Advertorial

Merawat Keindahan Bumi, Garnier Luncurkan Program Green Beauty

Kompas.com - 20/12/2020, 14:42 WIB

KOMPAS.com – Sampah plastik menjadi salah satu masalah lingkungan yang dihadapi setiap negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Data World Economic Forum pada April 2020 menunjukkan, Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik per tahun. Sebagian besar sampah plastik itu berakhir di laut.

Jika tidak ada tindakan untuk menanggulanginya dari sekarang, jumlah sampah plastik yang berakhir di lautan pada 2025 diprediksi mencapai 780.000 ton per tahun.

Untuk menanggulangi masalah itu, Indonesia terus berupaya. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) No 75 Tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen adalah salah satunya.

Merespons hal tersebut, Garnier Indonesia sebagai salah satu perusahaan produsen produk kecantikan berupaya untuk membantu menciptakan lingkungan lebih indah di masa mendatang dengan menjadi pelopor industri kecantikan yang berkelanjutan.

General Manager Consumer Products Division L'Oréal Indonesia Manashi Guha mengatakan, alam dan lingkungan selalu menjadi inti dari setiap kegiatan yang dilakukan Garnier. Karena itu, Garnier memiliki tanggung jawab besar untuk mengakselerasi transformasi, menciptakan masa depan lebih ramah lingkungan, dan industri kecantikan berkelanjutan di Indonesia.

Sebagai wujud komitmen tersebut, Garnier menginisiasi gerakan peduli lingkungan bertajuk Green Beauty. Tujuannya untuk menciptakan dampak positif menuju keberlanjutan hidup semua orang.

 “Inisiatif ini merupakan langkah awal Garnier (bertransformasi) menjadi lebih ramah lingkungan di semua rantai produksi. Mulai dari proses produksi yang lebih ramah lingkungan sampai kemasan yang nantinya dapat didaur ulang,” papar Manashi.

Lima langkah keberlanjutan

Manashi menjelaskan, terdapat lima langkah keberlanjutan yang diinisiasi oleh Garnier untuk mempercepat transformasi menjadi lebih ramah lingkungan di setiap aspek rantai produksi tersebut.

Pertama, lebih banyak solidarity sourcing. Dalam proses produksinya, Garnier melibatkan ratusan komunitas petani kecil sebagai pemasok bahan baku. Komunitas ini dipilih berdasarkan etika, dampak lingkungan, dan faktor sosial.

“Garnier juga bermitra dengan lembaga sosial untuk membantu memberdayakan masyarakat melalui program pengadaan bahan baku yang bertanggung jawab secara sosial di seluruh dunia,” ujar Manashi.

Kedua, lebih banyak formula ramah lingkungan. Garnier berkomitmen untuk melindungi keanekaragaman hayati yang menjadi bahan baku produk dengan menerapkan green science. Semua produk Garnier juga akan mengandung formula yang ramah lingkungan dan biodegradable.

Ketiga, lebih banyak kemasan ramah lingkungan. Sejak 2019, Garnier tidak lagi menggunakan lembaran plastik transparan pada kemasannya sehingga dapat mengurangi penggunaan plastik hingga 32 ton. Pada akhir 2022, upaya ini diperkirakan akan mengurangi hingga 402 ton plastik.

Keempat, lebih banyak sumber energi terbarukan. Seluruh pabrik Garnier di berbagai negara berupaya menurunkan emisi karbon dengan cara meningkatkan efisiensi energi melalui desain insulasi bangunan yang lebih baik, menggunakan teknologi hemat energi untuk proses industri, dan mencari sumber energi terbarukan secara lokal.

Berkat upaya itu, Garnier berhasil mengurangi konsumsi air di pabrik Indonesia hingga 59 persen dan mengurangi emisi karbon dioksida hingga 84 persen pada 2019, dibandingkan pada 2005.

“Ini adalah komitmen yang kami lakukan tidak hanya di negara-negara lain, tapi juga di Indonesia,” ujar Manashi.

Terakhir, lebih banyak aksi memerangi polusi plastik. Sejak 2018, Garnier sudah bekerja sama dengan Waste4Change untuk memastikan limbah yang dihasilkan kantor pusat tidak berakhir di tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

Kemudian, pada 2020, Garnier menggandeng Tokopedia dan Sirclo untuk menginisiasi proses pengiriman paket ramah lingkungan. Bubble wrap digantikan dengan air packing untuk mengurangi hingga 75 persen penggunaan plastik.

