Advertorial

Pandemi Belum Usai, Disiplin Menjaga Kesehatan dari Luar dan Dalam Jadi Kunci

Kompas.com - 28/01/2021, 18:58 WIB

KOMPAS.com – Sudah hampir satu tahun pandemi Covid-19 melanda dunia. Selama itu pula, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah, ahli kesehatan, dan berbagai pihak berwenang lainnya terus berupaya mencari jalan keluar terbaik untuk menghentikan pandemi.

Salah satu opsi yang sempat ramai diperbincangkan, terutama di negara-negara dengan angka kasus Covid-19 tinggi, adalah herd immunity atau kekebalan kelompok.

Herd immunity merupakan kondisi ketika sebagian besar dari populasi di suatu area telah mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dengan demikian, penyakit menjadi sulit menyebar dan menginfeksi.

Kondisi tersebut dapat terjadi, meskipun tidak semua orang dalam populasi berhasil mengembangkan kekebalan terhadap infeksi penyakit tersebut. Prinsipnya, satu wilayah harus mempunyai kecukupan jumlah orang yang kebal terhadap infeksi penyakit tertentu agar seluruh populasi terlindungi.

Untuk mencapai herd immunity, perbandingan antara jumlah populasi yang kebal dan yang belum terhadap penyakit berbeda-beda. Hal ini tergantung pada seberapa tinggi tingkat penularan penyakit pada suatu populasi.

Misalnya, menurut WHO, untuk penyakit campak dibutuhkan setidaknya 95 persen orang yang memiliki kekebalan untuk dapat melindungi keseluruhan populasi. Untuk penyakit polio, dibutuhkan minimal 80 persen dari total populasi.

Sementara itu, mengutip NY Times, Kamis (24/12/2020), pada kasus Covid-19, banyak ahli kesehatan dunia memperkirakan sekitar 60-70 persen anggota populasi harus mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi virus corona untuk bisa mencapai herd immunity. Namun, angka itu masih terus dikaji.

Herd immunity sendiri terbagi menjadi dua tipe, yakni herd immunity alami dan herd immunity buatan yang dicapai melalui vaksinasi.

Metode herd immunity buatan melalui vaksinasi dinilai menjadi solusi yang jauh lebih aman dan etis untuk dilakukan daripada herd immunity alami.

Untuk diketahui, vaksin merupakan partikel atau komponen virus yang telah dilemahkan dengan sedemikian rupa. Saat dimasukkan ke dalam tubuh, vaksin akan merangsang pembentukan antibodi tanpa terinfeksi penyakit.

Vaksinasi dinilai efektif untuk melindungi populasi. Hal ini karena vaksin tidak hanya melindungi orang yang divaksin, tetapi juga mencegah orang tersebut menularkan penyakit. Dengan demikian, orang lain dapat terlindungi dari penyebaran penyakit.

Di Indonesia sendiri, tahap awal vaksinasi Covid-19 sudah dimulai sejak Rabu (13/1/2021) hingga Maret 2022 dengan target penerima vaksin sebanyak 40,2 juta orang. Untuk bisa mencapai target tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan 4 tahapan prioritas penerima vaksin.

Pentingnya menjaga diri

Karena proses pembentukan herd immunity lewat vaksin cukup panjang, masyarakat diimbau untuk tetap melakukan upaya mandiri dalam mencegah penularan Covid-19 sambil menunggu jadwal vaksinasi.

Misalnya, disiplin melakukan protokol kesehatan dan menjaga daya tahan tubuh dengan minum air putih, makan makanan sehat, berolahraga secara rutin, dan mengonsumsi suplemen kesehatan yang mengandung nutrisi lengkap.

Khusus suplemen kesehatan, beberapa panduan standar suplementasi untuk Covid-19 menyebutkan beberapa suplemen yang penting dikonsumsi, seperti vitamin C, zinc, vitamin B kompleks, dan vitamin D.

Adapun panduan standar yang dimaksud adalah Informatorium Obat Covid-19 di Indonesia dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kompilasi Standar Pengobatan Covid-19 dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Tatalaksana Covid-19 dari Ikatan Dokter Spesialis.

Konsumsi vitamin dan mineral tersebut dapat mencegah dan mengobati gejala ringan hingga sedang.

