Advertorial

Peran Sektor Swasta Dalam Percepatan Transformasi Digital UMKM Indonesia

Kompas.com - 08/03/2021, 22:15 WIB

KOMPAS.com – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang terseok-seok akibat pandemi Covid-19. Sebagian harus gulung tikar karena merugi. Sedangkan, sebagian lagi harus menderita depresiasi pendapatan akibat menurunnya daya beli masyarakat.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Usaha dan Sentimen Bisnis UMKM Tahun 2020 oleh BRI Micro and SME Index (BMSI), sebanyak 84,7 persen UMKM di Indonesia mengalami penurunan penghasilan. 

Sementara itu, hanya sekitar 2,3 persen pelaku usaha yang mengalami pertumbuhan positif. Sebanyak 13 persen lainnya mengaku tidak mengalami kerugian dan keuntungan. 

Dari data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa UMKM menjadi sektor yang mengalami dampak pandemi cukup parah. 

Padahal, UMKM menjadi roda penggerak perekonomian negeri dengan menyumbang sekitar 60 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sementara itu, sebesar 97 persen pekerja di Tanah Air menggantungkan hidupnya terhadap kelangsungan bisnis UMKM.

Percepatan transformasi digital pun jadi kunci untuk menyelamatkan UMKM dari kerugian yang semakin dalam. Pasalnya, merujuk data Mandiri Institute, sebanyak 42 persen UMKM yang belum terdigitalisasi terpaksa menutup usahanya akibat sepi pembeli.

Maklum saja, sebab, banyak orang kini lebih memilih melakukan belanja online dibandingkan datang ke toko fisik. Selain dapat menghindari kerumunan, berbelanja online juga dapat meminimalisasi transaksi secara tunai. Jadi, potensi tertular virus SARS-CoV-2 pada transaksi jual-beli pun dapat berkurang.

Untuk membantu UMKM melakukan percepatan transformasi digital, pemerintah Indonesia telah mengalokasikan dana bantuan sejumlah Rp 123,46 triliun melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada 2020.

Tak hanya pemerintah, pihak swasta juga saling dukung guna membantu UMKM Indonesia go digital

Pertama, Jenius. Anak bisnis Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) ini meluncurkan Jenius BisnisKit untuk membantu pelaku UMKM melakukan pencatatan lebih mudah. 

Keunggulan produk Jenius BisnisKit antara lain dapat membantu pengusaha mencatat stok produk, pengeluaran, serta data karyawan dan pelanggan dalam satu aplikasi. Adapun alasan diluncurkannya produk ini karena tak sedikit orang yang baru merintis usaha terjebak rutinitas yang memakan banyak waktu. 

Selanjutnya, Bukalapak. Marketplace asal Indonesia ini telah meluncurkan program satu tarif untuk layanan Super Seller sebesar 0,5 persen. Program tersebut diberikan untuk mendukung ketahanan pelaku bisnis UMKM di tengah pandemi. 

Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan UMKM bila mengikuti program tersebut.

UMKM dijanjikan dapat memperoleh kenaikan angka transaksi hingga 15 kali lipat dan akan mendapatkan badge Super Seller, gratis ongkos kirim, cashback voucher eksklusif, bonus 5 persen bujet promosi, serta dapat mengikuti campaign and flash deal tanpa biaya tambahan.

Grab meluncurkan aplikasi GrabMerchant dan GrabKios untuk mendukung percepatan transformasi digital bagi UMKM Indonesia. (DOK. GRAB INDONESIA) Grab meluncurkan aplikasi GrabMerchant dan GrabKios untuk mendukung percepatan transformasi digital bagi UMKM Indonesia. (DOK. GRAB INDONESIA)

Fokus digitalisasi dan transfer ilmu 

Dalam mendukung percepatan transformasi digital bagi UMKM Indonesia, Grab sebagai salah satu platform layanan on demand terdepan juga turut meluncurkan aplikasi GrabMerchant. Aplikasi ini menjadi solusi UMKM menuju digitalisasi bisnis kuliner dan toko kelontong. 

