Advertorial

Melalui Program Energi Berdikari, Pertamina Dorong Pengembangan Energi Terbarukan di Lampung Tengah

Kompas.com - 31/12/2020, 13:09 WIB

KOMPAS.com -  Manfaat dari limbah organik acap kali terlupakan oleh warga sehingga tidak terolah dan menimbulkan masalah, mulai dari sisi kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Merespons hal itu, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) II bekerja sama dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bernama Desa Mandiri Energi Lampung Tengah untuk pembangunan 40 unit teknologi biogas dan 40 unit instalasi cocok tanam rumahan hidroponik untuk 40 rumah tangga warga Lampung Tengah.

Program Energi Berdikari tersebut bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, ketahanan pangan lokal, konservasi lingkungan melalui pengolahan limbah organik, dan pemanfaatan energi terbarukan untuk memasak.

Terkait dengan sustainable development goals (SDGs), program ini berkontribusi secara nyata terhadap pencapaian SDGs 7 dan 8, yaitu tentang energi bersih dan terjangkau, serta mendorong pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan unit biogas menghasilkan energi terbarukan yang dapat menjadi alternatif atau pengganti dari bahan bakar fosil yang sebelumnya digunakan oleh penerima manfaat (SDGs7).

Selain itu, program yang sama berkontribusi untuk penciptaan lapangan pekerjaan, penghematan pengeluaran, pemanfaatan bio-slurry, dan ketahanan pangan lokal (SDGs 8).

Dengan data biogas user survey (BUS) 2019, pengguna biogas dapat menghemat pengeluaran rata-rata sebesar Rp 50.000 per bulannya.

Pjs Unit Manager Communication, Relation & CSR MOR II, Ujang Supriadi menyampaikan, aplikasi teknologi Biogas Rumah (BIRU) dapat menjadi upaya komprehensif untuk konservasi energi dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal itu menurutnya sejalan dengan skala prioritas SDGs.

Program Energi Berdikari di Lampung Tengah

Pertamina terus mendorong pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan melalui Program Energi Berdikari di Provinsi Lampung Tengah dengan nama Desa Mandiri Energi.

Dampak dari program adalah konservasi lingkungan melalui pengelolaan limbah organik dan ketahanan pangan melalui hidroponik.

“Selain itu juga tercipta lapangan kerja untuk pengembangan sektor biogas secara lokal, terutama tenaga pembangun instalasi biogas yang memiliki keahlian dan kompetensi di bidangnya dan keterlibatan perempuan dalam basis pemberdayaan komunitas lokal,” papar Ujang.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung menunjukkan, populasi ternak sapi terbesar ada di Lampung Tengah, yaitu 326.417 ekor pada 2019. Sampai Maret 2019, program upaya khusus percepatan populasi sapi dan kerbau bunting (Upsus Siwab) provinsi Lampung sudah mencapai 35 persen dari target.

Karenanya, Lampung Tengah optimistis berada di garis hijau yang menduduki urutan ke-5 se-Indonesia.

Adapun potensi besar peternakan sapi dapat menjadi ancaman bagi perubahan iklim jika limbahnya sebagai penghasil emisi metana tidak terkelola secara sirkuler dan optimal.

“Program Energi Berdikari dari Pertamina ini sangat bermanfaat untuk warga dan saya harapkan ke depannya, biogas rumah bisa digunakan untuk semua warga,” ujar Lurah Desa Mojopahit, Misman.

Dengan biogas, kata Misman, dapat menjadi salah satu alternatif energi terbarukan yang tidak hanya untuk memasak, tetapi juga membantu ibu-ibu dalam menghemat biaya pengeluaran sehari-hari keluarga sembari mengolah limbah kotoran hewan.

“(Nantinya) dapat meningkatkan kesejahteraan warga,” ujar Misman.

Perlu diketahui, ada banyak manfaat yang ditawarkan oleh teknologi biogas. Gasnya bisa dipakai untuk memasak, lalu ampas biogas yang biasa dikenal dengan sebutan bio-slurry dapat digunakan sebagai pupuk alami dalam bentuk cair maupun padat.

Bio-slurry kaya akan nutrisi dan mikroba probiotik yang unggul dalam pembenahan struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah. Dampaknya baik untuk kualitas dan kuantitas hasil panen.

Adapun profil penerima manfaat biogas terdiri dari warga yang memiliki pekerjaan sebagai peternak dan petani. Menurut Misman, pemanfaatan bio-slurry untuk instalasi cocok tanam rumahan hidroponik begitu tepat guna.

“Menurut saya, biogas lebih efektif dari segala sisi dibandingkan dengan bahan bakar memasak lainnya. Dampaknya meringankan pengeluaran sehari-hari yang dikeluarkan untuk membeli LPG 3 kilogram (kg) karena terganti oleh Biogas,” sambung penerima manfaat program Desa Mandiri Energi Lampung Tengah, Nursyamsiah.

Nur juga berharap, biogas rumahan bisa dirasakan manfaatnya oleh semua warga.

“Semoga ke depannya, Biogas Rumah ini tidak hanya dimanfaatkan untuk menggantikan LPG atau kayu saja. Semoga juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang lain juga.” jelas Nur.

Diamini oleh Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Rebekka S Angelyn bahwa teknologi biogas bisa menjadi salah satu solusi dalam penanggulangan masalah limbah organik, seperti kotoran hewan ternak yang warga miliki.

Daripada terbuang menjadi limbah, lebih baik dimanfaatkan sebagai energi terbarukan untuk memasak.

“Dengan potensi budidaya ternak di Kabupaten Lampung Tengah yang begitu besar, program ini bisa menjadi aksi nyata dalam upaya memberikan akses energi terbarukan yang terjangkau sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat,” ujar Rebekka.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com