Vitamin C dikenal sebagai komponen antioksidan yang baik untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh serta merangsang pembentukan antibodi. Zinc merupakan mineral yang berperan penting bagi keberlangsungan berbagai sistem pada metabolisme tubuh, termasuk kerja sistem imun. Sementara, vitamin B kompleks terlibat dalam produksi dan aktivitas sel-sel kekebalan tubuh.

Selain dosis sesuai anjuran, suplemen kesehatan yang dikonsumsi juga harus dapat terserap baik sehingga bekerja optimal dalam tubuh. Salah satu suplemen kesehatan yang memenuhi kriteria itu adalah C2FIT.

C2FIT yang mengandung vitamin C, zinc, vitamin B kompleks, dan vitamin D C2FIT yang mengandung vitamin C, zinc, vitamin B kompleks, dan vitamin D

Suplemen ini mengandung vitamin C, zinc, dan vitamin B kompleks dengan dosis tinggi sesuai anjuran dan standar pemerintah. C2FIT dilengkapi dengan teknologi Slow Release yang dapat bekerja hingga 24 jam dalam tubuh sehingga membuat penyerapan nutrisi lebih optimal dan bekerja lebih efektif.

C2FIT menggunakan vitamin C generasi ke-3 (calcium ascorbate) yang aman bagi lambung sehingga dapat dikonsumsi oleh orang yang memiliki masalah asam lambung.

Selain memenuhi asupan gizi, upaya pencegahan secara mandiri juga perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan dan higienitas diri dan lingkungan. Pasalnya, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat menular lewat droplet cairan tubuh yang berada di udara (airborne transmission) dan yang menempel di permukaan benda.

Salah satu cara yang direkomendasikan adalah menggunakan produk antiseptik untuk udara dan benda yang dapat membunuh virus dan kuman.

Memilih produk antiseptik

Saat ini, banyak produk antiseptik yang beredar di pasaran dengan berbagai jenis varian dan komposisi. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa tidak semua produk sudah memenuhi standar dan rekomendasi dari pemerintah maupun WHO.

Pada Mei 2020, misalnya, WHO mengeluarkan dokumen berjudul WHO Interim Guidance – Laboratory Biosafety Guidance related to Coronavirus Disease (Covid-19).

Dalam dokumen itu, WHO merekomendasikan beberapa antiseptik yang di antaranya mengandung senyawa fenol dan alkohol untuk mendisinfeksi ruangan atau benda. Kedua senyawa ini terbukti lewat uji klinis ampuh membunuh virus corona.

Dari sekian banyak produk, salah satu antiseptik yang mengandung dua senyawa yang direkomendasikan WHO itu adalah SeptiAIR.

SeptiAIR dan SeptiWIPES mengandung senyawa etanol dan fenol yang ampuh membunuh virus corona SeptiAIR dan SeptiWIPES mengandung senyawa etanol dan fenol yang ampuh membunuh virus corona

Semprotan antiseptik multiguna untuk udara dan benda ini mengandung senyawa fenol (4-chloro-3,5-dimethylphenol) yang sesuai dengan rekomendasi WHO untuk Covid-19. Uji laboratorium menunjukkan, SeptiAIR dapat membunuh kuman dan virus penyebab penyakit dalam waktu 30 detik.

Selain itu, SeptiAIR juga aman untuk digunakan karena sudah mendapatkan izin edar resmi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Tidak ketinggalan, Careplus juga memiliki produk SeptiWIPES. Tisu basah antiseptik ini lebih praktis digunakan untuk membersihkan permukaan kulit atau benda yang perlu diseka, seperti keyboard ATM, pegangan troli, permukaan ponsel, dan pegangan di kendaraan umum.

SeptiWIPES memiliki kandungan etanol dan fenol yang berfungsi sebagai proteksi ganda dan terbukti ampuh melawan virus corona berdasarkan rekomendasi WHO. Sama seperti SeptiAIR, keamanan SeptiWIPES juga terjamin karena telah mendapatkan izin edar resmi dari Kemenkes.

SeptiWIPES pun telah lolos uji dermatologis sehingga aman bila sering digunakan untuk mengusap kulit tanpa menimbulkan iritasi.

Karena keunggulannya itu, SeptiAIR dan SeptiWIPES dapat menjadi pilihan terbaik untuk membantu melindungi diri dan orang terkasih dari paparan virus dan kuman. Yuk, selalu sediakan SeptiAIR dan SeptiWIPES!

Untuk mendapatkan produk C2FIT, SeptiAIR, dan SeptiWIPES, silakan kunjungi apotek dan toko obat terdekat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau