Advertorial

Gelar Studi Pemetaan Perilaku Berkendara dan Webinar Indonesia Bangkit, Adira Insurance Galakkan Pesan Keselamatan Jalan di Indonesia

Kompas.com - 06/04/2021, 10:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19 telah membawa perubahan yang cukup signifikan pada berbagai sektor kehidupan. Salah satunya pada mobilitas masyarakat di Indonesia.

Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah volume kendaraan pada berbagai moda transportasi. Pembatasan aktivitas juga ikut menurunkan angka kasus kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di jalan raya sepanjang 2020.

“Jumlah kasus kecelakaan lalu lintas sepanjang 2020 menurun hingga 100.028 kasus,” jelas Kepala Seksi Produk Pendidikan Masyarakat Direktorat Keamanan dan Keselamatan (Dikmas Ditkamsel) Korlantas Polri AKBP Danang Sarifudin, SIK dalam webinar “Indonesia Bangkit”, Rabu (30/3/2021).

Meski demikian, angka tersebut masih terbilang tinggi. Pasalnya, dengan penurunan volume kendaraan yang cukup signifikan, jumlah lakalantas pada 2020 hanya mengalami penurunan sebesar 14 persen dan angka fatalitas sebesar 8 persen dibandingkan tahun 2019.

Salah satu penyebab tingginya angka kecelakaan lalu lintas tersebut adalah perilaku pengemudi yang tidak berkeselamatan.

Data Kepolisian yang dihimpun oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) pada 2017 menyebutkan bahwa rata-rata tiga orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan jalan di Indonesia.

Data yang sama menyatakan, tiga faktor penyebab utama kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusia, prasarana dan lingkungan, serta kendaraan.

Dari ketiga faktor tersebut, faktor manusia yang terkait dengan kemampuan mengemudi dan karakter pengemudi mendapatkan skor tertinggi, yakni 61 persen. Kemudian, disusul oleh faktor prasarana dan lingkungan 30 persen serta faktor kendaraan 9 persen.

Melihat tingginya angka fatalitas kecelakaan lalu lintas tersebut, PT Asuransi Adira Dinamika Tbk (Adira Insurance) menghadirkan riset pemetaan perilaku berkendara yang bertajuk “Road Safety Behavior Research”.

Riset tersebut dilakukan untuk melihat perilaku berkendara masyarakat Indonesia yang mencakup tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku.

“Sejalan dengan data yang dipaparkan oleh Korlantas Polri, Road Safety Behavior Research menemukan bahwa aspek perilaku memperoleh skor terendah, yakni sebesar 58 persen, pada indeks keselamatan jalan,” Direktur Adira Insurance Wayan Pariama, pada kesempatan yang sama.

Oleh sebab itu, sebagai tindak lanjut atas riset tersebut dan bentuk komitmen dalam peningkatan perilaku keselamatan di jalan, Adira Insurance menggelar diskusi terbuka secara online (webinar) yang bertajuk “Indonesia Bangkit: Pulihnya Mobilitas dan Tingkatkan Kesadaran Berperilaku Aman dan Selamat Saat Berada di Jalan”.

Sebelumnya, komitmen tersebut dilakukan dengan menggagas kampanye “I Wanna Get Home Safely” (IWGHS). Kampanye IWGHS sendiri merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) Adira Insurance yang bertujuan menurunkan angka kecelakaan dan fatalitasnya di Indonesia. Program ini telah berjalan selama lebih dari sepuluh tahun.

Salah satu program dari kampanye tersebut ialah Indonesia Road Safety Award (IRSA). IRSA merupakan sebuah ajang penghargaan kepada Pemerintah Kota dan Kabupaten yang memiliki penerapan tata kelola keselamatan jalan terbaik di Indonesia.

Demi menjaga keselamatan dan keamanan di tengah pandemi Covid-19, perhelatan IRSA pun mengalami penyesuaian. Tahun ini, IRSA menghadirkan studi pemetaan profil keselamatan jalan di 15 kota yang tersebar di seluruh Indonesia melalui Road Safety Behavior Research.

Kota-kota tersebut adalah DKI Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, dan Makassar.

