranger Merah adalah pemimpin dari para Power Rangers dan dari berbagai media yang seorang anak kecil macam saya tonton pada masa itu, seorang Ranger Merah dan protagonis pastilah seorang laki-laki dan berkulit putih,” ceritanya lagi.

Dari pengalamannya, Stephanie berpendapat bahwa penilaiannya saat kecil bisa terjadi karena kesalahan pada masalah representasi di media. Sebagai reproduksi realitas, media berperan penting dalam menanamkan pesan kultur dan moral yang lambat laun masuk ke dalam alam bawah masyarakat.

“Misalnya, ketika media selalu menampilkan sosok etnis tertentu dalam peran antagonis, masyarakat akan mulai mengorelasikan etnis tersebut dengan nilai-nilai negatif,” paparnya.

Oleh karena itu, isu representasi tersebut, kata Stephanie, menjadi pekerjaan rumah mendesak bagi para elite media. Cara-cara elite media memecahkan masalah representasi dapat membuat generasi sekarang dan mendatang bisa terbebas dari bias rasial dan diskriminasi.

“Saya tidak ingin seorang anak kecil duduk di depan layar televisi dan melihat seorang kulit berwarna dalam posisi entah apa dan berkata bahwa itu adalah sesuatu yang salah hanya karena media tidak pernah menampilkan hal tersebut sebelumnya,” ujarnya.

Artikel ini disadur dari esai Stephanie Tanus berjudul “Ariel Kulit Hitam dan Isu Representasi di Media” yang diterima Kompas.com, Senin (7/12/2020).

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com