Advertorial

Cerita Relawan Medis Perempuan di Wisma Atlet, Saling Dukung untuk Menguatkan

Kompas.com - 23/12/2020, 15:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Keterbatasan daya tampung rumah sakit dalam menghadapi gelombang pandemi Covid-19 membuat pemerintah pusat harus memutar otak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyulap Wisma Atlet Kemayoran menjadi Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19.

Fasilitas kesehatan darurat tersebut diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (23/3/2020). Kini, sudah sembilan bulan tempat itu beroperasi sebagai rumah sakit.

Untuk mengoptimalkan penanganan pasien di Wisma Atlet Kemayoran, pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengadakan rekrutmen relawan, termasuk tenaga medis.

Dari sekian banyak relawan, salah satu yang telah terlibat sejak awal masa pandemi adalah dr Debryna Dewi Lumanauw.

“Waktu ada ajakan dari seorang teman di Ikatan Dokter Indonesia (IDI), saya sudah tidak pikir-pikir lagi (untuk terlibat sebagai relawan),” kata Debryna dalam webinar bertajuk Perjuangan Tenaga Medis Perempuan di Masa Pandemi, Kamis (17/12/2020).

Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kompas TV dalam rangka memperingati Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember.

Debryna berkisah, minggu-minggu pertama pandemi Covid-19 masuk Indonesia, keadaannya luar biasa chaos.

“Karena ini rumah sakit darurat, kami serba tidak siap. Akan tetapi, kami harus tetap melakukan upaya yang terbaik untuk menerima dan menangani pasien,” ujarnya.

Awalnya, Debryna dan rekan-rekan relawan medis di Wisma Atlet Kemayoran tidak menyangka angka kasus Covid-19 akan melonjak signifikan seperti yang terjadi saat ini.

“Kemarin saja, satu hari ada yang 6.700 kasus dengan positive rate 18 persen. Ini mencemaskan sekali. Tingkat positive rate yang tinggi menggambarkan fenomena gunung es, di mana angka (kasus positif) yang kita lihat itu tidak menggambarkan jumlah sesungguhnya. (Jumlah sesungguhnya) bisa berkali-kali lipat,” ungkap Debryna.

Kemudian, Debryna mengisahkan tentang pengalamannya dan relawan medis lain dalam mengenakan alat pelindung diri (APD) selama bertugas di Wisma Atlet Kemayoran.

“Banyak orang bilang kami itu lebay (berlebihan) dalam menggunakan APD. Kami lebay karena takut sekali (terpapar Covid-19). Ketakutan itu kami gunakan agar terus disiplin menggunakan APD lengkap selama bertugas,” jelasnya.

Debryna menambahkan, tidak sedikit APD yang kerap rusak di beberapa bagian. Persediaan yang terbatas di awal masa pandemi pun membuat ia dan relawan medis lainnya memutar otak untuk “menghemat” APD.

“Kadang (bagian APD yang rusak) sampai harus ditambal pakai selotip. Meski tidak ada aturan (harus) menggunakan APD harus 8 jam nonstop, tetapi kami memilih untuk terus menggunakan APD sampai shift selesai agar lebih hemat penggunaannya,” terang Debryna.

Penggunaan APD selama 8 jam memiliki konsekuensi tersendiri. Selain rasa panas, beberapa bagian tubuh juga kerap lecet, terutama pada wajah.

“Ibadah jadi menggunakan APD. Makan dan minum pun sudah pasti tidak bisa. Bahkan beberapa (relawan medis) harus memakai pampers,” katanya.

Meski telah melalui shift yang panjang, tetapi tugas Debryna dan relawan medis lain tidak berhenti di situ saja. Selesai jam tugas, mereka masih harus melakukan pekerjaan-pekerjaan administratif, seperti membuat resep obat dan pengajuan pemeriksaan laboratorium.

Nakes perempuan saling dukung

Mengemban tugas sebagai relawan medis di Wisma Atlet Kemayoran bukan perkara mudah. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkan semangat Debryna dan tim relawan untuk terus berjuang di garda terdepan.

Salah satu hal yang menguatkan Debryna untuk terus berjuang adalah dukungan dari sesama tenaga medis, terutama yang sama-sama perempuan.

“Kebetulan tim saya semuanya perempuan dan memiliki support system yang kuat. Kami selalu saling berkomunikasi dan curhat satu sama lain,” kata Debryna.

Selain itu, eksistensi perempuan di garda terdepan menjadi inspirasi tersendiri bagi Debryna. Ia mengatakan, tenaga medis perempuan yang ada di Wisma Atlet Kemayoran dapat melakukan semua pekerjaan dengan baik dalam kondisi fisik apa pun.


“Bahkan, waktu itu ada (tenaga medis perempuan) yang baru melahirkan,” tukasnya.

Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum tampak melandai, Debryna berharap para tenaga medis diberi kekuatan dan kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Ia juga berpesan kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan agar penyebaran virus corona dapat ditekan.

“Semua orang harus saling jaga dan saling mengingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan,” imbuh Debryna.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com