Selama periode Oktober hingga Desember 2020, Road Safety Behavior Research telah mendalami perilaku 1.500 pengguna jalan berdasarkan aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Secara keseluruhan, indeks keselamatan berkendara masyarakat Indonesia mencapai 76 persen. Skor ini didapat dari rerata skor aspek perilaku (behavior), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude).

Dari ketiga aspek tersebut, aspek perilaku (behavior) mendapatkan skor terendah, yakni 58 persen. Angka ini jauh di bawah aspek pengetahuan (knowledge) 87 persen dan aspek sikap (attitude) 83 persen.

Rendahnya aspek perilaku menunjukkan bahwa kesadaran dan penerapan masyarakat terhadap berperilaku aman dan selamat saat berada di jalan masih relatif rendah. Padahal, mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik mengenai hal tersebut.

Pada webinar Indonesia Bangkit, Adira Insurance memaparkan lima perilaku tidak berkeselamatan para penggendara yang ditemukan melalui “Road Safety Behavior Research”.

Lima perilaku tersebut, yaitu berkendara melewati batas kecepatan, berkendara sambil menggunakan telepon seluler, berkendara melawan arah, berbelok tanpa menyalakan lampu sein, dan berhenti secara tiba-tiba.

Sebagai informasi, kelima hal itu merupakan perilaku yang mendapatkan skor terendah berdasarkan aspek kepatuhannya dan memiliki urgensi yang tinggi berdasarkan dampaknya. Oleh sebab itu, perlu dijadikan prioritas untuk perbaikan ke depannya.

“Kami berharap, hasil riset ini dapat menjadi masukan dan referensi bagi seluruh pihak, terutama pengendara, untuk lebih menjaga perilaku dan mengutamakan keselamatan saat berkendara,” jelas Wayan.

Terlebih, saat ini, mobilitas masyarakat kian pulih seiring dengan pulihnya perekonomian pascapandemi setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai dilonggarkan secara bertahap.

Tingkatkan kesadaran berkendara berkeselamatan

Berkaca dari hasil “Road Safety Behavior Research”, Adira Insurance mengajak seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pihak swasta, maupun masyarakat untuk peduli terhadap keselamatan di jalan.

“Hal yang utama ialah pengguna jalan perlu menyiapkan tiga aspek kesiapan sebelum berkendara,” ujar Wayan.

Adapun tiga aspek tersebut adalah kesiapan diri, kendaraan yang digunakan, dan proteksi tambahan.

Dijelaskan Wayan, aspek kesiapan diri meliputi kondisi yang sehat serta tidak dalam pengaruh obat-obatan dan alkohol. Selain itu, pengendara juga harus memastikan bahwa dirinya tidak dalam kondisi mengantuk. Pasalnya, mengantuk sering kali menjadi penyebab terjadinya lakalantas.

Aspek yang kedua adalah kesiapan kendaraan. Demi mengurangi risiko terjadinya lakalantas, pemilik kendaraan harus rutin mengecek kondisi kendaraannya secara berkala. Tidak hanya itu, ada baiknya pengendara juga melakukan pengecekan sebelum berkendara.

Agar lebih aman, pengendara juga harus mempersiapkan proteksi tambahan, seperti asuransi. Umumnya, para pengendara, baik roda dua maupun roda empat, sudah memiliki proteksi untuk kendaraan mereka. Namun, mereka sering kali melupakan pentingnya proteksi diri dan tanggung jawab pihak ketiga.

Padahal, kata Wayan, proteksi diri dan tanggung jawab pihak ketiga dapat membantu pengendara untuk mengurangi kerugian secara signifikan yang mungkin timbul akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Dengan selalu mengedepankan tiga aspek tersebut, Wayan berharap, angka kecelakaan dan fatalitas dapat terus ditekan dan kesejahteraan masyarakat kian meningkat seiring dengan kebangkitan mobilitas pascapandemi. 

Sebagai informasi, dalam webinar Indonesia Bangkit hadir pula sejumlah pakar dan koordinator lima pilar keselamatan jalan. Di antaranya, Perencana Ahli Utama Direktorat Sarana Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Dr Ir Budi Hidayat, MEngSc, Head of Business Digest Majalah SWA Rohmat Purnadi, dan Ketua Institut Transportasi (INSTR

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com