Advertorial

Kepala BPIP: Negara Harus Apresiasi Peran Penting Perempuan dalam Pembangunan

Kompas.com - 24/12/2020, 12:55 WIB

KOMPAS.com – Sejatinya, perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam hal aktualisasi diri layaknya laki-laki. Sebab, peran perempuan begitu penting dalam pembangunan suatu bangsa.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah antara laki-laki dan perempuan di Indonesia cukup berimbang, yakni 50,4 persen berbanding 49,6 persen. Sayangnya, masih ada ketimpangan antara keduanya.

Isu kesetaraan gender yang terjadi di Tanah Air pun masih tampak pelik di mata dunia. Berdasarkan catatan Forum Dunia Global Gender Gap Report 2020, posisi Indonesia berada di urutan 85 dari 153 negara yang mengalami masalah ketimpangan gender. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia kalah dari Filipina (16), Singapura (54), dan Thailand (75)

Ketimpangan tersebut dilihat dari beberapa indikator, di antaranya antisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, kesehatan dan kelangsungan hidup, serta pemberdayaan politik.

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan, perempuan acapkali dihadapkan pada tantangan struktural dan kultural yang lebih kompleks dalam mengaktualisasi diri.

Padahal, lanjut Yudian, sejarah Nusantara tak terlepas dari peran perempuan. Sebut saja Ratu Shima, Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi, dan Sultanah Safiatuddin.

“Ketiganya pernah memimpin kerajaan-kerajaan di Nusantara,” imbuh Yudian dalam acara web seminar (webinar) yang digelar BPIP bersama Kompas TV, Rabu (16/12/2020).

Bukan itu saja. Pada tataran sejarah sosial, Indonesia juga punya banyak figur perempuan penting dalam melawan kolonialisme, seperti Cut Nyak Dien, RA Kartini, Dewi Sartika, dan Fatmawati.

Melihat fakta tersebut, Yudian mengemukakan bahwa negara perlu mengapresiasi perempuan. Lagi pula, secara agama, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sudah ditekankan.

“Umat yang paling mulia tidak ditentukan oleh jenis kelamin, tetapi ketakwaan dan prestasi. Bahkan, dijelaskan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu,” kata Yudian.

Perempuan di tengah pandemi

Seiring waktu, Indonesia telah melahirkan banyak perempuan hebat nan tangguh yang berprestasi di bidangnya masing-masing. Mereka pun perlu mendapatkan apresiasi.

Dengan begitu, ide kesetaraan tak hanya semata-mata wacana romantisisme sejarah. Akan tetapi, semakin beresonansi dan amplifikasinya nyata dalam kehidupan sehari-hari.

“Dalam konteks inilah, kita perlu mengapresiasi sumbangsih para tokoh perempuan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Tak lupa bidang kesehatan,” kata Yudian.

Di masa pandemi, tenaga kesehatan (nakes) perempuan memikul peran ganda, yakni menjalankan kewajiban profesi dan melindungi keluarga dari risiko tertular Covid-19.

Tak hanya itu, mereka juga mesti menyelesaikan tugas lain di samping isu Covid-19, yaitu masalah pemenuhan gizi dan kesehatan keluarga.

Dokter Debryna Dewi Lumanauw yang turut hadir dalam webinar itu mengungkapkan pengalamannya saat menjadi relawan dokter penanganan Covid-19 di Wisma Atlet.

Kata Debryna, ia beruntung memiliki tim yang solid dan semuanya perempuan saat itu. Dengan begitu, satu sama lain bisa saling mendukung meski masing-masing punya tugas dan beban serupa.

“Bahkan, ada nakes yang baru saja melahirkan. Ini menjadi motivasi untuk saya pribadi. Perempuan itu ternyata bisa melakukan semuanya dengan baik. Kami (perempuan) punya support system yang kuat. Karena sesama perempuan, kami pun bisa ngobrol dan curhat apa saja, lebih leluasa dan lepas,” ujar Debryna

Balada nakes perempuan lainnya diungkapkan bidan asal Desa Bendo, Magetan, Jawa Timur, Iin Rosita.

Iin mengatakan, bukan perkara gampang mengurusi kesehatan ibu hamil dan anak di masa pandemi. Belum lagi, bidan di desa juga mesti bertanggung jawab pada kesehatan masyarakat.

Namun, berkat sinergi banyak pihak, kendala bisa menemukan solusi. Salah satunya, menggiatkan Ojek Ibu Hamil (Jekmil).

Hingga kini, Jekmil sudah tersebar di 13 desa di Magetan dan memiliki 40 relawan driver. Iin mengatakan, sinergi yang terbangun ini akan terus berjalan. Sebab, pandemi ini adalah masalah bersama.

“Kebersamaan bidan-bidan harus terus berjalan. Kami enggak bisa mundur. Kami harus tetap maju mendampingi para perempuan,” kata Iin. 

Yudian kembali mengatakan, semua tokoh tersebut mampu membuktikan bahwa perempuan juga merupakan pilar penting negara ini.

“Pada saat mereka harus menanggung beban domestik, para tokoh perempuan tetap memberikan yang terbaik pada komunitas dan bangsanya,” kata Yudian.

Oleh karena itu, sebagai bangsa perlu memberikan apresiasi setinggi-tingginya para perempuan yang mengemban tugas ganda di masa pandemi Covid-19.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com