Mengajak konsumen untuk berpartisipasi

Untuk mengurai persoalan sampah plastik, Garnier mengajak konsumen untuk memiliki gaya hidup minim sampah plastik dengan ikut serta dalam gerakan #GreenBeauty. Pihak Garnier sadar, upaya menciptakan masa depan ramah lingkungan tidak bisa dilakukan oleh pihak produsen saja.

Melalui gerakan ini, Garnier mendorong konsumen untuk terlibat dalam program daur ulang plastik secara online (berbasis aplikasi) dan offline.

Program tersebut merupakan hasil kerja sama dengan eRecycle, Bank Sampah Induk Rumah Harum Depok, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), IBSCD, dan Hero Group.

Untuk program online, Garnier bermitra dengan eRecycle untuk mendesain aplikasi smartphone sebagai salah satu cara dan solusi dalam membantu masyarakat melakukan program daur ulang.

“Melalui aplikasi ini, konsumen bisa mengirimkan berbagai jenis sampah, seperti kemasan plastik, botol kaca, kertas, dan kemasan sachet ke tempat daur ulang sampah untuk diolah kembali,” kata Manashi.

Sampah-sampah yang telah dipilah dan diinput datanya oleh konsumen lewat aplikasi kemudian akan dijemput langsung oleh petugas e-picker. Layanan penjemputan ini tersedia di kawasan Jakarta, Depok, dan Kota Bekasi. Tak hanya itu, aplikasi ini juga memberikan informasi terkait cara pengolahan sampah kemasan plastik mandiri oleh konsumen.

Aplikasi eRecycle saat ini sudah dapat diunduh lewat Google Play Store untuk pengguna ponsel android dan di App Store bagi pengguna ponsel berbasis iOS.

Tampilan Garnier Green Beauty Box yang ditempatkan di 19 titik di Jabodetabek (Dok. Garnier Indonesia) Tampilan Garnier Green Beauty Box yang ditempatkan di 19 titik di Jabodetabek

Sementara itu, Garnier bekerja sama dengan Hero Group untuk menyediakan tempat pengumpulan sampah plastik offline. Konsumen dan masyarakat yang ingin mendaur ulang sampah plastiknya bisa membawa sampah yang telah dipilah ke Green Beauty Box.

Hingga saat ini, terdapat 19 titik Green Beauty Box yang tersebar di Jabodetabek. Adapun jenis-jenis sampah plastik yang dapat dikumpulkan, yakni PTE, PDTE, PVC, LDPE, dan PP.

Nantinya, sampah-sampah yang terkumpul akan didaur ulang menjadi berbagai produk furnitur rumah tangga, pallet, dan ecobricks.

Lewat program tersebut, Garnier menargetkan sebanyak 100 ton sampah plastik bisa didaur ulang pada 2021. Garnier pun memprediksi lebih dari 25.000 konsumen ikut serta dalam inisiatif ini pada 2021 dan mengambil langkah untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

Untuk menyukseskan gerakan #GreenBeauty, Garnier menggandeng enam selebritas sebagai brand ambassador. Mereka adalah Ryan Ogilvy, Chelsea Islan, Joe Taslim, Mikha Tambayong, Mellya Baskarani, dan Rizki Nazar.

Joe Taslim dan Chelsea Islan yang hadir dalam konferensi pers tersebut mengapresiasi gerakan #GreenBeauty.

 “Aplikasi eRecycle ini bagus banget karena kita (konsumen) jadi enggak punya alasan untuk enggak recycle plastik. Meski di rumah aja, kita bisa tetap mengumpulkan sampah plastik, kemudian sampah tersebut dijemput untuk di-recycleI call it social distance recycling,” ujar Chelsea Islan.

Sementara Joe Taslim mengatakan, langkah untuk bertransformasi dan menciptakan kehidupan yang lebih ramah lingkungan dibutuhkan kolaborasi dari banyak pihak.

“Ini bukan hanya tugas Garnier atau KLHK. Ini tanggung jawab bersama. Apalagi, isu sampah plastik ini cukup menjadi perhatian. Berdasarkan laporan yang ada, Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di dunia,” kata Joe.

Untuk informasi lebih lengkap tentang Garnier Green Beauty, silakan kunjungi website Garnier Indonesia dan akun Instagram @garnierindonesia. Sementara itu, daftar lengkap lokasi Green Beauty Box bisa dicek di tautan ini

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com