Advertorial

Dukung Kemandirian Farmasi dalam Negeri, Pertamina Jalin Kerja Sama dengan Kimia Farma

Kompas.com - 31/12/2020, 12:31 WIB

KOMPAS.cm - PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) bersinergi dengan PT Kimia Farma Tbk (PT KF) untuk pengembangan proyek produksi paracetamol dari benzene dalam rangka mendukung kemandirian farmasi di dalam negeri.

Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan pokok-pokok perjanjian atau heads of agreement (HoA) “Pengembangan Proyek Produksi Paracetamol dari Benzene” oleh Direktur Utama PT KPI Ignatius Tallulembang, dan Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Verdi Budidarmo.

Penandatanganan disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama PT Pertamina Persero Nicke Widyawati, serta Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir di Jakarta, Rabu (30/12/2020).

Dalam kesempatan itu, Wakil Menteri BUMN I Pahala menyambut baik dan mengapresiasi langkah terobosan yang ditempuh Pertamina melalui PT KPI dan PT KF untuk membangun pabrik farmasi paracetamol dengan kapasitas 3.800 ton per annum (TPA) sebagai turunan produk petrokimia, yaitu benzene.

“Hingga hari ini, diketahui bersama dan kita sama-sama belajar bahwa di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, kesehatan menjadi modal utama yang tidak terpisahkan dalam rangka memulihkan ekonomi nasional,” kata Pahala dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (31/12/2020).

Kementerian BUMN juga mengapresiasi langkah sinergi BUMN melalui kerja sama tersebut tidak hanya dapat mengurangi impor bahan baku produksi obat, tetapi juga mendorong optimalisasi produk kilang.

Pada kesempatan yang sama, Nicke juga mengungkapkan bahwa PT KPI dan PT KF bekerja sama dalam mengolah lebih lanjut salah satu produk petrokimia, yaitu benzene dan propylene yang berasal dari kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap untuk dapat dikembangkan dan diproduksi menjadi para amino fenol (PAF) yang akan menjadi bahan baku farmasi, salah satunya paracetamol.

“Melalui HoA antara PT KPI dan PT KF, kedua belah pihak akan melanjutkan kajian skema kerja sama bisnis berdasarkan hasil dari joint study yang telah dilaksanakan sebelumnya,” sambungnya.

Adapun kajian tersebut meliputi penyediaan bahan baku yaitu benzene, rencana offtake produk, skema transaksi, dan kajian komersial.

 Nicke menambahkan, inisiasi proyek ini tidak terlepas dari fakta produk farmasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat esensial dalam menjamin kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada 2019, angka permintaan (demand) industri farmasi nasional telah tumbuh hingga Rp 88,6 triliun. Namun, 95 persen dari kebutuhan bahan baku obat (BBO) masih dipenuhi dari impor.

Honesti yang menjadi saksi penandatanganan menyampaikan bahwa sinergi bisnis tersebut dapat mendukung ekosistem farmasi di Indonesia.

“Tentunya kami sangat mengapresiasi kerja sama ini dan kami berharap dapat memperkuat kemandirian industri farmasi nasional, sekaligus meningkatkan value chain produk petrokimia yang dihasilkan oleh Pertamina,” tutur Honesti.

Honesti juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah memiliki roadmap untuk mengurangi bahan baku impor tersebut.

Sebelumnya, Holding BUMN Farmasi telah berupaya memperkuat value chain ekosistem industri kesehatan dengan pendirian pabrik BBO Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.

Dengan menggandeng partner yang strategis, kerja sama bisnis diharapkan dapat terwujud.

“(Sehingga) kerja sama ini dapat menjadi solusi atas permasalahan ketersediaan bahan baku produk,” jelas Honesti.

Sebagai informasi, sebelumnya PT KPI dan PT KF telah menandatangani Nota Kesepahaman “Potensi Kerja Sama Pengembangan Industri Penyedia Bahan Baku Farmasi”, Jumat (24/7/2020). Kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada September 2020.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com