Advertorial

Terlalu Lama Menatap Layar Saat WFH Bisa Picu Mata Minus, Begini Solusinya

Kompas.com - 29/12/2020, 08:00 WIB

KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 mengubah hampir seluruh aktivitas banyak orang, mulai dari bekerja sampai belajar.

Jika biasanya kedua aktivitas tersebut dilakukan dari kantor dan sekolah, kini semua dilakukan dari rumah dengan istilah work from home (WFH) bagi para pekerja dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi pelajar.

Kegiatan WFH dan PJJ memang memiliki dampak positif. Masyarakat jadi memiliki waktu yang lebih fleksibel di samping terlindungi dari paparan virus corona. Namun, keduanya juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan mata dan bisa menyebabkan mata minus atau miopia bila dilakukan terus-menerus.

Alasannya, saat menjalani WFH maupun PJJ, intensitas menatap layar akan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan otot mata mengalami kelelahan.

Lalu, terlalu lama menatap layar gadget juga membuat kekuatan fokus mata terlalu kuat. Akibatnya, pertumbuhan bola mata jadi terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung.

Hal tersebut menyebabkan sinar cahaya hanya fokus pada titik di depan retina, bukan langsung pada permukaannya.

Menurut American Optometric Association (AOA), mata minus atau miopia secara klinis dapat terbagi menjadi lima jenis.

Pertama, miopia simpleks. Miopia ini disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea dan lensa kristalina terlalu tinggi.

Kedua, miopia nokturnal. Kelainan ini hanya terjadi pada saat kondisi di sekeliling kurang cahaya. Pada dasarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada.

Namun, bila mata terlalu banyak menerima cahaya, pupil akan terbuka terlalu lebar sehingga menyebabkan aberasi dan menambah kondisi miopia.

Ketiga, pseudomiopia. Mata minus pseudomiopia diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme perubahan kekuatan refraksi mata sehingga terjadi kekejangan pada otot-otot siliar yang memegang lensa kristalina. Namun, sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan otot mata dapat direlaksasikan.

Keempat, ada miopia degeneratif. Miopia jenis ini terbilang cukup parah karena ketajaman penglihatan mata berada di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi berupa bantuan kacamata.

Kelima, miopia induksi. Miopia ini biasanya diakibatkan oleh pemakaian obat-obatan, naik turunnya kadar gula darah, dan terjadinya sklerosis pada nukleus lensa.

Menurut studi World Health Organization (WHO) pada 2010, sekitar 27 persen atau 1,893 miliar orang di dunia menderita miopia. Menurut penelitian tersebut, prevalensi miopia tertinggi ada di kawasan Asia Timur, seperti China, Jepang , Republik Korea, dan Singapura. Negara-negara tersebut memiliki prevalensi sekitar 50 persen dari total penderita di dunia.

Dengan prevalensi tersebut, WHO memprediksi penderita miopia di seluruh dunia akan meningkat menjadi 52 persen atau 4,949 miliar orang pada 2050.

Sementara untuk Indonesia, sebuah organisasi non-pemerintah nirlaba asal Australia Brian Holden Institute memprediksi sekitar 17,2 persen anak-anak di Indonesia akan mengalami mata minus pada 2050.

Mencegah miopia

Pada dasarnya, miopia bisa dihindari sejak dini dengan memperhatikan kesehatan mata. Beberapa cara pencegahannya bisa dengan mengatur kecerahan layar gadget dan jarak pandang serta mengistirahatkan mata setiap 20 menit dengan mengalihkan pandangan ke obyek yang berjarak 20 kaki atau 6 meter dalam waktu 20 detik.

Jangan lupa untuk rajin berolahraga dan rutin memeriksa kesehatan mata juga dianjurkan untuk meminimalisasi rusaknya mata akibat terlalu lama menatap gadget.

Selain itu, Anda juga bisa mengonsumsi suplemen kesehatan mata, seperti Eyevit. Formula Eyevit memiliki delapan nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan mata, yaitu bilberry, lutein, zeaxanthin, vitamin E, b-caroten, retinol, selenium, dan zinc.

Formula Eyevit juga terbukti secara klinis dapat mengatasi mata lelah, perih, dan pandangan kabur akibat terlalu lama menatap layar gadget. Sebab, formula Eyevit akan meningkatkan sirkulasi oksigen pada pembuluh darah mata.

Formula Eyevit pun bisa membantu mengurangi mata minus terutama bagi Anda yang minusnya masih rendah (1-3). Pasalnya, Eyevit dapat meningkatkan kelenturan lensa mata (daya akomodasi mata) sehingga penglihatan menjadi lebih jelas.

Bahkan, pada kasus mata minus tinggi (di atas 10), formula Eyevit disinyalir terbukti dapat membantu menghentikan pertambahan kadar minus mata.

Eyevit tersedia dalam dua varian, yaitu Eyevit Tablet untuk dewasa dan Eyevit Syrup untuk anak-anak dengan rasa Bilberry yang enak.

Eyevit dapat dibeli dengan mudah di apotek dan toko obat serta minimarket seperti Alfamart, Guardian, Watson, Apotek Kimia Farma, dan Apotek K-24. Suplemen ini juga tersedia secara online di Lapi Official Shop Shopee, dan Tokopedia serta KlikIndomaret.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau