KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menggalang kolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam rangka memperkuat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) melalui bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat.
Kolaborasi tersebut diwujudkan melalui penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono, M Eng, D Eng dengan tiga direktur utama anak perusahaan Pertamina di Jakarta, (16/3/2021).
Kesepakatan pertama, yaitu nota kesepahaman bersama dengan Chief Executive Officer (CEO) Power and NRE Subholding Pertamina Dannif Danusaputro untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lingkungan UGM.
Kemudian, nota kesepahaman kedua ditandatangani bersama dengan Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto terkait dukungan untuk program pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat terkait EBT.
Lalu, kesepakatan ketiga adalah perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh CEO Refining and Petrochemical Subholding Pertamina Djoko Priyono untuk pengembangan EBT berbasis mikroalga.
Penandatanganan ketiga kesepakatan kerja sama tersebut disaksikan oleh Menteri Sekretaris Negara Prof Dr Pratikno, M Soc Sc selaku Ketua Majelis Wali Amanat UGM, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi selaku Anggota Majelis Wali Amanat UGM, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Prof Dr Pratikno dalam sambutannya menyatakan apresiasi kepada Pertamina. Ia menyebutkan bahwa energi di perguruan tinggi sangat besar karena banyaknya peneliti dan mahasiswa, terlebih dalam hal penelitian terkait inovasi.
Ia pun berharap, kalangan universitas bisa lebih banyak melihat dan memahami kebutuhan masyarakat sehingga makin banyak inovasi dari perguruan tinggi yang dapat dikembangkan untuk industri.
“Tentu saja UGM semangat untuk mewujudkan green industry atau green energy. Semoga kerja sama (Pertamina) dengan UGM bisa menjadi kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi. Pemerintah mendukung luar biasa kolaborasi ini. Semoga dapat terlaksana untuk kemandirian energi Indonesia,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (18/3/2021).
Pada kesempatan yang sama, Nicke menjelaskan bahwa kolaborasi Pertamina Group dan UGM merupakan langkah positif yang menggembirakan. Sejalan dengan transisi energi dunia, Indonesia pun harus bergerak melakukan transisi dari energi fosil ke renewable energy.
“Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang energi melalui beberapa subholding melakukan langkah untuk mendukung upaya tersebut, di antaranya beberapa inisiatif kerja sama dengan partner, termasuk institusi pendidikan dalam rangka meningkatkan EBT,” katanya.
Kerja sama Pertamina Group dengan UGM, lanjut Nicke, akan mengoptimalkan potensi yang ada di Indonesia untuk meningkatkan EBT.
“Bersama UGM, Pertamina telah melakukan kajian proses alga dan minyak jelantah menjadi biocrude dan biofuel yang banyak jumlahnya di Indonesia. Seperti diketahui, Indonesia memiliki 17.000 pulau dan garis pantai yang panjang. UGM membuat terobosan di bidang penelitian dan Pertamina mengembangkan biodiesel,” jelasnya.
Nicke menuturkan, selain geotermal, terdapat pula potensi lain untuk dikembangkan, yakni energi hidrogen. Semua wilayah kerja geotermal yang dikelola Pertamina pun terbuka untuk penelitian UGM dalam rangka menghasilkan energi masa depan.
“Kerja sama ini sebagai awal. Semoga bisa menghasilkan produk kebanggaan Indonesia dan mendukung upaya pengembangan bisnis energi yang berkelanjutan sesuai dengan implementasi environment, social, and governance (ESG),” ujar Nicke.