Pelaku UMKM yang ingin menjadi mitra GrabFood dan GrabMart dapat mendaftar melalui aplikasi. GrabMerchant pun dapat diunduh di ponsel secara gratis.

Dalam aplikasi tersebut, pengguna bisa membeli kebutuhan dapur, membuat iklan guna meningkatkan visibilitas promosi, pengaturan profil, mengakses laporan penjualan, dan memesan berbagai layanan yang membantu operasional usaha seperti kemasan, POS kasir, dan pembersihan dapur. 

Tak hanya itu, Grab juga menghadirkan aplikasi GrabKios yang kini bisa digunakan siapa saja untuk menjadi agen individu. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu mereka yang kehilangan pekerjaan selama masa pandemi, untuk mendapatkan penghasilan melalui komisi yang diberikan GrabKios.

Lewat aplikasi GrabKios, mitra agen bisa menawarkan produk layanan finansial dan digital, serta membayar iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) yang bisa diakses selama 24 jam bagi para pelanggan, termasuk jutaan masyarakat yang memiliki akses terbatas pada layanan perbankan. 

Bantuan untuk mempercepat transformasi digital bagi UMKM belum cukup sampai di situ. Masih dibutuhkan transisi penunjang lain agar UMKM bisa benar-benar go digital, salah satunya adalah pelatihan untuk meningkatkan kapasitas serta keterampilan teknologi digital dari UMKM.

"Jika dapat meningkatkan ketangguhan UMKM, kita dapat mencegah terjadinya pengurangan tenaga kerja yang lebih besar dan membangkitkan kembali ekonomi negeri. Sayangnya kesenjangan literasi digital khususnya bagi UMKM masih terjadi. Hal ini mendorong Grab untuk tidak saja menciptakan teknologi yang bisa mempercepat digitalisasi, namun juga membantu peningkatan kapasitas digital UMKM," jelas Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi saat dihubungi Kompas.com.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Grab menghadirkan program pelatihan dan pendampingan #TerusUsaha Akselerator bagi ratusan UMKM Indonesia sejak 2020 lalu. 

Pelatihan tersebut merupakan bagian dari program digitalisasi UMKM #TerusUsaha. Program tersebut menghadirkan para pakar untuk membina ratusan UMKM terpilih secara intensif selama dua bulan. Tujuannya, agar pelaku UMKM dapat meningkatkan kompetensi dan beradaptasi dalam dunia digital.

Ada tiga fase pelatihan yang diberikan. Fase pertama meliputi edukasi tentang berbagai ruang lingkup bisnis. 

Sesi pelatihan dan pembelajaran intensif pada fase pertama akan fokus pada topik strategi pemulihan ekonomi, pemasaran, literasi keuangan, serta branding dan public relations

Pelaku UMKM juga akan mendapatkan bekal tentang sosialisasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta pelatihan terkait pemahaman sertifikasi halal. 

Kemudian, fase kedua akan fokus pada sosialisasi platform digital. Dalam fase ini, para peserta terpilih akan diberikan pendampingan untuk mendaftar dan mengoperasikan aplikasi Grab, seperti GrabExpress, GrabFood, GrabMart, dan GrabKios sesuai dengan lini bisnis mereka. 

Selama sesi para peserta juga akan diberi pembelajaran dalam membuat strategi pemasaran dan berjualan yang menarik serta efektif agar dapat bersaing di platform digital.

Pada fase ketiga, peserta UMKM akan mendalami business coaching. Pada sesi ini, peserta akan diberi kesempatan untuk berkonsultasi terkait strategi bisnis, produk, dan strategi pemasaran dengan para mentor. 

"Kami sadar bahwa literasi digital masih menjadi hambatan bagi banyak orang untuk masuk dalam digitalisasi. Kami mau juga fokus untuk mengembangkan keterampilan digital mereka, agar semua dapat bersaing dengan maksimal di era digital,” tutup Neneng.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com